Hari Kemenangan
Hari Kemenangan
Oleh Telly D.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Laa ilaaha illallahu, Allahu Akbar,
Allahu Akbar Walillahil hamd.
!0 April 2024
Pagi yang cerah, suara Takbir dan Tahmid yang dikumandangkan terus menerus menandakan akhir bulan Ramadan. Betapa istimewa hari ini setelah berhasil melewati perjuangan spiritual selama sebulan penuh.
Hari Idul fitri atau “hari kemenangan.” Momen yang istimewa untuk mensyukuri pencapaian spiritual dan menyambut masa depan dengan hati yang lebih bersih dan penuh semangat, dan menjadi motivasi untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Menjadi lebih istimewa buat nenek Puang Ina dan kakek Puang Ida karena hari ini adalah hari dimana kita kumpul keluarga dengan lengkap. Nadhira datang ke Indonesia bersama ayahbunda menantikan momen bahagia ini. Puang Firul menggabung datang dari Sorong untuk bersama-sama berpuasa dan merayakan kemenangan ini.
Semenjak kepergian tante Anti (Puang Malebbi) menghadap Sang Ilahi, maka keluarga kecil kita di Indonesia hanya ada ayah Ifat, bunda Zieha, dan om Firul. Sampai Puang Ina menulis buku ini kita kehilangan kontak dengan om Sean atau Puang Mabella suami puang Anti (seorang warga negara Amerika). Puang Ina dan Puang Ida selalu berdo’a semoga kita memiliki kesempatan dapat berjumpa dan berkumpul dengannya.
Ini lebaran pertama dapat kumpul bersama keluarga yang lengkap setelah kelahiran Nadhira. Lebaran tahun 2023 sebelumnya, hanya nenek dan kakek, karena Nadhira dan ayahbunda sudah di Singapura sedangkan Puang Firul lagi melaksanakan umrah yang disambung dengan melaksanakan ibadah haji di Makkah.
Foto Keluarga Setelah Pulang Salat Idul Fitri. Foto: Dokumen Pribadi
Berkumpul bersama keluarga pada hari Idul Fitri adalah kesempatan untuk saling mendoakan, memberikan dukungan, dan menciptakan kenangan indah bersama. Nadhira bisa melakukan silaturahmi dengan saling mengunjungi keluarga, bermaaf-maafan, dan berbagi kebahagiaan bersama dalam rangka memperkuat rasa kekeluargaan dan kebersamaan.
Kumpul keluarga di Idul Fitri memberi kesempatan bagi Nadhira untuk belajar tentang tradisi dan budaya dari orang tua dan kakek nenek di Indonesi. Hal ini dapat membantu Nadhira untuk memahami identitas dan asal-usul Nadhira, yang ayahnya berwarga negara Indonesia.
Puang Ina yakin, kebersamaan keluarga di Idul Fitri dengan hidangan khas, pakaian baru, dan keceriaan menciptakan suasana yang penuh makna dan akan menjadi kenangan indah bagi Nadhira kelak kemudian hari.
Tradisi kumpul keluarga saat Idul Fitri ini telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur kita. Sebab itu jika Nadhira melestarikan tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap budaya dan nilai-nilai luhur keluarga kita.
Nadhira cucuku,
Nenek sangat bahagia ketika kita berjalan bersama menuju masjid ‘Fastabiqul Khaerat’ yang berada dekat rumah untuk melaksanakan salat Idul Fitri. Kita berjalan di tengah hikmat takbir, tahmid, dan salawat yang dikumandangkan.
Langit pagi yang cerah menyambut hari kemenangan. Udara sejuk dan segar menyelimuti jalanan yang ramai dipadati umat Islam yang hendak menuju masjid untuk melaksanakan salat Idul Fitri.
Kamu lucu sekali dan menggemaskan, memakai baju abaya kecil berwarna hitam dengan sulaman benang emas berwarna kuning dan mengepit tas yang berisi mukena kecil. Kamu menebar pesona dan berlagak bak orang dewasa yang ke masjid. Ibunda Zieha membimbingmu berjalan.
Nadhira Hendak Berangkat Salat Idul Fitri. Foto: Dokumen Pribadi
Dengan mata yang berbinar-binar penuh semangat, kamu melangkah dengan riang di samping ibunda. Sesekali, kamu melompat-lompat kecil dan menikmati kemeriahan yang ada.
Kami tak bisa menahan tawa melihat tingkahmu. Puang Ina jadi sadar bahwa baju yang kamu pakai itu baju yang dipersiapkan sudah satu tahun yang lalu dibelikan di Makkah oleh Puang Firul ketika melaksanakan ibadah Umrah dan Haji. Betul kata Puang Firul kamu akan terlihat manis jika memakainya. Puang Firul tersenyum puas melihat penampilanmu.
Mendengarkan Khotbah Idul Fitri di Masjid. Foto: Dokumen Pribadi
Setiba di masjid, kita disambut dengan suasana yang meriah dan penuh kebahagiaan. Umat Islam dari berbagai usia dan latar belakang berkumpul, siap untuk menunaikan salat Idul Fitri bersama. Kita mencari tempat di shaf yang rapi, dan kemudian duduk khusyuk untuk bersiap menunaikan salat bersama.
Kita bersama salat, mendengarkan khotbah. Kamu paham rupanya bahwa orang harus diam khusyuk dan tidak boleh menarik perhatian sepanjang proses beribadah itu. Kamu hanya gelisah sedikit karena merasa panas, baju yang kamu pakai yang memang berbahan yang panas, sehingga Nadhira membuka mukena memilih baring di sajadah ibunda Zieha minum susu sambil mendengar khotbah.
Nadhira Mendengarkan Khotbah Sambil Minum Susu. Foto: Dokumen Pribadi
Suara takbir dan tahmid menggema di udara, membangkitkan rasa syukur dan kebahagiaan di hati setiap orang. Puang Ina merasakan ketenangan dan kedamaian dalam hati karena kita bisa menunaikan salat bersama.
Setelah salat selesai, kita bersalaman dengan sesama jamaah, saling bermaafan, dan mengucapkan selamat Idul Fitri. Kita saling berpelukan erat, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang luar biasa.
Foto Keluarga Dengan Puang Bapak Setelah Salat Idul Fitri. Foto: Dokumen Pribadi
Kita kemudian pulang ke rumah, makan bersama sebelum bersilaturahmi ke rumah induk di jalan lembu no 28 rumah Puang Bapak kakek buyutmu. Di sana kita bertemu dengan keluarga besar Tompo Tikka (KKTT). Nadhira ternyata cucu yang paling kecil sehingga menjadi pusat perhatian. Kamu mampu menarik perhatian keluarga besar kita.
Kita makan bersama kembali, menikmati hidangan tradisional khas lebaran. Ketupat, buras, lontong, berlauk kari ayam, ayam gagape (opor Bugis), nasu alikku, rending, sambal goreng hati, kambu ikan bandeng, sate ayam, dan berbagai minuman dan kue-kue yag lezat.
Kita melakukan tradisi sungkeman. Tradisi sungkeman dimana anak-anak meminta maaf kepada orang tua dan memohon doa restu.menjadi pengingat akan pentingnya menghormati dan menghargai orang tua.
Di akhir momen istimewa ini, tiba saatnya untuk mengabadikan momen indah bersama foto keluarga. Kamera diangkat, senyuman terukir di wajah setiap orang. Klik! momen kebersamaan dan kebahagiaan ini terabadikan dalam sebuah foto yang akan selalu diingat.
Foto keluarga di Idul Fitri ini adalah simbol ikatan cinta dan kasih sayang yang tak ternilai. Foto ini menjadi pengingat akan momen indah yang telah dilalui bersama, momen kemenangan atas perjuangan spiritual, dan momen kebersamaan yang tak terlupakan
Momen makan bersama, saling memaafkan, dan mengabadikan foto keluarga di Idul Fitri ini merupakan sebuah tradisi yang penuh makna. Tradisi ini bukan hanya tentang kebersamaan dan kebahagiaan, tetapi juga tentang memperkuat rasa syukur, saling memaafkan, dan mempererat tali persaudaraan. Momen ini menjadi pengingat bahwa keluarga adalah harta yang tak ternilai, dan kebersamaan mereka adalah anugerah terindah dalam hidup.
Foto Keluarga Besar Tompo Tikka Setelah Salat Idul Fitri. Foto: Dokumen Pribadi
Allāhumma lā tajʿalhu ākhira ʿahdi min ṣiyāminā iyyāhu, fa-in jaʿaltahu ākhira ʿahdi min ṣiyāminā fa-jʿalnā min al-marḥūmīn.
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai yang terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhirku, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata.”
Allāhumma khattim lana Ramaḍāna bil-qabūli wal-maghfirah wal-ʿafwi wal-karami war-riḍā wal-manani wal-iḥsān.
“Ya Allah, akhirilah bagi kami bulan Ramadhan ini dengan penerimaan, pengampunan, pemaafan, kemuliaan, keridhaan, karunia, dan kebaikan.”
Allāhumma taqabbal minna ṣiyāmanā wa-qiyāmanā wa-duʿāʾanā wa-tawbatanā wa-iḥsānana wa-ṣadaqātanā wa-akrimnā bi-jumuʿati al-ʿīdi wa-jʿalhu lānā yawma farahin wa-surūrٍ wa-amni wa-salām.
“Ya Allah, terimalah dari kami puasa kami, salat malam kami, doa kami, tobat kami, kebaikan kami, dan sedekah kami. Muliakanlah kami dengan hari raya Idul Fitri ini dan jadikanlah hari ini sebagai hari kebahagiaan, kesenangan, keamanan, dan kedamaian bagi kami.”
Allāhumma innaka ʿafuwwun halīmٌ tuḥibbu al-ʿafwa fa-ghfir lana innaka anta al-ʿafuwwu al-karīm.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Engkau mencintai pengampunan. Maka ampunilah kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun dan Maha Pemurah.”
Makassar, 10 Maret 2024
Leave a Reply