January 4, 2024 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Sentuhan Nostalgia di Mangkuk Blirik

Sentuhan Nostalgia di Mangkuk Blirik

Oleh Telly D.


Tahukah anda, jika saya menyebut “Rawon,” dan jika anda belum tahu berarti anda telah melewatkan kesempatan mencicipi hidangan lezat kuliner khas dari Jawa Timur ini.

Rawon adalah sup yang memiliki kuah dengan warna hitam pekat, yang dihasilkan oleh penggunaan kluwek, sekaligus memberikan rasa khas pada hidangan ini. Menggunakan bumbu serai, lengkuas, daun salam, kunyit, bawang merah, bawang putih, cabe merah, dan daging sapi. Hidangan ini disajikan dengan kondisi panas mengepul dengan nasi putih, telur asin rebus, tauge, dan emping (kerupuk dari biji melinjo).

Rasanya nikmat, membuat saya selalu ketagihan untuk menyantapnya. Rawon Nguling di Malang atau Rawon Setan di Embong Malang 78 Surabaya selalu masuk dalam agenda saya jika ke daerah tersebut.

Semangkuk Rawon selalu jadi pilihan spontan, jika saya berada di beberapa tempat. Hal ini juga berlaku ketika saya lagi di Yogyakarta Internasional Airport (YIA), waktu yang tersisa untuk menunggu pesawat terbang tak mampu menahan saya untuk mencicipi semangkuk Rawon.

Saya melangkah ke sebuah tempat makan kecil di depan ruang tunggu. Dengan sentuhan tradisional yang begitu kental, tempat ini menawarkan suasana yang berbeda dari kenyamanan modern bandara yang ada.

Tempat makan kecil yang disulap menjadi mini restoran. Meja dan kursi kayu dengan ukiran indah memberikan sentuhan klasik yang membuatnya terasa seperti sebuah rumah tradisional. Lampu gantung yang kuno dan musik daerah yang mengalun halus. Saya merasa seperti diundang untuk menikmati hidangan lezat di rumah seseorang.


Pelayan yang ramah dengan senyuman tulusnya menyambut saya, memberikan suasana hangat dan akrab. Saya duduk di sofa dengan bantal dan taplak meja batik yang indah dan segera merasa terhubung dengan kekayaan budaya Indonesia.

Hidangan Rawon disuguhkan dalam mangkok jadul. Melihat mangkok blirik tempoe dulu yang menemani hidangan rawon, saya merasakan gelombang kenangan yang menyentuh hati. Mangkok itu bukan hanya sebuah wadah untuk menyajikan makanan, tetapi juga telah membawa nostalgia yang membuka lembaran masa kecil saya yang penuh kehangatan.

Saat itu, pikiran saya melayang ke masa kecil dalam lingkungan Sekolah Dasar (SD) di mana jajanan ubi atau pisang goreng menggunakan piring serupa. Saya mengingat aroma legit dan renyah ubi goreng yang selalu menggoda, disajikan dalam kondisi panas dengan sambel tumis yang pedas.

Piring blerik tempoe dulu itu menjadi pintu waktu yang membawa saya kembali ke momen-momen berharga bersama seorang teman kecil yang selalu mau menyediakan diri mengantrikan ubi goreng untuk saya di masa sekolah dulu.

Saya masih mampu mengingat jelas, tubuhnya yang tinggi untuk anak seusianya, raut wajahnya tirus dengan garis tegas, rambutnya yang keriting kemerahan akibat panas matahari, jauh dari kesan terurus, tubuhnya yang kurus bahkan nyaris krempeng, perutnya yang buncit terlihat jelas dari baju seragamnya yang kekecilan. Namun, senyumnya yang tulus dengan mata yang berbinar menghapus semua keterbatasan penampilannya. Anak seorang nelayan, yang bersekolah tanpa alas kaki, menjadi sahabat kecilku.

Saya menyimpan kekagumanku diam-diam. Saya kagum pada tangan kecilnya yang kuat ikut mendorong perahu nelayan hanya untuk dapat diberi sedikit ikan hasil tangkapan. Saya kagum dengan ketahanannya menjual kacang dan gula-gula tarik atau gula-gula asam yang terbuat dari gula merah yang dibungkus daun pisang kering buatan ibunya, di pasar malam untuk dapat bertahan hidup keluarganya. Saya kagum dengan kemauannya selalu menyediakan diri menolong saya. Anak yang penuh keriangan, sangat percaya diri, tidak malu dengan perbedaan yang ada.

Beberapa temanku dengan arogan menolak untuk bersahabat. Saya pun kadang kena juga pengaruh. Namun, ayahku selalu mendorong saya untuk berkawan dan memuliakannya. Menurut ayahku dengan berkawan, saya menerima manfaat: rendah hati, penyayang, dan tahu bersyukur dengan apa yang kami miliki.

Sambil menguyah hidangan rawon itu saya mencoba mengingat kapan terakhir kali saya bertemu dengannya. Entah bagaimana, waktu telah memisahkan kami, dan kontak yang dulu begitu erat menjadi hilang. Meskipun demikian, kebaikan hati dan kenangan indah dari setiap jajan ubi goreng dengan piring blirik tempoe dulu itu selalu saya simpan dalam benak.

Saya merenung sejenak, bagaimana nasib dan kehidupan telah membawa kami ke arah yang berbeda? Saya bertanya-tanya apa yang telah terjadi padanya, apakah ia masih memiliki senyuman setulus dulu? Apakah keramahan dan kebaikan hati, serta apakah dia masih menyimpan kenangan manis persahabatan kami seperti yang saya lakukan?

Meski tak dapat mengulurkan waktu untuk bertemu kembali, saya merasa bersyukur atas segala kebaikan hati yang pernah kami bagikan. Meski hubungan kami terjalin di antara potongan ubi goreng dalam piring blirik, tetapi kehangatan dan keceriaan hubungan itu sangat kuat di hatiku.

Sambil melanjutkan menyantap hidangan rawon, saya menyadari bahwa kehilangan kontak tidak mengurangi makna dan nilai dari kenangan indah yang pernah kami bagi bersama. Meski kini kami menjalani kehidupan yang berbeda, saya tetap merasa terhubung dengannya melalui kenangan-kenangan manis.

Keindahan hidup terletak dalam kemampuan kita untuk mengenang, menghargai, dan menyimpan jejak-jejak kenangan yang membentuk kita menjadi siapa sekarang.

Sambil menikmati setiap suapan rawon, saya bersyukur atas cerita kecil ini yang mengingatkan saya bahwa kebaikan hati dan kenangan sederhana memiliki arti yang mendalam dalam perjalanan hidup seseorang.

Dalam setiap kebaikan, kita menanam kenangan abadi yang akan mekar seiring waktu. Tindakan baik adalah investasi tak ternilai yang akan kita bawa sepanjang hidup.

Makassar, 4 Januari 2024




One Comment

  1. January 5, 2024 at 8:20 am

    Astuti

    Reply

    Ternyata banyak kenangan ya dengan perangkat makan nuansa blirik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree