December 1, 2023 in Haji dan Umrah, Uncategorized

Tahallul : Bukan Sekedar Memotong Rambut

Tahallul : Bukan Sekedar Memotong Rambut

Oleh Telly D.

“Dalam setiap helai rambut yang jatuh, terkandung ketaatan, dan pengorbanan. Tahallul adalah ujung finis perjalanan spiritual yang membawa lebih dekat kepada kebesaran-Nya.” (Daswatia Astuty)


Tahallul istilah dalam bahasa Arab. Awam, tahallul berarti tindakan menggunting (minimal 3 helai rambut) atau mencukur rambut sebagai tindakan tanda penutupan dari rangkaian ritual Tawaf dan Sa’i yang telah dilakukan ketika melakukan ritual ibadah haji atau umrah.

Tahallul di Bukit Marwah Setelah Sa’i. Foto: Dokumen Pribadi

Tahallul menurut bahasa mengandung maksud ‘menjadi halal’, ‘menjadi boleh’, atau ‘diperbolehkan’. Dengan demikian, tahalul dapat dipahami sebagai keadaan menjadi boleh; atau diperbolehkannya seseorang melakukan pekerjaan atau aktivitas yang tadinya terlarang selama mengerjakan tahapan rukun ibadah haji atau umrah sejak berniat dan memakai ihram; tahalul ditandai dengan bercukur rambut kepala atau memotong beberapa helai (minimal 3 helai) rambut kepala.

Kelihatannya tindakan sederhana saja, padahal tahalul tidak sekedar kegiatan fisik semata berupa aktivitas memotong rambut. Banyak makna yang terkandung dalam tindakan ini. Ini dapat dijadikan bahan perenungan untuk mengapresiasi makna di balik tindakan sederhana, sehingga dapat membawa dampak positif pada aspek-aspek kehidupan sehari-hari di kemudiannya.

Setelah melaksanakan Tawaf (berputar tujuh kali mengelilingi Ka’bah) dan Sa’i (berlari-lari kecil tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah) dalam rangkaian ritual umrah, baik umrah dalam berhaji dan umrah di luar ibadah haji, mewajibkan saya menggunting rambut. Ini sebagai tanda paripurnanya menjalani rukun-rukun umrah dalam berhaji atau umrah biasa.

Setelah Selesai Tahallul di Bukit Marwah. Foto: Dokumen Pribadi


Ketika itu, saya berada dalam puncak kelelahan telah melakukan rangkaian ibadah yang sangat menguras energi fisik, berpadu dengan puncak perjalanan spiritual kepada-Nya melalui Tawaf dan Sa’i. Saya dan keluarga berada di puncak suka cita yang mengharu biru. Kelegaan dan kesyukuran yang membuncah bercampur aduk dengan kebahagiaan. Tak mampu menahan air mata yang keluar mengiringi napas kami yang sesak dan denyutan jantung kami yang berdegup keras karena rasa syukur mampu berada di titik akhir yaitu tahalul.

“Alhamdulillah, ya Allah … Engkau memilih kami hadir di tempat ini!”

Awalnya, saya hanya memaknai bahwa tindakan tahalul ini menandai selesainya ibadah haji atau umrah. Setelah itu, saya dapat mengakhiri ihram. Ya, Ihram adalah keadaan khusus saya selalu dalam keadaan suci; saya dalam keadaan bersuci diri selama menjalani rukun-rukun haji dan atau umrah. Saya mulai dari berniat dan melakukan pekerjaan ihram yang saya ambil sejak memasuki mikat.

Namun, setelah saya mengakhiri ritual ini dan melakukan perenungan di bukit Marwah, banyak makna lain yang baru saya temukan.

Ini bukan akhir, perjalanan spiritual tidak pernah berakhir. Sebaliknya, tahalul adalah babak baru dalam kisah perjalanan panjang kehidupan saya.

Rambut saya yang tergunting bukan hanya menjadi simbol akhir ibadah, tetapi adalah lambang penyerahan diri dan kesiapan saya untuk memulai fase baru dalam perjalanan rohaniah berikutnya.

Saya diingatkan bahwa dalam keseharian, untuk terus memelihara ketaatan dan semangat pengorbanan, dan menghargai setiap individu sebagai sesama hamba Allah serta menjadi rahmat bagi makhluk-makhluk lain di sekitar kita.

Saya diingatkan bahwa tahalul adalah batas tempat atau waktu untuk mengawali serangkaian proses pembersihan hati yang tak kunjung usai. Kebersihan spiritual yang saya peroleh melalui tahalul bukanlah tujuan akhir, melainkan modal untuk terus berkembang dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Saya diingatkan bahwa dalam pandangan Allah, tidak ada perbedaan yang fundamental antara satu hamba dan hamba yang lain. Sehelai rambut yang jatuh di antara jutaan rambut lainnya menyiratkan pesan bahwa di hadapan-Nya, kita semua adalah makhluk-Nya yang setara.

Setelah Tahallul di Bukit Marwah. Foto: Dokumen Pribadi


Dengan tahalul, saya juga diajarkan untuk tetap tawaduk (rendah hati; patuh; taat) dalam pencapaian spiritual. Kebanggaan yang mungkin muncul setelah menyelesaikan ibadah haji atau umrah tidak seharusnya melupakan esensi kesederhanaan. Rambut yang dipotong atau dicukur adalah peringatan bahwa di tengah kebesaran spiritual, kesederhanaan tetap menjadi kunci untuk mencapai keberkahan.

Akhirnya, berangkat dari tahalul membuka lembaran baru yang tidak hanya menandakan akhir sebuah perjalanan. Namun, menjadi pembuka jalan bagi awal meniti perjalanan panjang berikutnya.

Rambut yang terpotong atau tercukur menjadi simbol transformasi, bahwa saya telah melakukan langkah besar menuju kedekatan dengan Allah, dan kini saya memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kebesaran nilai-nilai spiritual.

Rambut yang tergunting menjadi saksi bisu dari perjalanan ini. Dengan hati yang penuh syukur, saya dan keluarga melangkah keluar dari tempat itu dengan harapan dapat menjadi manusia yang lebih baik, lebih tawaduk, dan lebih siap mengarungi perjalanan hidup yang lebih bermakna.
Tahalul hakikinya bukanlah akhir dari ibadah, melainkan pintu gerbang menuju keabadian spiritual yang langgeng.

Tahalul pun juga bukan hanya tindakan ritual, tetapi adalah perjalanan batin. Ia mengajarkan bahwa kebenaran sejati dan keindahan hakiki ditemukan dalam kesederhanaan, ketaatan, pengorbanan, kesetaraan, dan pembersihan spiritual.

Tahalul adalah panggilan untuk meninggalkan belenggu dunia dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan hati yang tulus dan bersih. Pembersihan hati tidak pernah berakhir, terus tumbuh dalam keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah, seiring dengan setiap langkah hidup yang masih tersisa.

Makassar, Mei 2023




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree