December 8, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

“Rasa Tak Pernah Bohong”

“Rasa Tak Pernah Bohong”


Oleh Telly D.



“Kenangan yang diciptakan oleh rasa makanan bukan hanya kenangan lidah, tetapi juga kenangan hati.” (Daswatia-Astuty)


“Rasa Tak Pernah Bohong” dapat diartikan sebagai ungkapan kesetiaan atau kepuasan yang konsisten terhadap suatu hal atau pengalaman. Dalam konteks tulisan ini menyatakan bahwa warung ikan bakar telah menjadi warung favorit yang dikunjungi setiap saat selama bertahun-tahun. Warung ikan bakar mampu tetap memberi rasa puas karena setia terhadap rasanya yang khas dan kualitasnya yang tak berubah.


Sesungguhnya warung ikan bakar itu hanya warung kecil, warung yang buka pada bangunan ruko gaya lama, terletak di pinggir jalan, tersembunyi di antara pepohonan dan bangunan tua di depan jalan raya yang sibuk dan hiruk pikuk. Bagi banyak orang, itu hanyalah satu dari sekian banyak tempat makan sederhana yang ada di kota Makassar ini.

Ada spanduk dengan tulisan “Sop Saudara dan Ikan Bakar” digantung sepanjang depan warung sederhana itu, sekadar untuk memaklumkan bahwa di situ ada ikan bakar dan sop saudara yang dijual.


Untuk menambah kesan warung ikan bakar di depannya terlihat ada ikan bandeng yang dijejer sementara dalam proses dibakar dengan arang, dimana asapnya mengepul kemana-mana.

Pengunjungnya ramai, apalagi jika pada jam-jam makan, kursi-kursi yang disiapkan selalu tidak cukup dengan pelanggan yang datang. Diperlukan kesabaran untuk menunggu giliran jika tidak ingin berdesakan.

Menu yang dihidangkan, menu sederhana seperti biasanya warung Ikan Bakar Pangkep. Menu tunggal ikan bandeng/bolu bakar, sambal kacang, sop saudara, dan nasi putih. Tak ada menu lain yang disiapkan. Demikian juga dengan air minumnya tak banyak pilihan selain air putih atau teh hangat/dingin.


Namun, bagi adik saya warung ikan bakar ini adalah lebih dari sekadar tempat makan biasa. Ia adalah titik temu antara kenangan masa lalu, kepuasan konsisten, dan rasa setia yang tak tergantikan.

Dengan nada rendah dan mata berbinar, adik saya berbagi rahasia panjangnya tentang keterikatan emosionalnya dengan warung itu, dengan satu ungkapan yang selalu diulang: “Rasa Tak Pernah Bohong.”

Cerita dimulai puluhan tahun yang lalu, di masa SD yang penuh dengan kepolosan dan kegembiraan. Warung makan itu dulunya termasuk warung makan yang diminati di zamannya, suka dikunjungi bersama ayahbunda jika melintas menuju atau dari tempat pemberhentian bus antar kota. Menurutnya, dulu daerah itu ada tempat pemberhentian bus antar kota tepat di depan pusat berbelanjaan besar “Pasar Sentral” warung ikan bakar itu berada di sekitar area itu.


Bahkan adik saya masih mengingat bahwa jika berkendaraan becak untuk mengunjungi warung ikan bakar itu dia masih sangat kecil sehingga badannya masih cukup untuk berdiiri di depan tempat duduk becak sambil memegang tali penyanggah becak.

Sejak saat itu, warung ikan bakar tersebut telah menjadi saksi bisu dari setiap tahap kehidupan adik saya. Dari teman bermain di masa kecil, teman sekolah, teman kuliah, teman kerja hingga teman setia di usia senja, selalu dibawa untuk datang ke warung ikan bakar itu. Warung ini telah melintasi waktu dan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah hidupnya.

Seiring bertambahnya usia, kenangan tentang warung ikan bakar itu harusnya terkikis oleh waktu. Namun, apa yang membuatnya begitu istimewa, begitu abadi?

Menurutnya, rahasia itu terletak pada konsistensi dan keandalan yang dimiliki oleh warung tersebut. “Rasa Tak Pernah Bohong,” katanya sambil tersenyum, mencerminkan keyakinan bahwa kualitas dan kelezatan makanan di warung itu tidak pernah mengecewakan.

Selama puluhan tahun, suasana ruangan yang beraroma asap ikan bakar, dipadu dengan rasa ikan bandeng yang dibakar khas, dengan sambel bumbu kacang yang telah digiling halus dan diberi bumbu, nasi putih pulen yang mengepul dilengkapi dengan semangkuk sop saudara yang segar dengan rasa pala dan sereh yang dominan. Memang paduan yang pas dan sangat nikmat. Makanan lezat dinikmti sampai mengeluarkan keringat mengucur dikulit wajah.

Ketika saya dibawa untuk ikut menikmati dan mengunyah sepotong ikan bakar dari warung itu, saya pun ikut merasakan kombinasi cita rasa yang memang khas. Bagian luar yang renyah, dipanggang dengan sempurna, dan bagian dalam yang lembut, meleleh di mulut. Bumbu kacangnya halus, jadi cocolan yang menambah rasa gurih ikan bakar, kemudian rasa itu disempurnakan dengan semangkuk sop saudara yang segar, dengan daging sapi yang dikerat kecil dan tipis-tipis dicampur sedikit soun dan ditabur dengan bawang putih goreng. Benar-benar membangkitkan selera makan yang nikmat. Saya ikut mengangguk, setuju dengan kenikmatan yang dikatakan.

Bagi adik saya, setiap gigitan membawa nostalgia akan kenangan masa kecil dan sukacita dari hidangan sederhana ini. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk mempertahankan kualitas dan cita rasa yang melekat adalah anugerah yang langka.

Namun, kenapa tetap setia pada warung ikan bakar ini, sementara pilihan hidangan lain beragam dan juga orang-orang telah mengalami perubahan selera dan preferensi seiring berjalannya waktu?

Dari apa yang diungkapkan, saya mengetahui mengapa dapat terikat dan loyal terhadap warung ikan bakar itu.

Pengalaman makan di warung ikan bakar itu telah menjadi bagian dari kenangan indah dalam hidupnya. Dia tidak hanya terikat dengan rasa makanannya, tetapi juga dengan momen-momen penting dalam hidupnya, makan bersama, pada perstiwa-peristiwa tertentu, bersama dengan orang-orang tertentu.

Lebih tepatnya kembali ke warung makan ikan bakar bisa dikaitkan dengan efek nostalgia. Orang cenderung mencari kembali pengalaman positif dari masa lalu untuk merasakan kembali perasaan kebahagiaan dan kenangan yang menyenangkan.

Kemudian kenangan itu semakin kuat dengan rasa warung ikan bakar tersebut yang tetap konsisten dalam menyajikan makanan berkualitas yang baik dan rasa yang khas. Hal ini dapat menciptakan rasa keandalan dan kepuasan yang terus-menerus. Adik saya memang termasuk orang yang cenderung menyukai konsistensi dan rasa nyaman yang dapat diandalkan untuk sesuatu hal.

Warung ikan bakar juga menjadi bagian dari budaya atau tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan adik saya. Orang cenderung terikat dengan hal-hal yang mencerminkan identitas atau warisan budaya mereka.

Warung ikan bakar itu menjadi tempat yang merangsang rasa akrab dan keterikatan sosial. Teman-teman atau keluarga sering berkumpul di sana, menciptakan suasana yang nyaman dan ramah.

Dalam setiap hidangan, kita tidak hanya menemukan rasa, tetapi juga serpihan kenangan yang membuat hidup lebih indah. Warung kecil itu mengajarkan kita bahwa kepuasan sejati terletak pada kesederhanaan yang tetap konsisten. “Rasa tak pernah bohong, begitu juga kenangan. Keduanya hadir untuk diingat dan dijaga.”

Makassar, 7 Desember 2023
Ditulis sebagai rasa terima kasih diajak “bernostalgia” di warung Pangkep “Sop Saudara dan Ikan Bakar” di jalan Andalas, samping Masjid Raya Makassar.




6 Comments

  1. December 8, 2023 at 9:49 pm

    Sumintarsih

    Reply

    Tidak salah kalau banyak pelanggan.

  2. December 8, 2023 at 9:02 pm

    Kiki

    Reply

    Wisata kuliner yang jadi kenangan indah sepanjang masa. Barakallah. Makasih bu Telly tulisannya penuh gizi ..

  3. December 8, 2023 at 8:25 pm

    Much. Khoiri

    Reply

    Catatan perjalanan (kuliner) yang berisi dan bergiizi. Sudah naik kelas.

    1. December 8, 2023 at 8:54 pm

      TellyD

      Reply

      Terima kasih sdh mengatakan ini. Sy bahagia

  4. December 8, 2023 at 7:42 pm

    Astuti

    Reply

    “$Warung kecil itu mengajarkan kita bahwa kepuasan sejati terletak pada kesederhanaan yang tetap konsisten. “Saya sangat menghargai orang yang konsisten Puang.

    1. December 8, 2023 at 7:53 pm

      Telly D

      Reply

      Jika tdk konsisten gimana nangkap ekornya . Hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree