August 21, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Rumah Daswati Saksi Sejarah Ditembok dan Digembok

Rumah Daswati
Saksi Sejarah Ditembok dan Digembok

Oleh Telly D


“Kenapa saya diberi nama Daswati’ demikian pertanyaan saya pada ibu meminta penjelasan dalam sebuah percakapan keluarga.”
“Itu nama yang spesial dan punya nilai sejarah,” ucap ibu penuh semangat.
“Kamu lahir tepat ketika negara kita Republik Indonesia melakukan pembentukan daerah swatantra/Daswati,” kata ibu dengan tersenyum.

Ibu meneruskan ceritanya bahwa beliau lagi menghadiri rapat persiapan pembentukan daerah Daswati I dan Daswati II provinsi Sulawesi Selatan di tahun 1960, pulang dari rapat itu, 23 Februari 1960 ibu melahirkan.

Ketika itu ibuku seorang pemimpin pergerakan wanita dalam priode kemerdekaan RI, kondisi bersejarah itu diabadikan menjadi nama putrinya.

Percakapan itu sangat menyemangati dan saya bawa kenangannya sepanjang hidup tentang nama Daswati yang saya pakai menjadi indentitas diri.

Menjadi sangat surprise bagi saya karena di Lampung ada rumah Daswati yang punya sejarah tepat seperti sejarah nama yang diberikan kepada saya.

Rumah Daswati Lampung. Foto: Sidik Aryono/Lampung Geh


Sejarahnya diawali dengan ketika itu masyarakat Lampung merasa kesulitan dalam mengurusi segala sesuatunya, baik dari segi pemerintahan maupun administrasi. Segala yang ingin diputuskan harus disetujui pihak pusat yang bertempat di Palembang. Bolak-balik Lampung-Palembang harus dirasakan masyarakat Lampung saat itu.

Muncullah keinginan masyarakat, agar Lampung menjadi daerah Daswati I (Provinsi). Para tetua adat, pemimpin-pemimpin daerah karesidenan, tokoh-tokoh masyarakat Lampung dan tokoh-tokoh partai di Lampung tergerak pikirannya untuk merealisasikan hal ini.

Sekitar 1962, berbagai upaya para pemimpin karesidenan Lampung dalam memerdekakan diri dari Provinsi Sumatera Selatan terus dilakukan, seperti salah satunya pembuatan petisi untuk Pemprov Sumatera Selatan. Namun, berkali-kali juga tidak membuahkan hasil.

Hingga tanggal 28 Februari 1963, bertempat di rumah Radja Sjah Alam diadakan rapat yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat Lampung dan tokoh-tokoh partai di Tanjung Karang. Rapat itu menghasilkan pembentukan Panitia Perjuangan Daswati I Lampung.

Panitia ini, berjumlah 12 orang dari berbagai tokoh antara lain Komarudin selaku penasehat, Radja Sjah Alam (PNI) selaku Ketua, Nasjir Rachman (Murba) selaku sekretaris, Mustafa Sengaji (PBII) selaku bendahra, Hi. Achmad Ibrahim (Kapt TNI AD) selaku penggagas, Achmad Zaini selaku penghubung pemerintah Dati (Daerah Tingka) I Sumatera Selatan dengan Pemerintah Pusat di Jakarta, Basir Amin (Murba), Ubah Pandjaitan (Parkindo), Sabda Panjinagara (Parkindo), M. Husni Gani (NU), M.A Pane (PKI) dan FX. G. Adi Warsito (Partai Katolik).

Dimana saat itu, yakni pada tahun 1963, Provinsi Lampung masih menjadi bagian dari Daswati I Sumatera Bagian Selatan, yang disebut sebagai Keresidenan Lampung.

Kemudian pada 18 Maret 1964, keresidenan Lampung resmi memisahkan diri dari Daswati I Sumatera Bagian Selatan, menjadi Daswati I Lampung (sekarang Provinsi Lampung).

Rumah Daswati terletak di Jalan Tulang Bawang Nomor 175 A Tanjungkarang, atau yang sekarang dikenal Jalan Tulang Bawang Nomor 11 Enggal, Bandar Lampung.

Dimana alamat tersebut dahulu dijadikan sebagai alamat kantor koordinasi surat menyurat oleh Panitia Daswati. Di situlah sekretariat itu berkantor.

Pagar Tembok Rumah Daswati. Foto: Dokumen Pribadi


Ketika saya berkunjung ke alamat itu, Rumah Daswati berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 1.000 meter persegi ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Rumah yang menjadi saksi berdirinya Provinsi Lampung tersebut kini sebagian besar atapnya mulai rapuh, bahkan ada beberapa bagian yang sudah nyaris roboh. Setiap kali turun hujan, air dengan leluasa menembus dan membasahi bagian dalam rumah, dikarenakan atap yang bocor.

Di balik kerapuhannya, Rumah Daswati masih menampakkan keaslian bangunan era kolonial. Atap berbentuk limas dengan dua menara, serta bentuk jendela dan daun pintu yang panjang turut menambah kesan klasik bangunan tersebut.

Di rumah ini terdapat beberapa ruang kamar. Di bagian pintu belakang, terdapat lorong penghubung ke dapur dan kamar mandi, yang kondisinya juga sudah mulai rapuh. Tampak jelas atap dari genting-genting jaman lampau.

Bagian kamar mandi dan dapur rumah ini sudah tak beratap, karena ambruk termakan usia. Di samping dapur, terdapat ruangan berukuran sekitar 4×4 meter. Kamar ini dulunya digunakan untuk pertemuan dan rapat. Kondisinya sekarang hanya sisa puing-puing dengan semak pohon alpukat yang nyaris menutupinya.

Kemudian di belakang bangunan dapur dan kamar mandi, ada sebuah sumur tua yang airnya cukup jernih, dengan akar-akar pohon yang telah menembus bagian dinding sumur. Pohon tua itu masih berdiri kokoh menaungi sumur tersebut. Sumur tersebut tidak pernah kekeringan, bahkan di musim kemarau sekalipun.

Pagar Tembok dan pintu besi. Rumah Daswati tak terlihat dan tak ada akses masuk lagi bagi umum. Foto: RMOLLampung


Rumah Daswati kini hanya menyisakan cerita sejarah. Bangunan ini hanya tinggal bangunan saja, pasalnya di dalam rumah ini tidak ada bukti-bukti barang ataupun dokumen pada masa perumusan berdirinya Provinsi Lampung di kala itu.

Sejak awal rumah ini dimiliki oleh perorangan, kemudian sertifikat tanah dan rumahnya digadaikan. Singkat cerita, sekarang tanah di mana tempat berdiri rumah tersebut telah menjadi milik salah seorang pengusaha.

Rumah Daswati kini hanya menjadi saksi bisu, termakan zaman, di tengah majunya peradaban dan pembangunan Provinsi Lampung.

Menatap Rumah Daswati dari Seberang Jalan. Foto: Dokumen Pribadi


Bangunan tua yang kini terabaikan di tengah gedung-gedung megah yang mengelilinginya. Bangunan bersejarah yang kini butuh upaya dari pemerintah daerah untuk mempertahankan dan melestarikannya, agar dikenal oleh generasi yang akan dating.

Saksi sejarah itu terasing di belakang pagar beton yang tinggi, hanya menyisakan menatap atapnya dan menyisakan pintu kecil yang juga digembok.

Sai Bumi Ruwa Jurai, Desember 2022




3 Comments

  1. August 22, 2023 at 3:28 am

    Astuti

    Reply

    Kamu lahir tepat ketika negara kita Republik Indonesia melakukan pembentukan daerah swatantra/Daswati,” kata ibu dengan tersenyum.Begitu dalam maknanya. Puang Ibu memang luar biasa. Al fatihah

  2. August 21, 2023 at 6:44 am

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan dengan pesan heroik. Mantap.

    1. August 21, 2023 at 10:50 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree