PELUKAN DARI LANGIT

Pentigraf
PELUKAN DARI LANGIT
Oleh: Telly D.
Ramadan tahun ini Ramadan terberat bagi Bu Aminah. Suaminya meninggal di awal bulan suci, meninggalkan diri dan anaknya, rumah kini terasa lebih lapang namun hampa. Malam-malamnya diisi dengan air mata yang jatuh tanpa suara, sementara Dita, putri kecilnya, masih terlalu polos untuk memahami kehilangan. Ibadah mereka tetap berjalan, tetapi ada kehampaan yang tak terisi. Setiap takbir yang berkumandang di masjid seperti menyayat hatinya, mengingatkan bahwa hari kemenangan yang seharusnya penuh sukacita kini hanya berisi kekosongan. Ia tak lagi semangat menyambut lebaran, bahkan sekadar menyiapkan ketupat pun enggan.
Namun, dunia anak-anak berbeda. Dita melihat dunia dengan mata penuh harapan. Ia merengek meminta baju baru seperti teman-temannya. sang ibu hanya bisa menarik napas panjang. Bu Aminah memeluknya erat, membisikkan doa ke dalam telinga dan menciumi rambut lembutnya, berusaha meyakinkan bahwa Idulfitri tak selalu soal pakaian baru.
Malam itu, ketukan halus di pintu rumah mereka mengusik kepiluan. Seorang pria berdiri di sana, membawa sebuah paket. Dita dengan riang membukanya dan berlari ke ibunya. “Bu, lihat! Ini baju baru buat kita!” Bu Aminah tertegun. Jemarinya gemetar saat menyentuh kain itu, matanya berkaca-kaca. Itu adalah baju yang dipesan oleh suaminya sebelum meninggal dan baru tiba tepat di malam terakhir Ramadan. Air mata yang ia tahan akhirnya tumpah, kali ini bukan karena duka, tetapi karena sebuah kehangatan yang terasa seperti pelukan dari langit.
Makassar, 10 Maret 2025
Leave a Reply