HADIAH DARI LANGIT

Pentigraf
HADIAH DARI LANGIT
Oleh: Telly D.
Malam telah merambat pelan di langit Ramadan, di atas kota kecil itu. Ahmad melangkah pulang dari masjid dengan hati yang hening, menyusuri jalan berdebu yang samar diterangi lampu jalan. Tubuhnya ringkih, namun jiwanya sekuat karang yang terus dipahat ombak kehidupan. Ketika langkahnya hampir sampai di rumah, matanya menangkap sesuatu di tanah, di bawah cahaya bulan “sebuah amplop.” Tangannya yang kasar oleh kerja membantu ibunya gemetar saat membuka isinya; uang, jumlah yang cukup untuk membuat meja makan mereka penuh di hari raya, suara dari dalam nuraninya berbisik.
Keesokan paginya, dengan langkah mantap, ia menyerahkan amplop itu ke panitia zakat di masjid. Hatinya diliputi ketenangan, meskipun ketika malam takbiran tiba, suara bedug yang bergema di langit terasa jauh dari perut kosong di rumahnya. Ibunya hanya bisa tersenyum pasrah, mengelus kepala Ahmad dengan kelembutan yang menyimpan kesedihan. Namun, tak lama, ketukan pelan di pintu kayu tua rumah mereka membuyarkan sunyi. Di hadapan mereka, seorang pria tua berdiri dengan senyum yang meneduhkan, menyerahkan sebuah bingkisan besar.
Ahmad membuka bingkisan itu dengan hati berdebar, dan di antara tumpukan makanan, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya tertegun, amplop yang sama. Air matanya menggenang. Ia menoleh ke ibunya dan berbisik, “Ibu, ini amplop yang aku serahkan pagi tadi…”
Makassar, Maret 2025
Leave a Reply