September 10, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Kasuami/Soami Simbol Persaudaraan dan Keakraban

Kasuami/Soami
Simbol Persaudaraan dan Keakraban
Oleh Telly D


Saya sementara berada di Pulau Tomia (dalam wilayah TN Wakatobi). Seseorang mengajak saya makan dengan berbisik ’’Mari makan Soami.’ Saya memerlukan waktu untuk menyimak sejenak, untuk memahami bahwa yang dimaksud Soami adalah makanan pokok khas Buton dan Wakatobi yang berbahan Singkong.
(Saya nyaris berpikir nyeleneh ‘‘orang Buton memakan suami sebagai hidangan.’’)

Soami bentuknya unik dan menarik menyerupai kerucut atau piramida-piramida kecil, dijejer-jejer di atas piring yang dialasi daun pisang. Berwarna putih kekuning-kuningan cemerlang. Kondisinya masih panas mengepul dengan aroma singkong yang wangi khas, merangsang selera makan.

Terasa legit ketika digigit, persis apem yang padat sehingga saya mengatakan ini “roti singkong.’’ Kasuami pengganti nasi maka memakannya dipadu dengan lauk ikan bakar cakalang dengan sambel colo-colo segar, ikan kakap/kerapu dimasak parende atau kapinda (ikan pindang) dipadu degan sayur campur bening (kacang ijo, labu kuning, kacang panjang, terong, dan daun kelor).

Beberapa kali saya harus berdecap-decap nikmat, mengakui kelezatannya sambil mengusap keringat di dahi, paduan yang nikmat. Indonesia memang kaya dengan beragam masakan yang lezat.

Pulau Tomia adalah pulau yang berada dalam gugusan kepulauan Pandai Besi. Masyarakatnya adalah nelayan, bukan petani. Kondisi tanahnya juga berbatu karang sehingga tidak subur untuk menanam padi. Namun ketela atau singkong dapat tumbuh dengan subur.

Kasuami. Foto: Dokumen Pribadi


Meskipun nasi tetap menjadi makanan pokok utama, namun makanan pokok yang lain tetap diminati. Ini salah satu kemampuan adaptasi yang baik dari masyarakat pesisir.

Alam memberi kemampuan beradaptasi dengan beragam makanan pokok seperti, jagung, singkong, sagu, dan sebagainya. Apa saja dapat mereka jadikan makanan pokok pengganti nasi, sesuai dengan apa yang tersedia di Pulau itu.

Hidangan Kasuami, Ikan Bakar, Parende, Sayur Kelor. Foto: Dokumen Pribadi


Kasuami/Soami, kuliner lezat berbahan utama singkong (ketela pohon atau ubi kayu) yang diparut, diperas sehingga bersisa patinya, dimasak dengan cara mengukus parutan singkong, ke dalam kukusan anyaman yang berbentuk kerucut selama kurang lebih 15-20 menit.

Ikan Bakar. Foto: Dokumen Pribadi


Makanan tradisional yang melegenda, warisan nenek moyang mereka. Soami memiliki arti makanan dari ubi kayu yang diolah dengan uap panas (soa).

Orang Buton dan Muna menyebutnya Kasuami, sementara orang Wakatobi menyebutnya Soami. Namun ada juga warga yang menyebutnya dengan Sangkola, sekalipun berbentuk sama yaitu menyerupai tumpeng atau gunungan dan berwarna putih kekuning-kuningan.

Hidangan Kasuami, Ikan Bakar, Parende, Sayur Kelor. Foto: Dokumen Pribadi


Kasuami menjadi makanan khas andalan para pelaut, karena daya tahannya yang tidak mudah basi. Kasuami dapat bertahan lama antara 14 – 20 hari. Bahkan bisa sampai 30 hari, jika ubi kayunya yang sudah diparut belum dikukus. Pelaut-pelaut Buton membawa makanan ini sampai ke Singapura, Pesisir Malaysia, dan Filipina. Kasuami menjadi bekal makanan selama mengarungi lautan.

Di pulau Buton, Kasuami suka dihidangkan saat acara besar seperti hajatan maupun penyambutan sanak saudara yang pulang ke kampung halaman. Kasuami memiliki filosofi yang bermakna persaudaraan dan keakraban. Bentuk kerucut merupakan representasi persembahan dari rakyat kepada sosok yang diagungkan.

Dari segi bentuk dan warna, kasuami terdiri atas tiga jenis; yang warnanya putih kekuning-kuningan bentuknya kerucut seperti gunung atau tumpeng disebut kasuami, yang berwarna hitam disebut soami hugu-hugu. yang bentuknya lonjong dan padat, disebut kasuami pepe.

Kasuami yang berwarna putih kekuning-kuningan, diolah dari singkong segar dan langsung dikukus dijadikan kasuami.

Kasuami berwarna hitam atau hugu-gugu, pembuatannya diawali dengan memilih singkong yang baik, merendamnya dengan air laut tiga hari, kemudian menjemurnya beberapa hari sampai kering dan berwarna kehitam-hitaman.

Kasuami pepe sebelum dikukus, tepung parutan ubi akan dicampur dengan minyak kelapa dan sedikit garam. Setelah selesai, adonan ini akan dipipihkan seperti lembaran kertas dan disebut dengan istilah pepe. Sebelum digulung, kasuami pepe akan ditambahkan bawang goreng untuk menambah rasa.

Kasuami pepe disantap bersama abon ikan atau serundeng kelapa ikan kensenga dan juga dengan teh atau kopi. Masing-masing kasuami ini memiliki rasa yang berbeda.

Secara umum proses pembuatan kasuami/soami/sangkola sebagai berikut:
1. Ubi kayu dikupas kulitnya lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan layaknya memarut kelapa.
2. Hasil gilingan dibungkus dengan menggunakan kain atau karung yang bersih agar produk parutan tetap higienis.
3. Dilakukan pemerasan atau penindisan dengan benda berat untuk mengurangi serta meniadakan kadar air ubi kayu. Biarkan selama 1-3 jam hingga air benar-benar kering.
4. Tepung singkong kering yang memadat dihancurkan dengan menggunakan tangan dengan cara meremas-remasnya. Saringlah tepung ubi kayu ini menggunakan saringan dari anyaman bambu dengan ukuran kira-kira 0.3 cm. Hal ini bertujuan untuk memperkecil butir-butir tepung sehingga mempercepat proses pengukusan kasuami.
5. Masukkan tepung singkong kering ke dalam kulit kukusan berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Lalu masukkan ke dalam periuk kukusan yang telah mendidih airnya untuk dikukus. Kasuami dikukus menggunakan panci dari tanah liat yang diyakini menambah cita rasa tinggi. Dikukus kurang lebih 15-20 menit.
6. Tunggu hingga butiran-butiran singkong kering tersebut menyatu. Jika terasa kenyal saat ditusuk, menandakan kalau kasuami telah matang dan siap di hidangkan.

Hidangan Kasuami, Ikan Bakar, Parende, Sayur Kelor. Foto: Dokumen Pribadi


Sebuah kasuami, umumnya dibuat berukuran normal 500-700 gram atau lebih. Diameter kasuami normal hanya berkisar 10 sentimeter dan tinggi 10 sentimeter. satu buah kasuami berbentuk tumpeng kecil umumnya menghabiskan 2-3 batang singkong parut.

Dalam kondisi normal, seorang bisa menghabiskan satu hingga dua buah makanan khas Wakatobi ini dalam sekali makan, meskipun bertekstur lembut tetapi kasuami cepat mengenyangkan.

Kasuami mempunyai komposisi kandungan gizi (per 100 gram) antara lain: kalori 146 kal, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 34,7 gram, kalsium 33 mg, fosfor 40 mg, zat besi 0,7 mg. Buah ubi kayu mengandung (per 100 gram): vitamin B1 0,06 mg, vitamin C 30 mg, dan 75% bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung (per 100 gram): vitamin A 11000 SI, vitamin C 275 mg, Vvitamin B1 0,12 mg, kalsium 165 mg, kalori 73 ka, fosfor 54 mg, protein 6,8 gram, lemak 1,2 gram, hidrat arang 13 gram, zat besi 2 mg, dan 87% bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.

Kasuami menjadi kebanggaan masyarakat Buton, sehingga upaya keras untuk melestarikan dan memperkenalkan makanan ini terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

Pada Kendari Food Festival 2018 yang diprakarsai Komunitas Kuliner Kendari (Tripelka) mengangkat kasuami dan memecahkan rekor muri sebagai Kasuami tertinggi dengan tinggi 250 cm dan diameter 180 cm yang menghabiskan 1,2 ton tepung tapioka dan dimasak oleh 40 juru masak dibantu 20 asisten dalam waktu 12 jam lebih.

Makanan tradisional Indonesia memang terkenal lezat dan beragam. Setiap daerah memiliki makanan tradisional yang khas.

Makanan tradisional yang diolah dari bahan pangan hasil produksi setempat, dengan proses yang dikuasai masyarakat. Hasilnya, makanan tradisional berupa produk yang cita rasa, bentuk, serta cara makannya menjadi ciri suatu kelompok masyarakat.

Bagi masyarakat Buton, makanan tradisional kasuami/soami menjadi kebanggaan akan daerah kelahiran. Kasuami merupakan hidangan yang resepnya diwariskan secara turun-temurun dan telah dikonsumsi bertahun-tahun. Mari menikmati dan melestarikannya sebagai upaya meragamkan makanan pokok.

Tomia, Mei 2022






2 Comments

  1. September 14, 2023 at 11:38 pm

    Chamim Rosyidi Irsyad (Chrirs Admojo)

    Reply

    Begitu kaya khasanah masakan tradisional Indonesia. Penggambaran yang hidup. Seolah saya juga turut merasakan nyem-nyemnya Kasuami/Soami. Ingin mencoba membuatnya sendiri sebelum bertandang ke daerah asal bersama Puang Telly dan keluarga ….

    1. September 14, 2023 at 11:55 pm

      Telly D

      Reply

      Ayuuuuk siapa takut . Aamiin 🤲🤲🤲

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree