August 15, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Benteng Patua

Benteng Patua

Oleh Telly D


Pulau Tomia yang berada dalam gugusan Kepulauan Wakatobi dengan keindahan bawah lautnya menjadi tempat wisata laut yang sangat diminati para penggila olah raga selam. Namun belum banyak yang mengetahui bahwa Pulau Tomia juga menyimpan situs sejarah yang dapat dijadikan objek wisata sejarah.

Benteng Patua adalah salah satu situs sejarah masyarakat Tomia. Benteng tersebut berada di Desa Patua II Kecamatan Tomia, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat ± 15 Menit dari ibu kota kecamatan Tomia.

Benteng dengan ketinggian 150 kaki di atas permukaan laut itu berada di atas bukit. Menghadap ke arah Pulau Lente’a Kaledupa di Sebelah Timur Pulau Kaledupa.

Letaknya sangat strategsi untuk menjadi tempat mengintai, berlindung, atau bertahan dari serangan musuh. Kedatangan musuh dan pergerakan musuh melalui jalur laut arah Pulau Kaledupa, mudah diketahui. Perairan ini konon dulu juga dilewati kapal penjajah yang “merampok” rempah-rempah dari Maluku.

Beberapa meriam kuno masih terpasang mengarah ke laut, seakan menyambut kedatangan musuh, dan yang berani naik dari arah utara. Juga terdapat beberapa meriam pada sisi-sisi yang dianggap rawan diserang musuh.

Salah Satu Pintu Masuk Benteng Patua. Foto: Dokumen Pribadi


Bangunan Benteng memanfaatkan alam di atas bukit sehingga beberapa bagian yang terjal tidak memiliki dinding dan bentuk benteng mengikuti kontur bukit. Bebatuannya yang tajam dan terjal menjadi penghambat bagi musuh-musuh kala itu yang coba menembus benteng dari arah tebing.

Menurut keterangan masyarakat yang mengetahui cerita-cerita dibalik pembangunan Benteng Patua, menuturkan bahwa benteng ini adalah tempat pertahanan terakhir saat menghadapi penjajah dan perompak.

Peninggalan ini berbentuk sebuah kompleks dengan luas sekitar 0,5 ha. Memiliki tinggi dinding bervariasi 2,5 meter hingga 6 meter dengan ketebalan rata-rata 2,5 m.

Kemudian pembagian ruang di benteng tersebut juga tampak jelas karena setiap ruang dibatasi dengan dinding batu karang yang tersusun rapi. Ada 5 pintu yang melengkapinya.

Salah Satu Pintu Masuk Benteng Patua. Foto: Dokumen Pribadi

Benteng Patua mempunyai lima Lawa (Pintu), ada Hanta Baruga (tempat pertemuan), Makam Tua berbentuk segi empat, Badili (meriam) dan beberapa makam lainnya.

Sejak tahun 2015, kompleks Benteng Patua sudah berubah penampilanya. Berbagai fasilitas telah disediakan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Ada upaya keras pemerintah dan masyarakat mempromosikan keberadaan Benteng Patua.

Ketika saya tiba di sana jalanan sudah beraspal mulus, ada pintu gerbang (gate) yang menjadi penanda bahwa telah memasuki wilayah Benteng Patua.

Disediakan area parkir yang cukup luas bisa memuat 20 mobil. Ada anak tangga yang mesti dinaiki untuk sampai ke puncaknya, sehingga saat menaikinya seakan kita berada di sebuah candi.

Saat memasuki area banteng, dan setelah menaiki anak tangga. Ada sekitar 200 meter terdapat ruang inti atau ruang aktivitas dalam banteng.

Salah Satu Sudut Benteng Patua. Foto: Dokumen Pribadi


Setelah melalui anak tangga, saya memasuki area benteng. Terdapat beberapa jalur setapak yang terbuat dari beton. Jalan setapak ini memutari seluruh area benteng dan juga menghubungkan beberapa bangunan sejarah yang masih ada.

Saat mulai berkeliling saya menikmati rimbun dan sejuknya pepohonan. Di dalam benteng ditumbuhi beberapa pohon seperti beringin, kaktus, dan tumbuhan lainnya.

Ratusan pepohonan tumbuh rindang di seluruh area kompleks benteng ini. Hampir seluruhnya telah berada sejak ratusan tahun yang lalu dan menjadi saksi perjuangan leluhur orang Tomia dalam mempertahankan tanah airnya.

Sebagai situs peninggalan sejarah yang banyak menyimpan cerita-cerita perjuangan leluhur dalam mempertahankan Pulau Tomia. Keberadaan Benteng Patua tentu menjadi warisan sejarah yang wajib dijaga dan dipelihara sebagai kekayaan sejarah dan budaya.

Di dalam Benteng Patua ditemukan tempat pelantikan atau Baluara, ada sisa struktur bekas rumah, tempat persembunyian atau masyarakat setempat menyebutnya lia okko’a.

Gua Tempat Persebunyian. Foto: Dokumen Pribadi


Juga ada tempat pembuatan tikar atau lia kie’a, Ada pintu lima sebagai tempat mengintai dan terdapat pintu belakang atau lawa liku sofa dan pintu terluar benteng.

Di area dalam benteng bagian utara juga terdapat beberapa makam pahlawan pada masa Kesultanan Buton yaitu makam Wa Kaka, makam Wa Ode Mbero, Makam Wa Ode Bula, dan makam La Ode Guntu. Di sisi kanan dan kiri terdapat beberapa makam para leluhur yang dulunya mendiami benteng ini.

Bahkan masih terdapat sisa petak-petak tempat istirahat, mosholah, dan ruang pertemuan yang bisa disaksikan di sepanjang jalan setapak yang dilewati.

Salah Satu Kuburan di Sudut Atas Benteng. Foto: Dokumen Pribadi


Juga terdapat sebuah rumah adat yan dijadikan sebagai museum benteng patua. Rumah adat ini melambangkan kebesaran benteng Patua di masa itu.

Karena sudah tidak ada lagi sisa bangunan yang utuh, Museum rumah adat ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang kejadian masa lalu di Benteng Patua.

Pandangan Ke Laut Lepas dari Atas Benteng. Foto: Dokumen Pribadi


Saat berada di atas puncak, saya dapat melihat lautan lepas dan Pulau Kaledupa dari kejauhan. Saya juga melihat rumah-rumah penduduk di Desa Patua dari sebelah barat, termasuk perbukitan Pulau Tomia.

Di kota, saya sulit menemukan panorama alam yang terhampar luas. Saya hanya bisa melihat gunung di kejauhan saja. Hanya bisa melihat puncak dan lerengnya yang kebiruan. Akan tetapi, rasanya sungguh berbeda saat setelah berada dipuncak dan dipinggiran tebingnya, memiliki keindahan yang tidak terbayangkan.

Saya pun mencoba menatap kampung yang berada jauh di bawah sana, nyaris tidak terlihat. Dari puncak Benteng Patua saya bisa merasa menyatu dengan alam mengagumi ciptaan sang Maha Kuasa.

Akhirnya saya menyadari, bahwa saya hanyalah bagian kecil dari alam semesta. Tuhan menciptakan alam semesta dan seisinya yang amat sangat luas.

Saya bersyukur telah diberikan nikmat dan karunia yang luar biasa dapat datang ke Benteng Patua. Mengagumi ciptaan, dapat membuat semakin rendah hati dan pandai bersyukur.

Ternyata dunia ini hanya seluas pandangan mata dan sejauh langkah kaki, maka jelajahilah dan jangan takut melangkah. Hanya dengan melangkah terus dapat mengerti kehidupan dan menyatu dengannya. Melangkah menyusuri alam untuk pecahkan teka teki kehidupan.

Tomia, Mei 2022




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree