October 13, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Jejak Sejarah di Benteng Belgica

Jejak Sejarah di Benteng Belgica
Oleh Telly D.


“Benteng adalah titik awal pertahanan. Namun, kekuatan sejati berasal dari dalam hati.” (Daswatia Astuty)

Orang suka mengatakan berkunjung ke Banda Neira tidak lengkap jika tidak mengunjungi Benteng Belgica. Mengapa? Mungkin maksudnya, supaya kita tidak hanya menikmati keindahan alam Banda Neira. Namun, juga melengkapi dengan mendalami sejarah dan budayanya.

Benteng Belgica adalah situs bersejarah yang mencerminkan peran sentral Banda Neira dalam perdagangan rempah-rempah, penjajahan kolonial, dan perjuangan penduduk setempat. Situs ini memberikan wawasan yang menarik tentang masa lalu dan kekayaan budaya Indonesia.

Benteng-benteng pada umumnya didirikan untuk melindungi kota, wilayah, atau negara dari serangan musuh. Benteng lazimnya digunakan untuk menandai dan mempertahankan kendali teritorial sehingga menjadi simbol kekuasaan dan kedaulatan negara. Dengan demikian, sejarah benteng mencakup sejarah militer, perlindungan, pertempuran, dan strategi pertahanan.

Lain halnya dengan Benteng Belgica. Benteng ini dibangun oleh penjajah Belanda untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah di Banda Neira. Benteng ini mulanya dibangun untuk menghadapi masyarakat Banda yang menentang adanya monopoli rempah oleh VOC. Oleh karenanya, sejarah Benteng Belgica ini bermula dari sejarah perkembangan perdagangan dan pengendalian rempah-rempah di Banda Neira di masa itu.

Benteng Belgica Banda Neira. Foto: Dokumen Pribadi


Benteng ini awalnya dibangun oleh Portugis pada abad ke-16 tepatnya pada tahun 1611 oleh Portugis dan diberi nama Fortaleza de São Pedro, sebagai benteng pertahanan untuk melindungi perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut.

Kemudian pada tahun 1621, benteng Belgica diambil alih oleh VOC setelah perang yang berkepanjangan dengan Portugis. VOC Belanda mengubah namanya menjadi Fort Belgica setelah melakukan pembangunan kembali.

Benteng Belgica Banda Neira. Foto: Dokumen Pribadi


Nama “Belgica” merujuk pada bangsa Belgia, salah satu wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Belgia. Nama ini menghormati kehadiran orang Belgia pertama kali dalam perdagangan rempah-rempah di wilayah tersebut.

Struktur Benteng Fort Belgica terbuat dari batu bata merah dan batu karang koral alami. Benteng ini bertingkat tiga dan dikelilingi oleh tembok yang cukup tinggi. Terdapat menara pengawas di puncak benteng. Dari puncak benteng inilah menatap pemandangan indah ke seluruh pulau Banda Neira dan sekitarnya.

Benteng ini memiliki bentuk yang cukup unik, sangat kokoh. Panjang sisi lapisan luar Benteng Belgica sekitar 40 meter dan tinggi 5,4 meter. Sedangkan lapisan dalam memiliki tinggi 13,8 meter. Luasnya sekitar 1.900 meter persegi atau sekitar 0,19 hektar.

Benteng Belgica jika diamati memiliki dinding-dinding yang menonjol keluar membentuk lima sudut dengan tiga bastion di setiap sudutnya. Benteng ini dilengkapi dengan tembok yang kuat dan parit yang dalam.

Bentuk ini disebut sebagai “benteng bintang” atau “star fort.” Dalam arsitektur militer, bentuk ini adalah bentuk yang paling disarankan dalam desain pembuatan benteng.

Stuktur ‘star fort’ ini sangat efektif dan memiliki kemampuan pertahanan dan penyerangan yang kuat dan aman. Sudut dan dinding yang menonjol keluar menguntungkan, antara lain sebagai berikut.
– Memberikan cakupan tembakan yang lebih luas bagi pasukan pertahanan karena memberikan sudut tembakan optimal untuk menghadapi serangan musuh dari berbagai arah.
– Memberikan kesulitan penyerang untuk mendekati benteng. Sudut-sudut yang mencuat keluar menciptakan area terbuka yang rentan terhadap tembakan dari dalam benteng; membuat penyerang harus menghadapi risiko yang lebih tinggi saat mendekati dinding benteng.
– Memungkinkan taktik penembakan silang yang efektif. Pasukan di dalam benteng dapat memberikan tembakan mendatar dan diagonal yang dapat menghambat pergerakan musuh.
– Dinding-dinding yang menonjol keluar memungkinkan pos pengawasan lebih efektif terhadap aktivitas musuh di sekitarnya dan membantu dalam mengantisipasi serangan. Selain fungsinya dalam pertahanan, bentuknya yang simetris dan berbentuk bintang memberikan daya tarik visual yang khas.

Gerbang Masuk Benteng Belgica Banda Neira. Foto: Dokumen Pribadi


Melihat struktur Benteng Belgica tentu melalui perancangan militer yang cermat dan efisien, yang dirancang untuk melindungi dan mempertahankan wilayah tersebut.

Selama abad ke-17, benteng ini mengalami serangan dari berbagai pihak, termasuk serangan Inggris dan Portugis yang berusaha merebut kendali atas perdagangan rempah-rempah. Benteng ini juga pernah diambil alih oleh orang-orang pribumi Banda sebagai wujud pemberontakan mereka terhadap kekuasaan Belanda.

Benteng (Fort) Belgica saat ini merupakan salah satu objek wisata populer di Banda Neira. Banyak wisatawan mengunjungi benteng ini untuk mengeksplorasi sejarahnya, menikmati pemandangan indah, dan memahami lebih banyak tentang masa penjajahan Belanda di Indonesia.

Untuk sampai ke tempat ini, saya terbang ke Maluku. Dari sana saya meneruskan perjalanan naik kapal Pelni ke Pulau Banda Neira. Pelni menyediakan berbagai pelayanan dengan tarif yang sesuai kantong mulai kelas ekonomi atau dek sampai kelas VIP yang hanya diisi berdua. Memerlukan waktu 10 jam di atas kapal Pelni untuk sampai di sana.

Benteng Belgica berada tepat di tengah kota Banda Neira. Dari penginapan dapat dicapai dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor. Di pulau itu alat transportasi lokal adalah kendaraan roda dua (sepeda motor).

Benteng ini sangat megah dan kokoh. Ketika saya berjalan memasuki benteng itu, kekokohannya membuat saya merasakan betapa pentingnya wilayah ini dalam sejarah perdagangan rempah-rempah. Berapa besar biaya dan tenaga yang dikerahkan untuk membangunnya? Tentu setara dengan manfaat yang diperoleh.

Pemandangan dari Atas Benteng Belgica Banda Neira. Foto: Dokumen Pribadi


Benteng yang sangat strategis. Posisinya tidak hanya memungkinkan pengawasan terhadap aktivitas perdagangan. Namun, juga memberikan kendali atas aset berharga ini. Dari sinilah penguasa kolonial mengendalikan aliran rempah-rempah yang sangat berharga dan menjadikan Banda Neira sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang mendominasi dunia.

Pada masa pendudukan Jepang pada Perang Dunia II, benteng ini mengalami kerusakan yang cukup parah. Benteng ini sempat digunakan sebagai penjara politik, kemudian sejak tahun 1991 telah menjadi objek wisata dan museum.

Sewaktu saya berdiri dan berjalan-jalan di pelataran bangunan benteng ini, saya tidak bisa menahan diri untuk takjub dan terkagum-kagum oleh indahnya pemandangan yang terbentang di depan mata saya. Hanya dengan berdiri di pelatarannya, saya bisa memandangi seluruh Pulau Banda dari ketinggian.

Dari pelataran benteng saya dapat menikmati laut yang luas. Indah mempesona. Perahu-perahu nelayan terlihat yang hilir mudik berlayar. Pulau-pulau yang hijau membentang di sekelilingnya, menciptakan lanskap yang tampaknya tak berujung. Luar biasa indahnya pemandangan ini. “Spektakuler!” desisku tak tertahan.

Waktu yang tepat untuk menikmatinya adalah di saat matahari terbit atau di saat matahari terbenam karena bias sinar matahari akan menambah indahnya panorama alam. Ketika senja tempat ini sangat romantis apalagi jika digunakan memadu kasih dengan pasangan.

Saya bisa membayangkan bagaimana pemandangan yang memukau ini telah menjadi daya tarik utama bagi para penjelajah dan pedagang rempah-rempah sepanjang sejarah.
Namun, di samping pesona keindahan alam ini, saya juga merenungkan sisi kelam, sejarah yang terekam dalam dinding-dinding benteng.

Sejarah yang penuh dengan cerita tentang penderitaan rakyat Banda Neira yang dijajah oleh Belanda dan tentu mengalami penindasan yang tak terbayangkan. Mereka dipaksa untuk bekerja di bawah kondisi yang keras. Tak bertuan di tanah leluhur mereka sendiri. Bahkan, mungkin saja mereka sampai menjalani perbudakan.

Di Dalam Benteng Belgica Banda Neira. Foto: Dokumen Pribadi


Benteng Belgica adalah monumen bisu yang mengingatkan saya tentang kenyataan bahwa sejarah tak selalu indah. Pada saat rempah-rempah dianggap sebagai anugerah alam yang tak ternilai, penghuni Banda Neira juga harus membayar dengan derita yang tak terbayangkan. Sumber daya alam yang kaya sering kali menjadi objek rebutan para penjajah, konflik, kekejaman, dan penderitaan menjadi harganya.

Kunjungan saya ke Benteng Belgica adalah pengalaman yang memunculkan rasa hormat terhadap ketahanan rakyat Banda Neira, dan itu menegaskan kepada saya betapa pentingnya belajar dari sejarah.

Situs ini adalah peringatan bahwa kekayaan alam adalah anugerah yang harus dijaga dan dikelola secara bijaksana untuk kepentingan Bersama. Bahwa perubahan sejarah yang lebih baik memang harus diperjuangkan demi mencegah peristiwa serupa terjadi di masa depan sekalipun dengan wujud yang berbeda.

Sambil menikmati pesona alam yang indah, saya merenungkan sejarah yang rumit dan ambivalen. Kekayaan alam yang tak ternilai sering kali bertentangan dengan hak asasi manusia.

Sumber daya alam yang kaya bisa menjadi kutukan jika tidak dikelola dengan bijaksana. Sejarah mengingatkan kita bahwa penguasaan terhadap sumber daya alam dapat membawa penderitaan kepada banyak orang yang tidak bersalah.

Seperti benteng yang kokoh, sejarah adalah fondasi. Di situs sejarah ini saya menemukan jejak masa lalu yang mengajari saya tentang perubahan dan ketangguhan. Kita semua adalah penjelajah sejarah yang terus mencari hikmah dalam lorong-lorong bersejarah untuk membimbing perjalanan masa depan kita.

Makassar, 7 September 2023




4 Comments

  1. October 14, 2023 at 2:01 am

    Florentina Winarti

    Reply

    Catatan perjalanan yang sangat menarik dan detil, tentang sejarah dan penindasan kolonial, diceritakan dgn apik dan penuh pnghayatan, menginspirasi Bunda..

  2. October 13, 2023 at 8:28 pm

    N. Mimin Rukmini

    Reply

    Catatan perjalanan super lengkap. Data dan fakta yang luar biasa! Terima kasih Bun! Selalu hebat! Tulisan yang sungguh bermanfaat!

  3. October 13, 2023 at 6:44 pm

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan catatan perjalanan yang bagus. Bisa jadi contoh bagi pembaca yg ingin menulis catatan perjalanan.

  4. October 13, 2023 at 6:36 pm

    Chamim Rosyidi Irsyad

    Reply

    Narasi perjalanan meretas jejak-jejak histori pengaya khasanah pustaka sejarah yang apik. Jadi semakin jatuh cinta pada sejarah negeri untuk menuai hal-hal baik guna membaikkan jalan dan titian yang hendak ditapaki. Ewako, Daeng Bau!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree