Pelajaran Senja di Pantai Bosowa

Pelajaran Senja di Pantai Bosowa
Oleh: Telly D.
Sore itu, Nadhira, kita berjalan berdua beriringan di atas pasir Pantai Bosowa, yang lembutnya seolah alas permadani yang digelar Sang Pencipta. Kakimu yang mungil meninggalkan jejak-jejak kecil, sementara jejak kaki nenek lebih dalam, pertanda usia nenek Puang Ina yang telah mengukir lebih banyak cerita.
Angin laut membelai rambutmu, ombak berdebur memecah garis pantai dan kamu tergelak-gelak keriangan berlari untuk menghindari jilatan ombak. Nenek membayangkan waktu seolah memegang tangan nenek, membisikkan bahwa setiap langkah kita di sini adalah hadiah.
Kemudian kita duduk bersisian. Di hadapan kita, langit perlahan-lahan menenggelamkan dirinya dalam palet warna yang hanya bisa dilukis oleh tangan Tuhan. Merah, jingga, kuning, ungu semua bertautan, berpindah tanpa batas seperti mimpi yang tak ingin cepat berakhir.
Laut pun memantulkan cahayanya, ikut bersujud dalam takzim menyambut malam yang sebentar lagi akan datang. Di antara desir angin dan debur ombak, nenek berbisik padamu, “lihatlah, Nadhira, begitulah cara langit mengajarkan kita tentang keindahan berpisah. Bukan dengan amarah, tapi dengan keagungan.”
Nadhira, senja adalah tanda kasih sayang Allah. Waktu maghrib datang seiring dengan peringatan bahwa segala yang hidup pasti berujung. Matahari yang gagah dan cemerlang pada siang hari kini perlahan tunduk, sujud sebelum tenggelam di balik cakrawala.

Nadhira dan Nenek Puang Ina Bermain Pasir di Pantai. Foto: Dokumen Pribadi
Rasulullah Muhammad SAW pun bersabda, “Berdoalah di waktu antara azan dan iqamah, karena doa di waktu itu tidak tertolak?” Maghrib itu pun adalah pintu yang dibukakan sejenak, agar manusia yang penuh kekhilafan bisa bersimpuh memohon ampun sebelum malam merengkuhnya.
Nenek membimbingmu, memperlihatkan garis batas antara laut dan langit yang makin samar. “Nadhira, senja ini mengajarkan bahwa hidup bukan hanya cerita terbit yang gemilang, tapi juga cerita bagaimana kita menutup hari dengan kerendahan hati, dengan syukur yang diam, dan dengan niat memperbaiki esok.”

Nadhira dan Nenek Puang Ina Menikmati Senja Sambil Mandi di Laut. Foto: Dokumen Pribadi
Bayangkanlah, sayangku, matahari itu adalah seperti hati manusia. Semakin besar cahayanya, semakin dalam pula kerendahannya saat tenggelam. Ia tidak melawan malam, tidak pula menyesali siang, hanya taat dalam menjalankan tugasnya.
Begitu pula kelak kamu, Nak; berjalanlah dengan sinarmu sendiri, dan saat waktumu tiba untuk hening, heninglah dengan keanggunan yang membuat dunia mengingat kebaikanmu.

Nadhira Bermain Sendiri Sambil Menikmati Pasir Halus di Pantai. Foto: Dokumen Pribadi
Di sini ada pula pelajaran dari ombak yang tak pernah berhenti mencium pantai, tak peduli berapa kali ia diusir kembali ke laut. Kesetiaan ombak, ketekunan dalam kembali, adalah contoh bagaimana kita harus bersabar dalam kebaikan, dalam mencintai, dalam memaafkan.
Nenek tahu, Nadhira, di usiamu yang dua tahun lebih ini, kata-kata nenek masih berkelana di antara langit dan mimpimu. Tapi kelak, saat kakimu mulai menjelajahi dunia yang lebih luas, ingatlah sore ini. Ingatlah bahwa senja bukan pertanda akhir, melainkan janji akan fajar yang lebih indah.

Nadhira dan Puang Firul Menikmati Deburan Ombak di Pasir. Foto: Dokumen Pribadi
Sambil menatap matahari yang semakin merunduk, Nenek menutup doa dalam hati “Ya Allah, bimbinglah langkah kecil Nadhira. Jadikan hatinya seputih cahaya pagi, sehangat sinar dhuha, dan setegar mentari sore yang bersujud kepada-Mu.”
Dan ketika akhirnya gelap mulai memunculkan dirinya di ujung laut, nenek mendekapmu lebih erat. Seperti ingin menyelipkan seluruh langit, laut, dan pesan cinta itu ke dalam hatimu yang polos. Supaya saat kamu dewasa, di mana pun langkahmu berpijak, kamu akan selalu membawa senja itu di dadamu; pelajaran tentang keindahan, tentang ketundukan, dan tentang harapan yang tidak pernah padam.
Makassar. 26 April 2025
April 30, 2025 at 10:40 pm
Phoebe1365
Good https://is.gd/N1ikS2
April 30, 2025 at 7:56 pm
Dante3071
Good https://is.gd/N1ikS2
April 30, 2025 at 1:08 am
Putra
Keren sekali. Saya salut sama Bunda Telly. Di usia yg tidak remaja, tetapi memiliki semangat luar biasa. Menjadi salah satu panutan saya dalam menulis.
April 30, 2025 at 12:02 am
Ayla681
Good https://is.gd/N1ikS2
April 29, 2025 at 11:58 pm
Wahyudin
Pesan pelajaran dari pantai yang indah
April 29, 2025 at 10:55 am
Mike3199
Very good https://is.gd/N1ikS2
April 28, 2025 at 7:04 pm
Jennifer3523
Very good https://is.gd/N1ikS2