July 2, 2024 in Uncategorized

Berbagi Ujian Terberat Manusia

Post placeholder image

Berbagi Ujian Terberat Manusia

Oleh Telly D.


Mengapa Allah menciptakan banyak malaikat? Anakku yang waktu itu di kelas SD pernah bertanya. Alasannya sangat sederhana, susah menghafal nama-nama malaikat.

Alasan yang remeh, namun, pertanyaan itu sebenarnya sangat mendalam. Allah Maha Kuasa, pastilah bisa menciptakan malaikat super. Tapi mengapa Allah memilih menciptakan banyak malaikat?

Hakikinya pertanyaan itu hendak mempertanyakan hakikat mahluk dan perbedaannya dengan Khalik, Sang Pencipta.

Mahluk mulai dari malaikat sampai bengkarung termasuk manusia, hakikatnya terbatas. Keterbatasan itu merupakan akar bagi kelemahan, kekurangan, kerentanan, kesalahan, ketakberdayaan bahkan kejatuhannya.

Keterbatasan itulah yang membuat mahluk tak pernah bisa mencapai kesempurnaan. Paling tinggi capaian adalah nyaris sempurna. Bila kita menggunakan kata sempurna, seperti karya sempurna untuk manusia, ukurannya adalah kesempurnaan mahluk, yaitu kesempurnaan yang tak sempurna.

Agaknya keterbatasan mahluk inilah yang menjadi alasan mengapa ada banyak malaikat. Dengan demikian setiap malaikat mempunyai tugas spesifik sehingga setiap malaikat bisa fokus dengan tugasnya masing-masing. Pekerjaan atau tugas sebanyak dan seberat apapun mudah dikerjakan bila dibagi-bagi. Jadi, pembagian dan berbagi merupakan keniscayaan bagi mahluk, tidak demikian bagi Khalik.

Terlebih pada manusia, pembagian dan berbagi itu mutlak adanya. Selain alasan keterbatasan masih ada alasan satu lagi yang juga bersifat mutlak yaitu fakta bahwa manusia berada, berarti ada bersama. Keberadaan manusia hakikinya adalah kebersamaan, solidaritas, bukan solitaritas. Kecuali Nabi Adam dan Nabi Isa semua manusia lahir berkat kebersamaan dan kerja sama ibu dan ayah. Fakta ini tak terbantahkan bahkan bayi tabung pun adalah hasil kebersamaan dan keja sama. Malah melibatkan lebih banyak orang, demikian pula halnya dengan cloning.

Konsekuensinya, manusia harus mau berbagi sebagai syarat untuk hidup secara normal, bermartabat, dan bermakna, berbagi rezeki, berbagi pekerjaan dan berbagi kebahagiaan. Itulah sebabnya dalam semua agama dan ajaran moral, berbagi mendapatkan tempat penting dan merupakan kewajiban utama.

Dalam Islam, salat wajib dalam kebersamaan yaitu salat wajib berjamaah lebih tinggi nilainya ketimbang salat wajib sendirian. Manusia yang dijamin masuk surga adalah manusia yang beriman dan beramal saleh. Iman itu sepenuhnya urusan dan bersifat pribadi, tetapi amal saleh bersifat intensional yaitu mengarah keluar menuju kebersamaan.

Ini bermakna kita harus berbuat baik kepada orang lain. Berbuat baik ke orang lain itu tidak selalu mudah, penuh risiko. Tetapi harus dilakukan, karena amal saleh mensyaratkan dan mengisyaratkan itu. Sesungguhnya iman itu ibarat bensin dan amal saleh itu kendaraannya, kitalah pengendaranya.

Keberadaan, tempat, dan posisi kita di dunia dan di akhirat ditentukan oleh kemauan dan kemampuan berbagi. Berbagi itu tak lain dan tak bukan adalah buah dari iman. Berbagi itu adalah menyebarkan dan memekarkan, menyebarkan kebaikan dan memekarkan sesama.

Namun, sudah merupakan takdir manusia bahwa berbagi itu memang sangat sulit dan sungguh mengandung risiko besar. Kita tentu tak lupa apa yang terjadi dengan anak nabi Adam, Qabil dan Habil. Mereka bertengkar, memendam keiridengkian, dendam yang akhirnya saling membunuh, salah seorang tewas kerena ketidakmampuan untuk berbagi dan bersikap adil.
Pembunuhan manusia pertama terjadi karena ketidakmampuan berbagi dan bersikap adil.

Berbagi itu memang lebih dekat dengan keadilan. Ada manusia yang bisa berbagi, tetapi tidak bisa berbuat adil. Ia hanya mampu berbagi dengan sanak famili dan orang-orang yang loyal dan dekat dengannya. Biasanya berbagi pertimbangan yang seharusnya jadi prasyaratan untuk berbagi dengan adil sama sekali tidak dihiraukan. Ia tanpa malu berbagi dengan sanak famili dan teman dekat. Padahal sanak famili dan orang dekatnya bukanlah orang yang tepat dan memenuhi persyaratan, bahkan persyaratan minimal sekalipun. Sikap seperti ini pada akhirnya menuai badai. Masih ingatkah kita bagaimana sikap seperti KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) menghancur leburkan rezim Orde Baru?

Berbagi memang merupakan ujian sangat berat bagi manusia. Karena berbagi mengharuskan untuk menyerahkan apa yang dimiliki atau sesuatu yang berada dalam kuasa kita, harus diserahkan kepada orang lain. Inilah yang menjadi alasan utama kebanyakan orang enggan berbagi dengan yang dirasa bukan teman atau golongannya. Kenyataan ini pula yang menumbuh suburkan mumpungisme. Mumpung lagi kuasa, maka berbagilah dengan sanak famili yang lebih dekat. Kapan lagi jika bukan sekarang.

Percayalah, sikap pilih kasih dan tidak mau berbagi apalagi yang menyangkut kuasa dan jabatan, kesempatan dan rezeki, pada akhirnya akan berujung malapetaka. Karena pada hakikatnya berbagi dengan adil itu merupakan keniscayaan yang berakar pada fakta tak terbantahkan bahwa mahluk itu sangat terbatas kemampuan, daya tahan, dan kekuatannya.

Makassar, 2 Juli 2024




5 Comments

  1. July 3, 2024 at 2:00 am

    N. Mimin Rukmini

    Reply

    Subhanallah! Telisik kehidupdn yang luar biasa. “berbagi adalah buah dari iman’ Tidak mumpung2 berkuas…. Terimakasih Bun! Sungguh bermakna, InsyaAllah menjadi bahan refleksi diri.

  2. July 2, 2024 at 10:45 pm

    Mukminin

    Reply

    Terima kasih petuah kehidupan yang bermanfaat

  3. July 2, 2024 at 10:13 pm

    Sumintarsih

    Reply

    Materi untuk perenungan dan sangat kekinian.

  4. July 2, 2024 at 9:59 pm

    Abdullah Makhrus

    Reply

    Menarik sekali ulasannya. Membuat kita jadi berfikir tentang penciptaan makhluk. Benar sekali, bahwa salah satu ujian manusia adalah kekuasaan dan harta. Banyak yang akhirnya tumbang saat ia tidak amanah. Sudah banyak sekali bukti yg beredar di media. Semoga kita tetap dijaga dari ujian2 berat dunia dan kita mampu melewatinya agar selamat dunia akhirat

  5. July 2, 2024 at 12:32 pm

    Much. Khoiri

    Reply

    Tulisan ini refleksi yang bagus dan mendalam. Kaya hasil renungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree