November 28, 2023 in Serba Serbi RPL, Uncategorized

Silaturahmi: Setitik Cerita Sejuta Makna

Silaturahmi: Setitik Cerita Sejuta Makna


Oleh Telly D.


“Merawat silaturahmi, merawat kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup.” (Daswatia Astuty)

Silaturahmi adalah adopsi dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai sebagai ‘tali persahabatan (persaudaraan)’.

Dibentuk dari kata “shilat”, artinya ‘menyambung, menjalin, menghubungkan’, dan “al-rahim” atau “al-rahmi”, artinya ‘ikatan darah, hubungan kekeluargaan’. Jadi, dalam bahasa asalnya, silaturahim dapat diartikan ‘menjalin hubungan atau ikatan kekeluargaan’. Namun, karena KBBI menyerapnya menjadi ‘silaturahmi’, selanjutnya menggunakan kata ini.

Mengapa “Setitik Cerita, Sejuta Makna”? Karena silaturahmi dapat berupa pertemuan kecil, namun kita dapat menemukan “sejuta makna” atau berbagai hikmah, pembelajaran, dan pengalaman yang kompleks di dalamnya.

Mendapat chat melalui Whatshap menawarkan pertemuan, sesuatu yang menyenangkan. Apalagi tawaran ini dari seorang yang istimewa. Prof. Ngainun Naim, penulis senior dalam komunitas Rumah Virul Literasi (RVL) yang difounderi oleh Much. Khoiri. Saya pun telah bergabung di dalamnya. Beliau saya kenal akrab, namun hanya sebatas dalam komunikasi maya.

Keistimewaan utamanya, saya sadari bahwa menjalin silaturahmi merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Makan Bersama. Foto: Dokumen Pribadi

Setiap amalan yang dilakukan karena perintah-Nya dan contoh Rasul-Nya dapat mendatangkan pahala, juga membawa berbagai manfaat di dunia hingga akhirat. Dalam beberapa hadis, menjalin silaturahmi diiinformasikan sebagai alternatif untuk menghapus dosa-dosa.

Juga dikaitkan dengan umur panjang dan hidup penuh keberkahan. Menurut beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis, Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang menjaga hubungan silaturahmi.

“Barang siapa yang ingin diangkat derajatnya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Silaturahmi juga penting untuk membangun hubungan yang baik dalam bermasyarakat. Merupakan satu bentuk kebaikan dan kemuliaan untuk menciptakan kedamaian, keharmonisan, dan kasih-sayang dalam masyarakat.

“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari)

Sejatinya sesuai rencana sebulan sebelumnya, hari ini saya ada agenda ke Sorong. Namun, dengan senang hati saya menundanya. Saya tidak ingin kehilangan kesempatan berharga.

Sejak bergabung dalam komunitas RVL, saya selalu terkesan oleh kehebatan dan keberagaman para anggotanya. Meskipun hanya berinteraksi melalui internet, semangat dan dedikasi untuk menulis yang dimiliki oleh setiap anggota membuat saya merasa terhubung secara mendalam.

Namun, silaturahmi seperti ini tetap menjadi momen yang saya nanti-nantikan karena saya dapat bersemuka dan kopi darat.

Mulanya, setelah saling bersapa, kami memulai membincangkan keluarga. Beliau dengan penuh semangat bercerita tentang nilai-nilai keluarga yang telah membentuk karakternya. Terungkaplah bagaimana kehangatan keluarga dan dukungan orang tua menjadi landasan kokoh melesat kariernya.

Saya pun tak kalah antusias menceritakan kisah keluarga saya yang penuh warna, dengan semua lika-liku yang telah membentuk saya menjadi pribadi seperti sekarang ini. Kisah tentang tradisi ibu sehingga saya dapat mengungkapkan isi hati dengan menulis.

Kami berdua akhirnya sepakat bahwa peran orang tua demikian berarti memberikan dukungan pencapaian kami sekarang ini.

Perbincangan kemudian bermetamorfosis menjadi curahan hati tentang perjalanan karier. Terungkaplah awal mula kariernya dan bagaimana beliau mesti berjuang menitinya.

Catatan saya, betapa pentingnya tekad dan ketekunan dalam meniti karier. Banyak rintangan yang harus diatasi, tetapi di balik kisah perjalanan pajang meniti karier inilah ada nilai begitu berharga.

Kecemerlangan mengukir kesan yang mendalam melalui kelembutan tutur kata, mengesankan beliau pribadi yang rendah hati dan lembut. Setiap kalimatnya runtut dalam pengutaraan.

Diksi beliau penuh kecermatan. Suaranya yang pelan dan lembut melibatkan saya dalam alur cerita, menciptakan atmosfer yang hangat dan akrab, sehingga saya harus beradaptasi menurunkan volume suara dan mengikuti iramanya.

Beliau piawai memberikan gambaran peristiwa dan menularkan emosi melalui setiap intonasinya. Tutur katanya mampu menciptakan koneksi emosional dan menunjukkan kedalaman pemikiran serta kearifan yang tercitrakan.

Ketika beliau berbagi, tersediakan ruang untuk refleksi dan pertimbangan. Ini menciptakan suasana yang terbuka dan mendukung, menjadikan silaturahmi  penuh makna serta inspirasi.

Kepiawaian beliau menggambarkan detail dengan kata-kata juga menciptakan narasi yang hidup dalam pikiran saya sebagai pendengar. Beliau mampu menyulam kata-kata dengan elegan, seolah-olah sedang menganyam benang-benang kecerdasan dan kepekaan dalam setiap kalimatnya.

Bahkan dalam mengungkapkan peristiwa yang sulit atau mengharukan, kecermatan diksinya membuat saya dimampukan dapat mereka dan merasa berada dalam pengalaman yang disampaikan.

Bertutur beliau menciptakan ruang untuk saya merasa dihargai. Beliau berstamina mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan waktu bagi setiap kata yang saya ucapkan. Hal ini mencitrakan rasa hormat dan penghargaan terhadap pengalaman dan pandangan orang lain. Dengan demikian, citra beliau sebagai figur yang mampu menyejukkan dan menginspirasi, terasa mampu memperkaya jiwa.

Beliau mencitrakan pribadi pemilik semangat bekerja tanpa pamrih. Jauh dari bekeja untuk mendapatkan gelar, penghargaan, dan jabatan semata. Namun, lebih kepada hasrat batinnya mendedikasikan diri untuk memberikan manfaat yang lebih.

Meskipun telah mencapai puncak kesuksesan, beliau tetap memiliki semangat untuk terus belajar, memperluas dan memperdalam pengetahuan yang beliau langgengkan.

Beliau istikomah memilih fokus pada esensi amanat sebagai seorang guru besar dan penulis, yakni menyampaikan gagasan, inspirasi, dan cerita melalui kata-kata. Baginya kepuasan berasal dari kualitas karyanya dan dampak positif yang dapat diberikan, bukan dari gelar atau posisi yang diemban.

Saya memaknainya bahwa ketulusan beliau dalam berkarier menjadi contoh hidup bahwa keberhasilan sejati tidak hanya diukur dari jabatan atau popularitas, melainkan dari integritas, komitmen, keikhlasan, dan kualitas karya yang dipublikasikan.

Dedikasinya ini menjadi sumber inspirasi bagi saya, menanamkan nilai-nilai kejujuran dan ketulusikhlasan dalam setiap langkah perjalanan hidup saya yang masih tersisa.

Akhirnya, dengan hati yang penuh syukur, saya berpisah dengan beliau. Silaturahmi ini berperan menyatukan dua jiwa yang penuh dedikasi dalam dunia literasi dan menjadi kilas balik berharga yang dapat menginspirasi langkah perjalanan saya sebagai seorang penulis.

Nyatalah, saya buktikan bahwa beliau seorang penulis hebat, sosok yang rendah hati, dan ramah. Pembangun suasana yang hangat dan akrab. Saya merasa beruntung dapat menyerap ilmu dan inspirasi langsung dari sosok yang telah memberikan kontribusi dan warna dalam mengembangkan komunitas RVL.

Saya kemudian menyadari dan mengalami sendiri betapa pentingnya silaturahmi dalam menyemai nilai-nilai kebersamaan, kehangatan, saling mendukung di antara sesama penulis.

Sebuah silaturahmi yang tulus mampu menjembatani perbedaan, memudarkan batas, dan memberi warna baru. Momen sederhana yang memperkuat keyakinan bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama adalah investasi berharga dalam kebahagiaan dan kesuksesan.

Makassar, 23 November 2023






One Comment

  1. November 28, 2023 at 3:02 am

    Sumintarsih

    Reply

    Bersilaturahmi adalah investasi kebahagiaan. Benar sekali ini Bunda…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree