Sa’i: Berlari-lari Dalam Pelukan Mukjizat
Sa’i: Berlari-lari Dalam Pelukan Mukjizat
Oleh Telly D.
“Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan Sebagian syiar (agama) Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’I antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 002:158)
Judul tulisan ini mengandung makna bahwa ritual Sa’i yang berupa aktivitas berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah memiliki makna yang mendalam lebih dari sekedar kewajiban ibadah. Berlari-lari kecil menciptakan hubungan langsung dengan keajaiban atau mukjizat yang menjadi tonggak penting dalam sejarah ketabahan, kesabaran, dan ketakwaan umat Islam yang diteladankan oleh Ibunda Siti Hajar.
Tanpa disadari sebenarnya setiap langkah antara bukit Safa dan Marwah adalah menjadi bagian dari cerita ketabahan, keuletan, kesabaran, ketawakalan, dan ketakwaan Ibunda Siti Hajar. Ibunda yang mencarikan air di tengah gurun padas yang tandus buat anaknya Isma’il. Ritual ini menjadi simbol perjalanan hidup, di mana umat Islam meresapi makna keberanian, keyakinan, kesabaran, ketabahan, dan ketawakalan.
Lebih jauh lagi, Sa’i adalah kisah kasih sayang Allah, yang melebur dalam sejarah pada setiap langkah umat Islam. Dengan melangkah antara bukit Safa dan Marwah, umat Islam menapaki jejak keajaiban dan memahami bahwa setiap pelukan mukjizat masih hadir bagi hati yang merindukan makna spiritual dalam hidup.
Safa dan Marwah adalah dua bukit kecil, yang menjadi bagian penting dari ritual Sa’i dalam ibadah haji dan atau umrah. Sa’i adalah aktivitas berlari-lari kecil atau berjalan cepat antara bukit Safa dan Marwah berulang tujuh kali yang menjadi salah satu rukun haji dan umrah.
Menuju Bukit Safa untuk Mulai Sa’i. Foto: Dokumen Pribadi
Ritual Sa’i ini mengenang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar bersama putra mereka Isma’il. Ketika air yang disediakan oleh Nabi Ibrahim untuk Hajar dan Isma’il habis, Hajar mencari air dengan berlari-lari antara dua bukit, yaitu Safa dan Marwah. Akhirnya, Allah memberikan mukjizat dengan membuatkan mata air Zamzam yang dimunculkan-Nya di dekat kaki tempat Isma’il dibaringkan oleh Ibunda Hajar ketika mencari air antara Safa dan Marwah.
Sa’i dimulai setelah melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali paripurna. Dalam pelaksanaan Sa’i, umat Islam melakukan tujuh putaran antara bukit Safa dan Marwah, dimulai dari bukit Safa dan diakhiri di Marwah.
Berada di antara Safa dan Marwah pada pelaksanaan Sa’i selama ibadah haji atau umrah adalah sebuah pengalaman yang luar biasa bagi saya. Satu momen yang paling menakjubkan adalah ketika melihat sejumlah umat Islam yang tenggelam dalam doa dan zikir di antara dua bukit suci tersebut. Pemandangan ini tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menyentuh hati dengan keindahan spiritualnya.
Melaksanakan Sa’i. Foto: Dokumen Pribadi
Dalam gemuruh kerumunan yang bersatu dalam satu tujuan, suasana di antara Safa dan Marwah berubah menjadi medan doa yang penuh takjub. Ratusan, bahkan ribuan hingga jutaan umat, berkumpul secara bergelombang untuk ambil peran dalam momen suci ini dengan hati yang penuh pengabdian kepada Allah. Mereka seperti gelombang ombak yang bersatu, bergerak maju dengan satu irama dalam ikatan keimanan yang kuat.
Setiap langkah yang diambil oleh setiap individu adalah bagian dari langkah spiritual yang membentuk gambaran indah dari kebersamaan dalam mencari keridhaan Allah. Setiap doa yang diucapkan dipadu dengan setiap langkah yang diambil, adalah ungkapan dari kerinduan dan keteguhan hati dalam mengejar ridha-Nya.
Tingginya intensitas doa dan zikir menciptakan suasana yang hening dan khusyuk. Suara doa dan dzikir bersama-sama membentuk gema spiritual yang melingkupi seluruh tempat tersebut. Bagai gelombang yang harmonis, doa-doanya menyatu, menciptakan keheningan yang terasa begitu meresap dan mendalam. Dalam momen ini saya tidak mendengar suara lain kecuali suara-suara yang memuji dan bersujud kepada Sang Khalik.
Kejernihan hati setiap umat yang tenggelam dalam doa dan zikir menggambarkan keajaiban ketaatan bersama. Wajah yang khidmat dan penuh rasa khusyuk, tangan yang terangkat memohon ampun, dan langkah yang diayunkan seolah-olah menuju arah satu tujuan yang sama.
