Ikan Parende

Ikan Parende
Oleh: Telly D.
Parende, atau dalam sebutan lokal “ikan parendeng,” bukan sekadar makanan. Ia adalah warisan dari masa silam. Di zaman dulu, ketika nelayan Buton pulang dari laut, istri-istri mereka menyambut dengan masakan yang cepat, segar, dan menghangatkan. Tidak ada santan, tidak ada bumbu rumit. Hanya bahan-bahan yang tersedia di dapur: bawang, kunyit, serai, daun kemangi, dan perasan jeruk atau asam.
Dalam sejarah kuliner Buton, ikan parende sering dimasak dalam kuali besar saat ada acara keluarga, penyambutan tamu, atau perayaan adat. Di masa Kesultanan Buton, ia menjadi hidangan kehormatan yang disajikan bersama kasuami. Simpel, tapi memikat. Sederhana, tapi penuh makna.
Tidak lengkap rasanya makan kasuami tanpa parende. Keduanya seperti sepasang yang saling melengkapi. Kasuami yang kering dan netral bertemu dengan kuah parende yang segar dan wangi. Mereka bukan hanya menyatu di piring, tapi juga menyatukan keluarga dalam satu meja.
Parende biasanya disajikan dalam satu wadah besar. Semua anggota keluarga makan bersama, mengambil dengan sendok atau tangan, menciptakan keakraban yang jarang ditemukan dalam sajian restoran. Di beberapa desa, parende disajikan di atas meja kayu panjang, di mana anak-anak dan orang tua duduk bersila, berbagi cerita sambil menyeruput kuah hangat.
Salah satu kekuatan parende adalah kesederhanaannya. Bumbu yang digunakan mudah didapat dan tidak banyak, namun setiap bagiannya berperan penting dalam menciptakan harmoni rasa.
Bahan Utama:
Ikan laut segar (baronang, kakap, tongkol, atau cakalang)
Bawang merah dan putih
Kunyit (kadang juga ditambah jahe atau lengkuas)
Serai
Daun kemangi
Cabai rawit utuh
Tomat dan daun jeruk (opsional)
Perasan jeruk nipis atau asam jawa
Garam dan sedikit gula
Cara Memasak:
Ikan dibersihkan dan dipotong sesuai selera.
Bumbu diiris tipis, lalu dimasukkan ke dalam air mendidih bersama serai dan irisan kunyit.
Setelah air mendidih harum, masukkan ikan dan masak hingga matang.
Tambahkan daun kemangi dan perasan jeruk nipis di akhir, lalu angkat.
Tak butuh waktu lama sekitar 20–30 menit, dan semangkuk ikan parende siap dihidangkan. Rahasianya adalah ikan harus segar, dan api harus sedang agar kuahnya jernih dan bumbu tidak terlalu menyengat.
Kandungan Gizi Ikan Parende
Dalam satu porsi parende (sekitar 250 ml kuah dan 100 gram ikan), kandungan gizinya cukup tinggi, terutama bila menggunakan ikan laut segar:
Energi: ±180 kkal
Protein: ±22 gram
Lemak: ±4 gram (tergantung jenis ikan)
Omega-3: ±500–1000 mg
Kalsium: ±40–60 mg
Zat Besi: ±1,2 mg
Vitamin B12: ±2 mcg
vitamin C (dari bumbu segar): ±10 mg
Sodium alami: ±120 mg
Dengan kandungan protein tinggi dan asam lemak omega-3, parende sangat baik untuk pertumbuhan, daya tahan tubuh, dan kesehatan jantung. Ditambah dengan bumbu segar seperti kunyit dan kemangi yang bersifat antioksidan alami, parende menjadi makanan rumahan yang sekaligus menyehatkan.
Apa yang membuat parende begitu istimewa? Mungkin karena ia tidak dibuat untuk memukau lidah, tapi untuk menghangatkan hati. Kuahnya bening namun penuh rasa. Aromanya lembut, tidak mendominasi. Ketika disuapkan bersama kasuami, tercipta keseimbangan yang menenangkan.
Bagi orang Buton, makan parende bukan sekadar kenyang. Itu adalah ritual harian, cara mereka menghormati laut, dan merayakan kehadiran keluarga. Ibu-ibu tua sering berkata, “Kalau makan parende tanpa kasuami, rasanya belum sah.”
Di era makanan instan dan teknologi cepat saji, parende barangkali tak masuk dalam daftar kuliner viral. Tapi di dapur Buton, ia tetap hidup. Dari generasi ke generasi, resepnya diturunkan bukan lewat buku, tapi lewat tangan yang bekerja dan hati yang mencinta.
Hari ini, semakin banyak orang muda Buton yang kembali belajar memasak parende. Di sekolah-sekolah, hidangan ini mulai dikenalkan kembali sebagai bagian dari warisan kuliner. Beberapa restoran lokal bahkan menyajikan parende dalam gaya modern, tapi tetap menjaga cita rasa aslinya.
Parende adalah laut dalam semangkuk. Ia membawa kesegaran, kehangatan, dan kisah dari tanah yang penuh semangat hidup. Ia bukan makanan mahal, tapi punya nilai tak terhingga. Dan saat kita menyuapkan sendok pertama ke mulut, kita tahu; ini bukan cuma sup ikan. Ini adalah rumah.
Makassar, Mei 2025
May 26, 2025 at 3:43 am
Cyrus971
https://shorturl.fm/a0B2m
May 25, 2025 at 4:13 am
Gwen2347
https://shorturl.fm/A5ni8
May 23, 2025 at 6:39 pm
Alden796
Super https://shorturl.fm/6539m