Kerokan
Pentigraf
Kerokan
Oleh Telly D.
Baru saja matahari terbit. Bu Santoso bak kupu-kupu yang terpesona oleh taman tetangga sebelah. Di situ, mereka mengepakkan sayap bertukar cerita dengan semangat. Obrolan mereka ibarat pancaran pelangi di langit pagi. Membahas berbagai topik menarik, urusan dapur, tetangga, sekolah, artis, ekonomi, bahkan politik pun jadi bahan obrolannya. Sambil diselingi cerita utang arisan Bu RT hingga kisah cinta anak tetangga yang menikah tanpa direstui. Semua itu menjebak Bu Santoso dalam kenikmatan pusaran cerita yang begitu menggoda hingga ia melupakan sepenuhnya perannya sebagai ibu rumah tangga dan pendamping setia suaminya.
Selagi obrolan mereka sedang berlangsung penuh gejolak, sebuah jeritan keras tiba-tiba muncul. Suaminya memanggilnya dengan keras, meminta pertolongan untuk mencarikan uang koin. Bu Santoso panik dan bingung, kebingungannya mencapai puncaknya. Saat suaminya mengungkapkan niatnya yang tak terduga: ia ingin dicarikan uang koin itu untuk kerokan.
Sepagi ini mau dikerok? Sejak kapan suami yang lembut itu suka dikerok? Selama ini dikenal sebagai sosok yang sangat penakut dan ngeri menjalani sesi kerokan. Syukur uang koin cepat ditemukan di bawah meja, terjepit di kaki kursi yang berdebu. Susah payah akhirya uang koin ditunjukkan, namun suaminya dengan suara lembut mengatakan, “Itu untukmu. Pakailah mengerok lidahmu yang selalu ngomongkan orang,” ucapan lembut yang menusuk tepat ulu hatinya. Bu Santoso merasa bergidik, luka hatinya meneteskan darah. Malu. Wajahnya tersipu. Dunianya tiba-tiba berputar. Salah tingkah menghadapi situasi yang sangat tidak terduga.
Makassar, 7 November 2023
Leave a Reply