PAKET KIRIMAN

Pentigraf
PAKET KIRIMAN
Oleh: Telly D.
Pak Imim adalah lelaki tua yang berjalan di antara sisa-sisa kehidupan, pekerjaannya pemulung, memungut yang tersisa, mengumpulkan yang terbuang. Bulan Ramadan selalu menjadi anugerah baginya, bulan di mana tangan-tangan yang biasanya menggenggam erat menjadi lebih ringan memberi. Takjil, nasi bungkus, atau sekadar segelas teh manis sering mampir kepadanya saat azan magrib berkumandang. Namun, sore ini langit seolah menumpahkan kesedihan. Hujan deras mengguyur jalanan, membuatnya terjebak di teras sebuah ruko, sendirian, menunggu waktu berbuka dengan perut kosong dan harapan yang perlahan menipis.
Ia menutup mata, menggantungkan kepercayaannya kepada Pemilik Langit, merapal doa dengan khusyuk, berharap ada keajaiban turun bersamanya. Perutnya berbunyi, seakan turut mengamini harapannya. Hujan semakin deras, waktu berbuka semakin dekat, dan tak ada seorang pun yang datang membawa sekotak nasi atau sekadar sebiji kurma. Namun, tiba-tiba, sesuatu jatuh tepat di pangkuannya. Sebuah bungkusan terbungkus plastik, hangat, seolah jawaban dari langit. Dadanya berdegup, tangannya gemetar saat membuka matanya.
Namun, begitu ia melihat lebih jelas, wajahnya menegang. Itu bukan takjil dari orang dermawan, melainkan paket kiriman dengan nama penerima tertulis jelas. “Pak, itu kiriman saya.” seorang pemuda berdiri di pintu dan berkata dengan suara tegas.
Makassar 7 Maret 2025
Leave a Reply