Ini membuktikan bahwa di antara Safa dan Marwah, tercipta kesatuan yang mendalam di dalam keberagaman umat Islam. Mereka adalah beragam tubuh, satu hati, dan satu jiwa berdoa bersama di bawah naungan rahmat-Nya.
Saya ikut berbaur dengan lautan manusia dan memulai langkah pertama di Safa, saya membisikkan doa
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ وَرَسُوْلُهُ إِنَّ الصَّفَا وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ، فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ. أَبْدَأَ بِمَا بَدَأ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلُهُ
Bismillahirrahmaanirrahiim wa Rasuluh. Innash Shofaa wal Marwata min sya’airillah, fa man hajjal baita awi’ tamara falaa junaaha ‘alaihi an yat thouwwada bihimaa, wa man tathouwwa’a khoiron fa innallaha syaakirun ‘aliim. Abda’u bimaa bada’allahu bihi wa Rasuluh.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. (QS. 002:158). Aku memulai Sa’i dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya memulai.
Lampu Tanda Hijau Tempat berlari-lari Kecil. Foto: Dokumen Pribad
Saya kemudian mulai menapakkan kaki perlahan menuju bukit Safa. Ketika tiba di puncaknya saya menghadap ke Ka’bah yang berdiri megah di tengah Masjidil Haram yang dipenuhi lautan manusia yang tengah menjalankan tawaf. Saya merenung tentang awal perjalanan Nabi Ibrahim dan Isma’il, yang meletakkan dasar Ka’bah yang kini berdiri megah. Safa menjadi saksi bisu ketabahan Hajar, yang berlari-lari mencari air untuk putranya yang kehausan.
Dalam langkah ini, saya merasakan panggilan untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah, mengikuti ketabahan Hajar yang membangun landasan mukjizat Zamzam.
Perlahan-lahan saya mengangkat tangan berdoa
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَاللَّهِ الْحَمْدُ. اَللَّهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا الْحَمْدُ للهِ عَلَى مَا أَوْلَانَا. لَا إِلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لاَشَريكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْيْ قَدِيْرٌ. أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَالْحَمْدُ لله رب العالمين
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar walilahil hamd. Allahuakbar ‘alaa maa hadaanal hamdullahi ‘alaa maa aulaana. Laa ilaaha illallahu wahdahulaa syariikalah, lahulmulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai’in qodiir. An jaza wa’dahu wa nashara ‘abdahu wahazamal ahzaaba wahdah. Laa ilaha illallahu walaa na’budu illa iyyahu muhlisiina lahuddaina wa laukarihal kaafiruuna walhamdulillahi robbil ‘alamiin.
Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah, Allah Maha Besar, atas petunjuk yang diberikan-Nya kepada kami, segala puji bagi Allah atas karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kami, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian, Dia berkuasa atas segala sesuatu. Dia telah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan sendiri musuh-musuh-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya dengan memurnikan kepatuhan semata kepada-Nya walaupun orang-orang kafir membenci, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.
Selesai berdoa saya memutar dan mulai berjalan ke bukit Marwah sambil terus melafalkan
الله اكبر، الله اكبر ، الله اكبر، اللَّهُمَّ اسْتَعْمَلْنِيْ بِسُنَةِ نَبِيِّكَ وَتَوَفَّنِيْ عَلَى مِلَّتِهِ وَأعِدْنِيْ مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ
Allahu Akbar 3x, Allohumasta’milni, bi sunati nabiyika, watawafani ‘ala milatihi, wa-a’izni min mudilatil fitan.
Artinya: Allah Maha Besar 3x, ya Allah bimbinglah kami untuk beramal sesuai dengan sunah Nabi-Mu dan matikanlah kami dalam keadaan Islam dan hindarkanlah kami dari fitnah yang menyesatkan.
Saya meniru keberanian Hajar yang mencari air dengan tekad bulat. Ini lebih dari sekadar gerakan fisik. Ini simbol perjuangan dan tekad dalam menghadapi ujian hidup. Hajar berlari dengan keyakinan bahwa Allah takkan membiarkannya dalam keputusasaan.
Ketika saya telah sampai di antara dua pilar hijau, saya ucapkan
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَّزْ عَمّاَ تَعْلَمُ إنَّكَ تَعْلَمُ مَا لَانَعْلَمُ إنَّكَ اَنْتَ اللهُ الأعزّ الأكرَمْ
Robigfir warham, w’fu watakarom, watajawaz ‘ama ta’lamu, inaka ta’lamu malana’lamu, inaka angtallahul-a’azul-akrom.
Artinya: Ya Allah ampunilah, sayangilah, ma’afkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Mulia dan Maha Pemurah.
Demikianlah langkah-langkah kecil saya di antara Safa dan Marwah, saya meyakini bahwa keberanian dan tekad ini akan menjadi kunci untuk mendapatkan mukjizat.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2:153])
Saat saya tiba di bukit Marwah, saya merenungkan kesabaran Hajar. Bagaimana dia mencapai kemenangan setelah berlari-lari di antara dua bukit suci. Marwah adalah simbol kesabaran dan tawakkal, dan saya merasakannya dalam setiap tarikan nafas saya.
Di bukit Marwah saya menghentikan langkah, mengangkat tangan, dan bermohon pada Allah. Saat itu, saya mengerti bahwa kesabaran dan tawakkal adalah kunci untuk menghadirkan mukjizat dalam hidup.
“Dan berlari-larilah kamu secepat-cepatnya kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Aali Imran [3:133])
Dalam ritual Sa’i saya juga menikmati kesejukan air Zamzam. Air yang tak pernah kering sejak zaman Hajar dan Isma’il. Inilah bukti konkret tawakal dan kesabaran Hajar yang melahirkan mukjizat yang hingga kini diberkahi untuk jutaan umat Islam di seluruh dunia. Tegukan air Zamzam adalah sentuhan langsung dari kasih sayang Allah, seperti yang dialami oleh Hajar ketika Zamzam mengalir di tengah bukit padas yang tandus.
Saat membayangkan momen Hajar yang berdoa di puncak kesabaran, saya merasa setiap doa yang saya munajatkan adalah seruan kepada-Nya untuk memberikan petunjuk, keberkahan, dan kemudahan dalam hidup saya.
Kaki saya menapak terus mendekati bukit Marwah, kemudian saya lafazkan
اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِاعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَطَوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَاِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
Inas shofa wal-marwata ming sya-‘a-irillahi, faman hajjal-bayta awi’tamaro fala junaha ‘alaihi ayathowafa bihima wamangtathowa’a khoiron fa-innalloha syakirun ‘alim.
Artinya: Sesungguhnya Sofa dan Marwah sebagian dari syi’ar-syi’ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumroh, maka tidak ada dosa baginya berkeliling (mengerjakan Sa’i antara keduanya). Dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Menerima Kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah 002:158)
Sa’i dari Safa sampai Marwa itu dihitung satu kali, demikian juga dari Marwah ke Safa, setelah sampai 7 kali barakhir di Bukit Marwah. Di sini Sa’i sudah selesai, saya dapat sudahi menuntaskan ritual ini dengan pelaksanaan tahalul yang ditandai aktivitas menggunting rambut.
“Berilah kami petunjuk ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang telah mendapat kemurkaan dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah 001:6-7)
Akhirnya “berlari-lari dalam pelukan mukjizat” dalam tulisan ini, ada di dalam konteks Sa’i di antara Safa dan Marwah adalah aktivitas yang memiliki makna mendalam yang mencerminkan perjalanan spiritual dan keterikatan erat dengan mukjizat Allah.
Berlari-lari di antara Safa dan Marwah bukanlah sekadar aktivitas fisik, melainkan simbol ketabahan, keuletan, kesabaran, ketawakalan, keberanian, dan keyakinan kepada Allah. Setiap langkah dalam ritual Sa’i adalah bentuk ketaatan dan ketergantungan sepenuhnya kepada Allah. Berlari-lari di antara dua bukit suci adalah manifestasi nyata dari sikap tawakal dan keberanian yang harus diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Melaksanakan Sa’i. Foto: Dokumen Pribadi
Ritual Sa’i menjadi momen spiritual yang mendalam, di mana setiap orang yang beriman mencari keberkahan, keampunan, dan petunjuk dari Allah. Pelukan mukjizat terjadi dalam setiap doa yang diucapkan, setiap langkah yang diambil, dan setiap tegukan air Zamzam yang diminum.
Mukjizat Zamzam, yang bermula dari tawakal dan ketabahan Hajar, menjadi pusat perhatian dalam ritual Sa’i. Berlari-lari dalam pelukan mukjizat mencerminkan keterikatan kita dengan keajaiban Allah yang tak terhingga. Ini adalah pengingat bahwa setiap tindakan yang dilakukan dalam ibadah memiliki hubungan langsung dengan mukjizat-mukjizat Allah yang senantiasa hadir dalam kehidupan.
Makassar, Mei 2023
March 25, 2024 at 11:22 pm
Cyril Sosbe
Excellent write-up
December 2, 2023 at 11:05 pm
Sumintarsih
Catatan dan ulasan yang indah, seindah pelaksanaan ibadah bersama jutaan umat Islam sedunia.
December 2, 2023 at 10:48 pm
Hernawati
Tawakal dan kesabaran adalah kunci dalam menjalankan kehidupan. Terima kasih inspirasinya Bunda