Kaisar di Daratan dan di Lautan

Kaisar di Daratan dan di Lautan
Oleh: Telly D.
Pagi ini, saat saya berjalan-jalan di Pasar Jembatan Puri, saya menemukan sesuatu yang menarik perhatian, seekor ikan dengan bentuk unik dan warna hijau kebiruan yang mencolok. Pedagang menyebutnya ikan Napoleon. Rupanya ikan itu ikut tertangkap bersama ikan yang lain.
Tampilannya seperti ikan karang pada umumnya. Yang lebih mengejutkan, ikan yang badan kecil, tetapi harganya besar, sudah menyentuh Rp 750.000 lebih. Ini membuat saya semakin penasaran, mengapa ikan ini begitu mahal? Mengapa namanya sama dengan sosok legendaris dalam sejarah dunia, Napoleon Bonaparte?
Kita mengetahui bahwa Napoleon Bonaparte (1769–1821) adalah salah satu tokoh atau kaisar penakluk yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Ia adalah seorang pemimpin militer brilian yang menjadi Kaisar Prancis (1804-1814, 1815) dan hampir menguasai seluruh Eropa.
Napoleon dikenal sebagai seorang ahli strategi perang. Dalam berbagai pertempuran, ia mampu mengalahkan musuh-musuhnya dengan taktik yang inovatif. Ia juga seorang reformator yang menciptakan Kode Napoleon, sistem hukum yang masih menjadi dasar hukum di banyak negara hingga saat ini.
Namun, seperti semua penguasa besar dalam sejarah, Napoleon akhirnya mengalami kejatuhan. Setelah kalah dalam Pertempuran Waterloo (1815), ia diasingkan ke Pulau Saint Helena di Atlantik Selatan, di mana ia menghabiskan sisa hidupnya hingga wafat pada tahun 1821.
Kisahnya penuh dengan kejayaan, perjuangan, dan akhirnya kejatuhan, sebuah perjalanan yang tak jauh berbeda dari nasib ikan yang dinamai dengan namanya: ikan Napoleon.

Ikan Napoleon di Pasar Jembatan Puri Ikan. Foto: Dokumen Pribadi
Mengapa Disebut Ikan Napoleon?
Nama ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) diberikan karena tonjolan besar di dahinya yang menyerupai topi khas Napoleon Bonaparte, yaitu bicorne, topi dua sisi yang sering terlihat dalam lukisan-lukisan dirinya.
Selain itu, ikan ini memiliki postur tubuh yang gagah dan dominasi yang kuat di habitatnya, layaknya Napoleon yang dikenal sebagai pemimpin tangguh di medan perang.
Selain kemiripan fisik, ikan Napoleon juga memiliki karakter yang menarik. Ia adalah penguasa terumbu karang, bergerak dengan anggun tetapi memiliki sifat agresif jika merasa terancam. Seperti Napoleon Bonaparte yang tidak mudah dikalahkan di medan perang, ikan Napoleon juga terkenal sebagai spesies yang tangguh dan memiliki kecerdasan tinggi.
Ikan Napoleon adalah salah satu ikan terbesar di ekosistem terumbu karang. Ukurannya bisa mencapai 2 meter dengan berat lebih dari 180 kg. Namun, yang saya lihat di Pasar Jembatan Puri jauh lebih kecil, tetapi harganya sudah lebih dari Rp 750,000.
Apa yang membuat ikan ini begitu mahal?
Kelangkaan; Populasi ikan Napoleon semakin menurun karena penangkapan berlebihan. Ikan ini sulit berkembang biak karena pertumbuhannya lambat dan baru mencapai kematangan seksual di usia 5 hingga 7 tahun.
Cita Rasa yang Luar Biasa; Daging ikan Napoleon terkenal dengan teksturnya yang lembut dan cita rasa yang gurih. Banyak yang mengatakan bahwa ikan ini memiliki rasa yang lebih manis dan halus dibandingkan ikan lainnya, membuatnya sangat dihargai di restoran kelas atas.
Permintaan Tinggi di Pasar Asia; Ikan Napoleon adalah salah satu bahan makanan premium di restoran-restoran Hong Kong, China, dan Singapura. Di sana, ikan ini sering disajikan dalam masakan Kanton, seperti sup ikan kukus atau tumisan dengan saus khusus.
Kesulitan dalam Penangkapan; Karena ukurannya yang besar dan kebiasaannya hidup di perairan dalam, menangkap ikan Napoleon tidaklah mudah. Para nelayan harus menggunakan metode khusus untuk menangkapnya tanpa merusak habitatnya.
Semua faktor ini menjadikan ikan Napoleon sebagai salah satu ikan termahal di dunia. Karena semakin langka, ikan Napoleon kini termasuk dalam daftar spesies yang dilindungi secara internasional.
Beberapa regulasi penting yang melindungi ikan ini antara lain:
Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Terancam Punah (CITES) – Appendix II
Ikan Napoleon masuk dalam daftar Appendix II CITES, yang berarti perdagangan internasionalnya sangat dibatasi dan membutuhkan izin khusus.
Undang-Undang Perlindungan Lingkungan Singapura
Berdasarkan aturan dari National Parks Board (NParks) dan Singapore Food Agency (SFA), impor ikan Napoleon ke Singapura harus melalui proses perizinan ketat dan hanya boleh dilakukan oleh pedagang tertentu.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia No. 37 Tahun 2013
Di Indonesia, ikan Napoleon termasuk dalam kategori spesies yang dilindungi, dengan izin tangkap terbatas hanya untuk wilayah tertentu seperti perairan Sulawesi dan Natuna.
Meskipun perlindungan ini sudah ada, masih banyak kasus perdagangan ilegal yang mengancam populasi ikan Napoleon. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat sangat penting untuk membantu menjaga keberlangsungan spesies ini.
Napoleon Bonaparte dan ikan Napoleon memiliki kisah yang serupa. Napoleon adalah penguasa yang kuat, cerdas, dan ambisius, tetapi akhirnya dikalahkan dan diasingkan. Ikan Napoleon, sebagai penguasa lautan, juga menghadapi nasib tragis: perburuan berlebihan membuatnya semakin langka dan mendekati kepunahan.
Perjalanan saya ke Pasar Jembatan Puri, yang awalnya hanya sekadar melihat-lihat ikan, ternyata membawa saya pada refleksi mendalam tentang dua Napoleon yang sama-sama berkuasa tetapi akhirnya mengalami kejatuhan.
Jika Napoleon Bonaparte kini hanya bisa ditemukan dalam buku sejarah, semoga ikan Napoleon tidak hanya tinggal sebagai legenda di meja makan restoran mahal. Perlindungan yang lebih ketat dan kesadaran global sangat dibutuhkan agar ikan ini tetap hidup di lautan, bukan hanya menjadi kenangan yang mahal.
Sorong, 16 Januari 2025
February 20, 2025 at 11:05 pm
Much. Khoiri
Tulisan yang bagus dan inspiratif.
February 21, 2025 at 9:22 am
Telly D
Terima kasih Abah
February 20, 2025 at 10:21 pm
Sumintarsih
Sangat informatif. Ikan mentah 750 ribu, kalau sudah masakan jadi, berapa ya Bunda….? Pasti mahal.
February 21, 2025 at 9:24 am
Telly D
Terima kasih bu Mien. Ikan ini sebetulnya tak boleh ditangkap.