November 14, 2023 in Catatan Harianku, Uncategorized

Demi Waktu: Pemberian Jam Tangan sebagai Tali Asih kepada Guru-Guru Terkasih

Demi Waktu: Pemberian Jam Tangan sebagai Tali Asih kepada Guru-Guru Terkasih

Oleh Telly Dachlan*


“Pendidikan adalah pohon dan guru adalah akarnya. Terima kasih telah memberi kami akar yang kokoh untuk bertumbuh dan berkembang.” (Daswatia-Astuty)

Hari ini tanggal 12 November 2023 saya menghadiri sebuah acara “Temu Kangen” anak Kompleks Perumahan Pegawai yang bertajuk “Bersama Merajut Kenangan” yang dilaksanakan di Bola Pitue, Padongko, Kabupaten Barru.

Awalnya saya berpikir temu kangen ini hanya sebatas anak-anak yang pernah hidup bersama dalam perumahan kompleks pegawai di era tahun 60-70an, namun ternyata saya keliru. Pertemuan itu tidak hanya untuk anak kompleks perumahan pegawai namun semua sahabat anak kompleks perumahan pegawai menyatukan diri sebagai keluarga besar yang telah hidup dan bertumbuh bersama-sama ketika menimba ilmu di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kabupaten Barru.

Bisa dibayangkan hebohnya. Bagi saya 46 tahun baru punya kesempatan untuk bertemu, menjadi hal yang luar biasa. Sebuah temu kangen yang penuh kehangatan mencoba menghadirkan momen spesial yang penuh kenangan.

Ada 2 hal yang sangat spesial untuk diapresiasi yang membuat temu kangen ini istimewa.

1. Hadirnya guru-guru dalam temu kangen itu.
Anak-anak kompleks perumahan pegawai beserta sahabat-sahabatnya adalah para siswa yang telah melangkah jauh dari bangku sekolah. Namun mereka bersatu kembali untuk memberikan penghargaan kepada guru-guru mereka yang masih hidup.

Sangat surprise, dalam temu kangen itu juga diberi ruang untuk temu kangen dengan bapak-bapak guru. Mereka berhasil menghadirkan 3 orang guru. Guru SMP bapak Nur Mekka dan Bapak Milleng, serta Guru SMA Bapak Taqwin. Ini tentu bukan hal mudah mencari dan menghadirkan guru tersebut dalam usianya yang sudah sangat lanjut.

Kepala sekolah pertama SMP Negeri Barru yang berusia 94 tahun Bapak Drs. H.M. Dachlan juga dihadirkan untuk memberi sambutan sekaligus mewakili para orang tua anak kompleks perumahan pegawai. Untuk hal tersebut saya memberi 2 acungan jempol sebagai rasa hormat pada yang mengatur acara ini.


Ini momen yang paling istimewa ketika guru-guru yang telah berusia sangat lanjut bertemu dengan siswanya yang juga telah berusia lanjut, sangat mengharukan dan saling menyemangati. Saya sendiri yang hadir telah berusia 63 tahun, bahkan masih terdapat yang berusia jauh lebih tua dari usia saya.

2. Pemberian hadiah jam tangan sebagai tali asih
Keistimewaan berikut adalah hadiah yang dipilih dengan cermat untuk diberikan kepada para guru tersebut adalah sebuah jam tangan. Pemberian itu menggugah saya dengan makna yang dalam.

Pemberian jam tangan adalah pernyataan tulus dan mendalam tentang penghargaan terhadap waktu, sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Asr.
Surah Al-Asr, yang dimulai dengan kata “وَالْعَصْرِ” (demi waktu), Ayat-ayat surah ini menegaskan bahwa manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, dan saling menasehati untuk mematuhi kebenaran dan kesabaran.


Dalam ajaran Surah Al-Asr, jam tangan tersebut adalah bukti konkret bahwa penghargaan terhadap waktu dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh para guru tidak hanya diakui, tetapi juga diinternalisasi dalam setiap aspek hidup.

Dengan penuh cinta dan hormat, siswa memberikan bukti bahwa Surah Al-Asr bukan hanya kata-kata dalam mushaf, melainkan panduan hidup yang memberikan arah dan makna bagi setiap detik yang dijalani.

Jam tangan sebagai tali asih pada guru-guru memiliki kekuatan untuk merangkum perjalanan spiritual, moral, dan intelektual yang telah dihadapi bersama.

Sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Asr, manusia yang beriman dan beramal shalih adalah mereka yang saling menasehati agar taat kepada kebenaran dan sabar. Pemberian jam tangan menjadi bukti bahwa pesan ini tidak hanya dipegang teguh dalam hati siswa, tetapi juga tercermin dalam tindakan nyata mereka.


Dalam perenungan yang lebih mendalam, jam tangan yang diberikan menciptakan jalinan khusus antara pemberi dan penerima. Setiap kali guru melihat jam di pergelangan tangannya, ia diingatkan akan peran pentingnya telah membentuk karakter dan membimbing siswa menuju keberhasilan. Dalam konteks ini, jam tangan menjadi saksi bisu dari kisah-kisah inspiratif yang telah mereka alami bersama, mengukir memori yang tak terlupakan.

Sejalan dengan nilai-nilai Islam, pemberian jam tangan sebagai tali asih juga mengajarkan tentang cinta dan persatuan. Surah Al-Asr menekankan bahwa orang-orang yang beriman saling menasehati untuk tetap teguh di jalan yang benar.

Dalam memberikan jam tangan, siswa tidak hanya menyatakan terima kasih secara individual, tetapi juga mengukuhkan persaudaraan dan komunitas yang ditanamkan oleh para guru. Ini adalah bagian dari kebersamaan yang tidak hanya menghubungkan mereka dengan waktu, tetapi juga dengan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.

Pemberian jam tangan sebagai tanda terima kasih pada guru-guru memiliki dampak jangka panjang yang menciptakan ikatan yang tak terputus. Melalui pemberian ini, siswa mengajak para guru untuk tetap menjadi bagian dari perjalanan hidup mereka, meskipun telah melangkah jauh dari bangku sekolah. Jam tangan adalah saksi setia dan tetap hadir dalam setiap langkah mereka, seiring berjalannya waktu yang tak terelakkan.


Selain itu, pemberian jam tangan menyampaikan pesan bahwa nilai-nilai Al-Qur’an dan ajaran agama tidak hanya diterima sebagai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pedoman hidup. Jam tangan menjadi medium yang memberdayakan siswa untuk terus merenung dan berusaha menjadi individu yang lebih baik, sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah mereka pelajari dari para guru.

Pemberian ini menciptakan sebuah siklus positif di mana nilai-nilai kebenaran dan kesabaran terus berputar dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sebagai penutup, pemberian jam tangan sebagai tanda terima kasih pada guru-guru adalah lebih dari sekadar pertemuan materi dan waktu. Ini adalah karya seni yang hidup, mengandung sejuta makna filosofis yang mencerminkan perjalanan hidup, keterikatan waktu, dan hubungan batin antara guru dan siswa.


Pemberian ini bukan hanya simbol material, tetapi juga ungkapan rasa syukur yang mendalam terhadap nilai-nilai agama, kebijaksanaan, dan dedikasi yang telah ditanamkan oleh para guru.

Seiring dengan ayat demi waktu dalam Surah Al-Asr, jam tangan menjadi simbol penuh makna tentang penghargaan terhadap setiap momen yang telah dihabiskan bersama, sekaligus panggilan untuk terus memanfaatkan waktu yang tersisa dengan bijaksana.

Temu kangen ini, lebih dari sekadar kumpul bersama. Ini adalah silaturahmi hati, dimana guru dan siswa bersatu dalam makna yang mendalam dari ‘demi waktu.’ Sebuah filosofi yang tak ternilai, mengingatkan kita bahwa setiap detik adalah harta yang tak tergantikan.

Terima kasih telah mengajak saya menjadi bagian dari perjalanan ini, dimana waktu bukanlah pembatas, melainkan penunjuk menuju kebijaksanaan dan pengalaman yang membentuk kita bersama.

Semoga setiap detik ini memberi kita inspirasi dan keberkahan dalam merangkai cerita yang tak terlupakan. Terima kasih, demi waktu yang berarti bagi kita semua.

Makassar. 13 November 2023
*Penulis adalah pemerhati pendidikan, penggerak literasi, dan ibu rumah tangga.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree