October 4, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Jangan Mati Sebelum …

Jangan Mati Sebelum

Oleh Telly D.



Pagi ini saya menyudahi nikmatnya akhir tidur ketika handphone saya memberi isyarat ada pesan pendek yang masuk. Saya menggeliatkan tangan keluar selimut. Saya meraih handphone untuk membaca isi pesannya. Whatshap dari Putra saya.

Putra saya sementara dive trip ke Banda Neira. Dua hari yang lalu ia terbang ke Ambon. Perlu waktu 2-3 jam untuk sampai di Bandara Internasional Pattimura. Sampai di Ambon lanjut naik mobil 45 menit ke pelabuhan. Sesudah itu naik kapal 5-6 jam. Efektif di jalan bisa sampai 10 jam. Membayangkan lamanya seperti terbang ke Jepang saja. Pasti masih dalam kondisi capek.

Semua itu demi melihat si hiu kepala martil (hammerhead shark). Padahal untuk melihat si hiu kepala martil, orang bisa juga ke Teluk Belongas, Lombok Barat. Apa yang membuatnya berbeda? Suhu air laut yang lebih dingin di Banda Neira pada bulan-bulan September-Oktober, hiu kepala martil akan terlihat berkelompok (schooling). Bahkan bisa didekati dengan jarak yang cukup pendek. Sekali pun hiu kepala martil berenang di kedalaman 30-40 meter dari permukaan laut, tetap bersahabat.

Rupanya Putra saya mengirim foto yang berdiri di atas sebuah perahu boat dengan diberi tulisan “Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira.”

Awalnya saya hanya berpikir dia meggoda saya karena saya belum datang bergabung dalam petualangan ini. Namun, kata “Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira,” mengganggu suasana hati saya.

Banda Neira dilihat dari atas perahu boat. Foto: Dokumen Pribadi

Banda Neira memang menawarkan keindahan alam yang menakjubkan. Pulau ini memiliki pantai berpasir putih yang indah, air laut yang jernih, dan pemandangan alam yang spektakuler. Keanekaragaman biota lautnya membuatnya menjadi surga bagi penyelam dan penggemar kehidupan laut.

Para “penggila “ keindahan bawah laut. Foto: Dokumen Pribadi

Pulau ini termasuk dalam Taman Nasional Laut Banda yang melindungi ekosistem laut yang unik. Ini membuatnya menjadi tempat yang penting untuk pelestarian kehidupan laut dan alam bawah laut yang teramat kaya.

Namun, ungkapan “Jangan Mati Sebelum ke Banda Naira” itu pasti bukan karangan putra saya. Saya sangat mengenalnya.

Kata-kata itu di-“jiplak” dari mana? Saya bertanya-tanya. Sepagi itu saya telah berselancar di penelusuran google. Saya ketahuilah kemudian bahwa kata-kata ini adalah uangkapan Sutan Sjahrir ketika beliau dalam pengasingan di Banda Neira. Saat itu, 21 Mei 1936, beliau berkirim surat kepada istrinya, Maria Duchateu. Saking terkesimanya dengan keindahan Banda Neira sehingga menuliskan ungkapan ini dalam surat kepada istrinya tersebut.

Akhirnya, saya mengenal dua ungkapan “Jangan Mati Sebelum Menulis Buku,” (sub judul buku yang ditulis oleh penulis Prolifik Much Khoiri) dan “Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira,” (ungkapan dalam Sutan Sjahrir). Dua ungkapan yang berbeda dengan makna yang berbeda pula.

“Jangan Mati Sebelum Menulis Buku,” adalah ungkapan yang menggambarkan dorongan atau keinginan seseorang untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan pesan, pemikiran, atau kisah melalui tulisan. Ungkapan ini mencerminkan pentingnya mengejar passion dalam menulis atau menyelesaikan projek penulisan sebelum akhir hidup.

“Jangan Mati Sebelum Ke Banda Neira” adalah ungkapan yang mengacu pada keinginan seseorang untuk mengunjungi atau menjelajahi pulau Banda Neira, yang telah saya bahas sebelumnya. Ini mencerminkan dorongan dan atau keinginan untuk mengeksplorasi tempat yang kaya sejarah, budaya, dan laut serta alamnya sebelum akhir hidup.

Banda Neira dilihat dari atas perahu boat. Foto: Dokumen Pribadi

Kedua ungkapan ini adalah semacam motivasi atau dorongan untuk menjalani hidup dengan penuh semangat dan mewujudkan impian tertentu sebelum waktu berakhir. Ungkapan-ungkapan semacam ini sering digunakan untuk mengingatkan kita tentang pentingnya mengejar hal-hal yang kita cintai atau impikan dalam hidup.

Kesamaan antara kedua ungkapan ini adalah bahwa keduanya memiliki aspek motivasi atau dorongan yang kuat untuk mengambil tindakan atau mencapai sesuatu sebelum waktu berakhir. Di bawah ini adalah beberapa kesamaan di antara keduanya.

Kedua ungkapan ini memberikan dorongan atau motivasi kepada seseorang untuk melakukan sesuatu sebelum waktu berakhir. Dalam kasus “Jangan Mati Sebelum Menulis,” dorongan itu adalah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan, sedangkan dalam kasus “Jangan Mati Sebelum Ke Banda Neira,” dorongan itu adalah untuk menjelajahi dan mengalami perjalanan darat dan laut di sekitar Pulau Banda Neira.

Keduanya mencerminkan pentingnya mengejar impian pribadi dan pencapaian tertentu. Dalam kedua kasus pencapaian ini dapat memberikan kepuasan pribadi dan merasa bahwa seseorang telah hidup dengan penuh semangat.

Keduanya menunjukkan bahwa ada hal-hal yang dianggap penting dalam hidup dan bahwa seseorang harus memberikan prioritas kepada hal-hal tersebut. Ini adalah pengingat bahwa waktu di dunia ini terbatas. Jadi, penting untuk mengambil tindakan dan mengejar hal-hal yang menurut pertimbangan kita penting dan berarti bagi kita.

Keduanya mencerminkan upaya untuk mencari makna dalam hidup dan mewujudkan tujuan atau impian pribadi sebelum akhir hidup. Dalam kedua kasus ini, makna hidup terkait dengan hal-hal yang seseorang ingin capai atau ungkapkan.

Nenek Moyangku Orang Pelaut. Foto: Dokumen Pribadi

Meskipun kedua ungkapan ini memiliki kesamaan dalam hal dorongan atau motivasi, perbedaan utamanya adalah dalam hal yang diungkapkan dan dicapai. “Jangan Mati Sebelum Menulis” lebih menekankan pada ekspresi melalui tulisan. Sementara itu, “Jangan Mati Sebelum Ke Banda Neira” lebih menekankan pada eksplorasi geografis dan pengalaman di tempat tertentu, yaitu Pulau Banda Neira lengkap dengan laut dan keanekaragaman hayati yang mengesima di dalamnya.

Perbedaan utama antara kedua ungkapan ini adalah dalam hal yang diungkapkan atau dicapai.

“Jangan Mati Sebelum Menulis Buku.” Ungkapan ini mengacu pada dorongan untuk mengekspresikan diri melalui tulisan. Ini bisa berarti menulis kisah, puisi, esai, buku, atau jenis tulisan lainnya. Fokus utamanya adalah pada kreativitas dalam menulis dan berbagi pemikiran, ide, atau perasaan dengan orang lain melalui kata-kata.

“Jangan Mati Senbelum ke Banda Neira.” Ungkapan ini sebaliknya, mengacu pada dorongan untuk menjelajahi dan mengalami tempat tertentu, yaitu Pulau Banda Neira. Ini mencerminkan keinginan untuk melakukan perjalanan ke suatu lokasi geografis khusus. Dalam hal ini, Pulau Banda Neira. Salah satu pulau di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Fokusnya adalah pada petualangan, eksplorasi alam, sejarah, budaya, dan pengalaman di lokasi geografis tersebut.

Jadi, perbedaan utama adalah bahwa “Jangan Mati Sebelum Menulis Buku” berfokus pada ekspresi kreatif melalui tulisan, sementara “Jangan Mati Sebelum Ke Banda Neira” berfokus pada pengalaman perjalanan dan eksplorasi fisik ke suatu tempat tertentu. Meskipun keduanya memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu sebelum akhir hidup, objek dan bentuk pencapaiannya berbeda.

Kita dapat mengaitkannya dengan beberapa konsep filosofis yang relevan. Ungkapan-ungkapan tersebut dapat dihubungkan dengan pertanyaan filosofis tentang makna hidup. Mereka menekankan pentingnya melakukan sesuatu yang bermakna atau mewujudkan impian dan tujuan sebelum akhir hidup. Yang menjadi pertimbangan sentral dalam filsafat tentang makna hidup.

“Jangan Mati Sebelum Menulis Buku” menyoroti kekuatan kreativitas dan ekspresi dalam hidup manusia. Ini dapat dikaitkan dengan pandangan filosofis tentang seni dan kreativitas sebagai cara untuk menghasilkan makna dalam hidup.

Konsep eksistensialisme dalam filsafat menekankan kebebasan individu untuk menentukan makna hidup mereka sendiri. Kedua ungkapan ini mencerminkan ide dengan mengajak individu untuk menentukan hal-hal yang penting bagi mereka dan untuk mengejar impian atau tujuan yang mereka pilih dan rumuskan.

Ungkapan-ungkapan ini juga dapat terkait dengan filosofi hedonisme, yang menggambarkan pencarian kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup. Mereka mendorong individu untuk mengejar pengalaman atau pencapaian yang bisa memberikan kebahagiaan dan kepuasan pribadi.

“Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira” secara khusus menyoroti pentingnya perjalanan dan penjelajahan sebagai bagian dari pengalaman hidup. Ini dapat terkait dengan pandangan tentang pengetahuan, pertumbuhan pribadi, dan pemahaman dunia melalui perjalanan.

Ungkapan-ungkapan dapat digunakan sebagai pengingat tentang pentingnya menjalani hidup dengan penuh semangat, mengejar impian, mengekspresikan diri, dan mengeksplorasi dunia sebelum akhir hidup.

Akhirnya, jangan mati sebelum melihat keindahan dunia, dan janganlah mati sebelum mengabadikan keindahan itu. Pergilah ke Banda Neira untuk menemukan dunia luar dan dalam kata-kata temukan dunia dalammu sendiri.

Makassar, 5 September 2023




6 Comments

  1. May 6, 2024 at 1:01 am

    Sumintarsih

    Reply

    Bersyukurlah yang bisa menikmati keindahan pemandangan di air dengan kemahiran berenang. Saya iri….. Tapi sudah terlambat untuk berlatih.

  2. May 5, 2024 at 2:12 am

    Mukminin

    Reply

    Wow tulisan yang indah menggambarkan Banda Naira yg el
    Eksotik. Lanjut Ewako

  3. May 4, 2024 at 11:03 pm

    Kiki

    Reply

    Keren. Tulisan dan keindahan panorama Banda Neira.

  4. October 6, 2023 at 1:55 am

    Much. Khoiri

    Reply

    Tulisan ini bagus dan bergizi. Mantaps

  5. October 5, 2023 at 10:52 pm

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan yang bagus dan bergizi. Mdh2an terus istikomah

  6. October 5, 2023 at 10:32 pm

    Astuti

    Reply

    Saya pun ingat dengan buku “Write or Die” Siapa ya penulisnya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree