Keajaiban di Langit dan di Laut Sorong

Keajaiban di Langit dan di Laut Sorong
Oleh: Telly D.
Sorong, tanah yang kaya akan keindahan alam dan budaya, Ketika saya ke sana, buminya menyambut saya dengan udara yang segar dan pemandangan hijau yang membentang luas. Begitu menginjakkan kaki di negeri yang dijuluki “Negeri Cendrawasih” ini, saya langsung teringat akan burung surga yang melegenda burung cendrawasih. Burung yang tidak hanya menjadi simbol keindahan Papua, tetapi juga menjadi saksi bisu atas kekayaan alam yang semakin terancam keberadaannya.
Burung Cendrawasih (Paradisaeidae) merupakan salah satu burung paling eksotis di dunia dan hanya ditemukan di wilayah Papua, Kepulauan Maluku, serta Australia bagian utara. Dengan lebih dari 40 spesies yang telah diidentifikasi, burung ini terkenal karena keindahan bulunya yang mencolok dan perilaku kawin yang unik.
Saya tidak beruntung, sebab tidak dapat lagi menyaksikan sendiri burung cendrawasih di habitat aslinya. Saya hanya mendengar ceritanya. Konon kabarnya dari balik pepohonan yang menjulang tinggi itu, seekor burung jantan bisa tiba-tiba muncul dan melayang ke udara, memamerkan bulunya yang luar biasa. Warna emas mengkilap, merah tua yang menyala, serta gradasi biru dan hijau membuatnya tampak seperti lukisan hidup. Gerakannya anggun, seakan menari mengikuti irama alam.
Kabarnya, burung-burung lain yang berada di hutan seolah tak ingin kalah. Begitu seekor cendrawasih terbang, suara kicauan dari berbagai jenis burung lainnya pun memenuhi udara, menciptakan simfoni alam yang menggema di antara dedaunan. Menurut penelitian, burung cendrawasih memiliki suara khas yang digunakan dalam komunikasi sesama spesies, termasuk dalam menarik pasangan.
Keistimewaan lain dari burung ini adalah tarian kawinnya yang unik. Saat musim kawin tiba, burung jantan akan menari dengan gerakan berputar, memekarkan bulunya, dan mengeluarkan suara lembut yang menggoda. Ritual ini dilakukan demi menarik perhatian betina yang diam di dahan, menilai keindahan dan kelincahan sang pejantan. Begitu sang betina tertarik, keduanya akan melakukan tarian bersama, memperkuat ikatan mereka sebelum berpasangan.

Ikan Cendrawasih (Sebutan Lokal di Pasar Jembatan Puri Sorong). Foto Dokumen Pribadi
Sayangnya, burung cendrawasih juga memiliki sejarah kelam. Keindahan bulunya membuatnya diburu secara liar untuk dijadikan hiasan kepala dan suvenir. Hal ini menyebabkan populasi mereka semakin berkurang dan kini beberapa spesies berada di ambang kepunahan. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), beberapa spesies burung cendrawasih telah dikategorikan sebagai rentan atau terancam akibat perburuan dan hilangnya habitat.
Saat berjalan di sekitar kota Sorong, saya sengaja singgah di Pasar Jembatan Puri yang terkenal dengan kekayaan hasil lautnya. Pasar ini riuh dengan suara pedagang dan pembeli yang sibuk menawar ikan segar. Saat saya berjalan di antara lapak-lapak ikan, tiba-tiba seorang penjual berteriak, “Cendrawasih! Cendrawasih segar!”
Saya sontak berhenti, berpikir apakah burung cendrawasih benar-benar dijual di pasar ini. Namun, betapa terkejutnya saya ketika melihat bahwa yang dimaksud bukanlah burung, melainkan ikan! Inilah ikan cendrawasih (nama lokalnya), atau dikenal sebagai Bodianus anthioides, salah satu spesies ikan yang hanya ditemukan di perairan Papua dan daerah tropis Indo-Pasifik.
Saya terpaku melihat keindahan ikan ini. Tubuhnya atletis, dengan sirip yang panjang dan lentur sehingga memungkinkannya berenang dengan lincah di dalam air. Warnanya merah menyala, dengan kilauan emas yang memantulkan cahaya. Namun, bagian yang paling mencolok adalah ekornya panjang, bercabang, dan bergerak gemulai, mengingatkan saya pada bulu-bulu burung cendrawasih yang anggun.
Saya penasaran, mengapa ikan ini disebut ikan cendrawasih? Seorang nelayan tua yang duduk di dekat lapak tersenyum dan menjelaskan, “Dinamai begitu karena ekornya yang mirip dengan burung cendrawasih. Kalau kau lihat di laut, saat mereka berenang bersama, mereka terlihat seperti burung yang sedang menari di dalam air.”
Menurut penelitian, ikan cendrawasih memiliki kemampuan berenang yang sangat cepat berkat bentuk tubuhnya yang aerodinamis dan sirip yang fleksibel. Selain itu, ikan ini memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan terumbu karang dan sering ditemukan di kedalaman sekitar 10-30 meter di perairan yang jernih.
Saya membayangkan bagaimana ikan ini melayang-layang di lautan biru, dengan gerakan anggun yang menghipnotis. Seperti burung cendrawasih di udara, ikan ini pun menjadi simbol keindahan alam Papua yang luar biasa.
Perjalanan saya ke Sorong membuka mata akan dua keajaiban yang berbeda tetapi memiliki kesamaan: burung dan ikan cendrawasih. Keduanya adalah bukti nyata betapa Papua dikaruniai kekayaan alam yang luar biasa. Namun, di balik keindahan ini, ada tanggung jawab besar untuk menjaga dan melindunginya.
Baik burung maupun ikan cendrawasih menghadapi ancaman akibat eksploitasi dan perburuan liar. Jika kita tidak bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam, bukan tidak mungkin generasi mendatang hanya akan mengenal mereka dari cerita dan gambar.
Saat meninggalkan pasar jembatan Puri dengan rasa bersyukur telah menyaksikan sendiri keajaiban negeri ini. Saya berharap suatu hari nanti, baik burung maupun ikan cendrawasih tetap bisa ditemukan di alam bebas menari di langit dan berenang di laut lepas, menjaga keseimbangan ekosistem Papua yang kaya dan megah. Karena keindahan sejati adalah yang dapat terus dinikmati, bukan hanya yang dikenang.
Jembatan Puri Sorong, 16 Januari 2025
February 18, 2025 at 9:15 pm
Abdullah Makhrus
Bagusnya ikan cendrawasih.. warnanya memesona. Bagaimana rasanya ya? Yang paling menarik adalah kalimat terakhir. “keindahan sejati adalah yang dapat terus dinikmati, bukan hanya yang dikenang”. Mantap