SAHUR TERENAK

Pentigraf
SAHUR TERENAK
Oleh: Telly D.
Adi, meski usianya sudah 17 tahun, masih saja berperang dengan kebiasaan malas bangun sahur. Setiap Ramadan, rumahnya selalu diramaikan dengan ritual membangunkannya yang lebih sulit dari membangunkan singa yang sedang tidur. Ibunya sudah lelah, dan kali ini ultimatum pun diberikan. “Ibu cuma mau bangunin sekali, kalau nggak bangun ya urusanmu sendiri.” Demi memastikan dirinya terjaga, ibunya meminta Adi langsung tidur setelah tarawih. Tapi tentu saja, Adi tetap saja sibuk dengan gawainya, menunda-nunda tidur hingga larut malam.
Malam itu, mukjizat terjadi, Adi berhasil bangun tanpa suara ibunya membangunkan. Setengah sadar, ia langsung menuju meja makan dan mulai melahap segala yang tersedia. Nasi satu piring tandas, lalu ia tambah lagi. Lauk pauk, kue, es buah sisa semalam yang dinginnya sudah berkurang pun ikut habis. “Sahur kali ini enak banget,” gumamnya dalam hati. Kenyang dan puas, ia bersandar di kursi, menikmati sisa waktu sebelum imsak. Tapi tiba-tiba, suara ibunya terdengar lagi, “Adi! Bangun! Sahur dulu!”
Jantungnya nyaris lompat keluar. Ia membuka mata masih berbaring di tempat tidur! Semuanya cuma mimpi! Panik, ia melirik jam dinding, dan kenyataan pahit menghadangnya; imsak sudah lewat. Dengan wajah putus asa, ia memegangi perutnya yang kosong dan meratap, “Ya Allah, kenapa mimpi lebih enak dari kenyataan?!”
Makassar, 6 Januari 2025
Leave a Reply