Letnan Dua
Pentigraf
Letnan Dua
Oleh Telly D.
Bagai disambar petir di siang bolong, kabar kematian ibu di kampung menghantam batinku. Syukurlah mandor bangunan tempatku bekerja memahami keadaanku dan memberiku izin serta sedikit uang untuk menghadiri pemakaman ibu. Aku bersyukur bisa tiba tepat waktu. Aku adalah putra satu-satunya, belahan jiwa ibu sejak kepergian ayah. Sejak meninggalkan kampung halaman menuntut ilmu bercita-cita menjadi perwira TNI-AD, aku tak pernah lagi pulang kampung dan menjauh dari jangkauan keluarga.
Malam itu setelah acara takziah usai, kami duduk bersama keluarga di ruang makan. Satu-satunya hiasan mencolok adalah foto diriku bersisian dengan ayah, keduanya memakai seragam TNI-AD dengan pangkat letnan dua. Kami tampak gagah, ayah dan anak dari korps yang sama. Menatap foto itu, air mataku tak tertahan, pecah menjadi tangis tersedu-sedu, terutama setelah keluarga menghiburku bahwa aku adalah anak berbakti pada orang tua. Hingga akhir hayatnya, ibu selalu membanggakanku sebagai anak yang sukses.
Selama bertahun-tahun, aku rajin mengirim foto mengenakan seragam TNI-AD, menjadi perwira yang sukses. Setiap kali menerima telepon dari ibu, aku mengenakan seragam itu, agar ibu tidak mengetahui kebenaran yang menyakitkan. Semua uang hasil menjual sawah dan ternak yang diserahkan kepada orang yang berjanji meloloskanku dalam pendidikan perwira, ternyata jatuh ke tangan penipu ulung. Aku lebih memilih berbohong untuk menjaga kebanggaan ibu, kebanggaan yang ibu bawa sampai mati.
Makassar, 6 Juni 2024
Leave a Reply