October 18, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Jejak Berdarah di Benteng Nassau

Jejak Berdarah di Benteng Nassau
Oleh Telly D.

“Perang dapat membangun benteng. Namun, hanya perdamaian yang dapat membangun bangsa.” (Daswatia Astuty)

Salah Satu Pintu Masuk Benteng Nassau. Foto: Dokumen Pribadi


Setiap menyebutkan benteng, ingatan saya pada kolonialisme Bangsa Eropa, dimana benteng sebagai sistem pertahanan namun, sekaligus juga ruang tahanan bagi kaum pribumi. Berbagai peristiwa keji terjadi pada sebuah benteng. Benteng sering menjelma menjadi tempat esekusi di luar batas kemanusian.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah Banda Neira dan pembangunan Benteng Nassau adalah cerminan dari periode yang sangat sulit dalam sejarah kolonialisme yang dipenuhi dengan jejak berdarah.

Semua bermula dari hasrat serakah bangsa Eropa untuk menguasai rempah-rempah yang sangat berharga di wilayah ini, terutama pala dan cengkih pada abad ke-16 hingga abad ke-18. Upaya mereka untuk menguasai perdagangan rempah-rempah ini dilakukan pembangunan Benteng Nassau di Banda Neira pada abad ke-17.

Benteng Nassau adalah simbol dari ambisi Belanda untuk mengendalikan dan menguasai sumber daya rempah-rempah dan menghindari persaingan dengan bangsa lain. Namun, di balik bangunan megah ini, ada cerita tragis dari penduduk asli, khususnya suku Banda yang harus merasakan penderitaan yang tak terbayangkan.

Penduduk Banda Neira menghadapi penindasan, kerja paksa, dan eksploitasi oleh pihak Belanda. Dibawa ke Batavia untuk dijadikan budak. Mereka harus menjalani masa-masa yang sangat sulit akibat ambisi serakah bangsa Eropa.

Benteng Nassau. Foto: Dokumen Pribadi


Ketika saya mengunjungi Benteng Nassau yang letaknya di Desa Nusantara, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah saya tertegun di depannya, membayangkan bahwa di tempat ini pada tahun 1622 jadi saksi peristiwa berdarah. Sekitar 44 “orang kaya” di Banda dieksekusi mati oleh Jan Pieterszoon Coen. Ia menyewa ronnin (samurai Jepang) untuk mengesekusi. Kepala mereka dipenggal dan bagian tubuhnya di potong menjadi 4 bagian dan dilempar ke segala penjuru.

Kepala mereka yang telah dipenggal tersebut lalu ditancapkan di atas tiang bambu dan dipertontonkan kepada semua orang. Betapa keji dan di luar batas kemanusiaan. Orang-orang kaya tersebut mati karena tidak mau tunduk kepada VOC dan tidak berdaya melakukan perlawanan.

Setelah kejadian itu orang pribumi menyerah dan melarikan diri ke pulau di luar Kepulauan Banda. Dengan dikuasainya Banda Neira oleh VOC, perdagangan rempah-rempah kemudian dimonopoli oleh VOC dan menjadikan Benteng Nassau sebagai pusat perdagangan, gudang penyimpanan, serta pemukiman dan kantor VOC (sebelum pindah ke Istana Mini). (Des Alwi. Sejarah Maluku, Banda Neira, Ternate, Tidore dan Ambon (2005)).

Bergidik saya membayangkan peristiwa berdarah yang di luar batas kemanusiaan itu.

Banda Neira hanya seluas 2,568 kilometer persegi, dengan luas daratan 180, 59 kilometer persegi dan luas lautan 2.387.59 kilometer peregi. Namun memiliki 2 benteng besar yang nyaris berdekatan, satu berada di bawah dekat pesisir pantai (Benteng Nassau) dan satu berada di ketinggian (Benteng Belgica). Kondisi ini saja sudah cukup memberi isyarat betapa serakahnya keinginan menguasai sumber daya alam yang ada sehingga tidak cukup jika hanya satu benteng pertahanan. Dan betapa berharganya cengkeh dan pala di masa itu, tentu sesuai dengan ungkapani “emas hitam” karena nilainya setara dengan nilai emas.

Benteng Nassau merupakan benteng pertama yang dibangun oleh Bangsa Belanda di Banda Neira. Dibangun pada tahun 1607 di bawah kepemimpinan Admiral Verhoef. Benteng Nassau didirikan di atas bekas pondasi benteng milik Portugis yang pernah berkuasa di Banda Neira.

Pintu Benteng Nassau dari Dalam. Foto: Dokumen Pribadi


Benteng ini dikelilingi oleh parit dengan lebar kurang lebih 4 meter yang juga terhubung dengan kanal yang menuju ke laut. Tak jauh dari kanal terdapat dermaga untuk bersandarnya kapal-kapal VOC. Kanal tersebut diduga digunakan sebagai jalur bongkar muat barang dari kapal menuju benteng atau sebaliknya dengan diangkut oleh perahu kecil untuk menghemat tenaga.

Benteng Nassau berada di tengah-tengah Kota Banda dan mudah untuk dijangkau. Ketika saya berkunjung ke Pulau Neira, saya bisa mencapai Benteng Nassau hanya dengan berjalan kaki saja. Namun dapat juga mengendarai sepeda motor yang menjadi alat transportasi di pulau itu.

Bangunan Benteng Nassau berada di ketinggian 2,70 meter dari permukaan laut. Mempunyai denah berbentuk segi empat dengan luas bangunan 3,159 meter persegi dan luas halaman 1,525 meter persegi. Terdapat dua buah gerbang masuk berbentuk lengkungan pada benteng ini.

Gerbang utama menghadap ke pesisir selatan Pulau Banda. Tinggi dinding benteng mencapai 3 meter dengan tembok yang dibangun dengan batu karang. Sementara gerbang kedua berada di sebelah barat dari benteng. Kini Benteng Nassau sedang dalam pembangunan ulang untuk mengembalikan wajah benteng seperti sedia kalanya.

Benteng Nassau memiliki luas yang relatif kecil. Luasnya adalah sekitar 1.760 meter persegi atau sekitar 0,176 hektar. Meskipun ukurannya tidak besar, benteng ini memiliki struktur yang kuat dan peran penting dalam sejarah perdagangan rempah-rempah dari kolonialisasi di wilayah tersebut.

Saat ini, kondisi Benteng Nassau hanya tinggal separuh, dimana dua bastion dan tembok sisi utara telah runtuh. Selain itu, bangunan-bangunan di dalamnya sudah hancur, banyak tembok yang ditumbuhi rumput serta lumut, dan parit kelilingnya sudah kering.

Benteng Nassau di Pulau Banda Neira memiliki sejumlah keistimewaan yang menjadikannya bangunan bersejarah yang menarik dan berarti.

Benteng Nassau. Foto: Dokumen Pribadi


Salah satu keistimewaan utama Benteng Nassau adalah sejarahnya yang kaya. Benteng ini adalah saksi hidup perjalanan sejarah Kepulauan Banda yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat berharga pada abad ke-17. Sejarah perdagangan rempah-rempah, persaingan antara kekuatan kolonial Eropa, dan perpindahan tangan benteng ini dari tangan ke tangan negara kolonial yang berbeda menciptakan cerita sejarah yang sangat menarik.

Pemandangan Dari Benteng Nassau. Foto: Dokumen Pribadi


Benteng Nassau memiliki arsitektur yang indah dan klasik. Dinding-dinding batu bata yang kokoh, dan menara pengawas yang tinggi menjulang, benteng ini adalah contoh arsitektur militer yang menawan. Saya dapat menikmati pemandangan visual yang memesona di dalam dan apalagi di sekitar benteng.

Saya menjelajahi lorong-lorong bersejarah, masuk ke menara pengawas yang tinggi untuk menikmati pemandangan. Bagi saya, ini adalah pengalaman yang memungkinkan saya untuk merenungkan sejarah, budaya, dan peranan penting yang dimainkan oleh benteng ini dalam sejarah dunia.

Saya menikmati pemandangan laut yang biru, pantai berpasir putih, dan panorama yang memesona di sekitar benteng. Ini membuat pengalaman kunjungan saya menjadi lebih istimewa.

Benteng Nassau adalah salah satu tempat bersejarah yang menarik dan berarti, yang memadukan sejarah yang kaya, arsitektur yang indah, dan pengalaman wisata yang mendalam.

Benteng ini menghadirkan kesempatan untuk merenungkan masa lalu dan mengagumi keindahan serta keragaman alam di sekitarnya.

Benteng Nassau adalah monumen yang membawa kita kembali ke masa dimana perdagangan rempah-rempah adalah bagian vital dari peta ekonomi global. Bangunan ini adalah saksi bisu dari perang yang berdarah dan persaingan sengit antara kekuatan kolonial.

Makassar, 16 Oktober 2023




12 Comments

  1. October 19, 2023 at 8:33 pm

    N. Mimin Rukmini

    Reply

    Tulisan luar biasa! Sejarah, keabadian, keindahan, detail, kontekstual, dan penuh ilmu. Sungguh bermanfaat! Htr nuhun Bunda!

  2. October 18, 2023 at 10:50 pm

    Mukminin

    Reply

    Traveling ulung yg mengabadikan dg baik dalam artikel

    1. October 19, 2023 at 9:11 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih

  3. October 18, 2023 at 10:39 pm

    sumintarsih

    Reply

    Oleh2 perjalanan yg sangat indah, ditambah keindahan pemandangan dalam foto. Semoga benteng-benteng dan museum masih bernasib baik di mata generasi muda.

    1. October 19, 2023 at 9:12 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih

  4. October 18, 2023 at 10:39 pm

    Astuti

    Reply

    Petualang sejati sudah bangkit dengan tulisan yang lengkap dan layak mendapat 2 jempol. EWAKO

  5. October 18, 2023 at 9:45 pm

    Uly Zainal Baso

    Reply

    Membaca tulisan Ibu, seperti ikut menjelajahi kedua benteng ini, penjelasannya detail, layaknya membaca buku sejarah peradaban dan ikut bergidik membayangkan kekejaman VOC.

    1. October 19, 2023 at 9:09 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

  6. October 18, 2023 at 9:43 pm

    Budiyanti

    Reply

    Tulisan sejarah yang rinci Bu Tell. Jadi paham tentang kekejaman zaman dulu. Tulisan bergizi

    1. October 19, 2023 at 9:08 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih bunda

  7. October 18, 2023 at 9:22 pm

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan travel writing yg bagus, menunjukkan observasi yg sungguh2. Penyajian juga oke.

    1. October 18, 2023 at 9:33 pm

      Telly D

      Reply

      Terima kasih Master 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree