August 15, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Mengenal Leja dan Pidongko Tenunan Khas Suku Buton

Mengenal Leja dan Pidongko
Tenunan Khas Suku Buton


Oleh Telly D


Jika di Pulau Jawa ada kain batik yang merupakan hasil pemrosesan kain Mori yang digambar dengan malam, maka di Buton propinsi Sulawesi Tenggara terdapat kain tenunan yang manarik sekalipun proses pembuatannya tidak sederhana.

Tenun adalah teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan memintal benang dengan alat tenun, secara memanjang dan melintang sehingga membentuk motif tertentu. Benang yang digunakan biasanya dari bahan serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya.

Kain Tenunan Buton. Foto: Dokumen Pribadi


Kerajinan tenun asal Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara ini di¬namakan sama dengan dae¬rahnya, yaitu kain tenunan Buton. Ciri khas tenunan ini terletak pada warna. Berbeda dengan kain batik yang berwarna lebih lembut, tenunan Buton memiliki warna lebih berani dan cemerlang, namun ada kesamaan dengan kain Batik. Tenunan Buton juga punya nama dan cerita. Motif diambil dari objek alam yang mereka temukan di lingkungan sekitar.

Kain Tenunan Buton. Foto: Dokumen Pribadi


Salah satunya dapat dilihat dalam motif Betano Walona Koncuapa, warna abu-abu halus yang melayang-layang menggambarkan hasil pembakaran semak saat membuka ladang.

Motif kain tenunan Buton bermacam-macam, ada yang bercorak ramai dan sudah mengalami penyesuaian dengan zaman, ada juga yang diambil dari corak kuno. Salah satu corak yang cukup tua ialah motif salur besar dan kecil yang berselang-seling.

Kain tenunan yang sudah jadi dengan ukuran 60 cm x 4 meter dapat dibuat sarung, baju, tas, sepatu, sandal, hingga gelang.

Sarung tenun Buton secara garis besar terdiri atas 2 jenis yaitu Leja dan Pidongko. Leja biasanya memiliki motif berupa garis-garis dan selalu digunakan oleh kaum perempuan sedangkan pidongko memiliki motif berupa kotak-kotak dan biasanya digunakan oleh kaum laki-laki.

Beberapa motif sarung Buton: Pidongko Katambagawu memiliki motif kotak-kotak dan memiliki warna dasar biru dengan perpaduan sedikit warna hitam dan putih, dipakai oleh kaum laki-laki.

Leja Lum (lumut-hijau,), memiliki motif berupa garis-garis dengan warna dasar hijau dan dengan perpaduan warna hitam dan benang perak, (mpea mopute) dipakai oleh kaum wanita.

Pidongko Bale moriri, bermotif kotak-kotak dengan warna dasar kuning yang di padukan dengan sedikit warna coklat dan putih, di pakai oleh kaum laki-laki.

Pidongko Bale Modea, memiliki motif kotak-kotak dengan warna dasar merah muda yang dipadukan dengan sedikit warna putih dan biasanya dipakai oleh kaum laki laki. Masih banyak lagi variasi warna dan motif sarung Buton yang terus berkembang dan bertambah sesuai dengan kondisi zaman.

Sarung tenun khas Buton memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan sarung tenun di Nusantara. Memiliki ciri khas sendiri, di antaranya dibuat dari bahan dasar benang tipe extra. Kainnya agak tebal dan kasar dan memiliki motif garis-garis dan kotak-kotak dengan perpaduan warna yang sempurna.

Pidongko Katambagawu

Pidongko Bale moriri

Pidongko Bale modea

Leja mpea mopute


Fungsi sarung Buton, disamping untuk dipakai sebagai pelindung tubuh dari udara panas atau dingin, juga sebagai gambaran atau kejadian yang mereka alami dalam perjalanan hidup yang selalu ingin mereka kenang.

Masyarakat Buton juga menjadikan sarung sebagai simbol strata sosial seperti motif Kasopa yang sederhana, biasa dipakai oleh perempuan kebanyakan. Ada pula motif yang lebih rumit, Kumbaea, yang didominasi warna perak dan biasanya dipakai oleh perempuan dari golongan bangsawan dengan gelar Wa Ode.

Kerajinan tenun ini berfungsi menjadi perekat sosial antar sesamanya, di mana pun mereka berada. Tenun Buton juga dianggap mampu menjadi identitas diri.

Sarung tenunan mengenal gender, sarung untuk kaum laki-laki atau sarung untuk kaum wanita bahkan hanya dengan melihat sarung yang dikenakan orang dapat mengetahui status perkawinan apakah gadis atau sudah janda.

Kondisi yang ada, produksi kain tenunan yang asli sangat terbatas. Pekerjaan menenun sendiri memang mem¬butuhkan wak¬tu. Lama pengerjaan kain tenun Buton bisa menghabis¬kan waktu 4-6 hari untuk satu kain dengan ukuran 60 cm x 4 meter.

Sarung Buton dipakai pada saat ada hajatan/acara besar seperti acara pesta pernikahan atau walimah, yang prosesinya menggunakan rangkaian adat.

Menurut masyarakat Buton, jika kain tenun tersebut tidak disertakan dalam setiap upacara adat dan ritual maka hakikat dan nilai dari upacara dan ritual tersebut dinilai kurang sakral.

Dalam perkembangannya kain tenunan Buton sudah dapat di desain menjadi baju yang modis untuk kaum laki-laki bahkan untuk kaum wanita.

Ketika saya berkunjung ke Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari Kota Baubau salah satu kelurahan pengrajin kain Buton, saya melihat tantangannya para penenun rata-rata telah berusia lanjut, padahal minat anak muda untuk menekuni tenenunan kain Buton secara tradisional semakin memudar.

Perlu dilakukan gerakan mencintai produk buatan sendiri. Demikian pula generasi muda tetap perlu dibekali dengan keterampulan menenun yang telah dilakukan dari generasi ke negerasi sehingga warisan leluhur ini bisa dilestarikan.

Sedang Menenun Sarung Buton. Foto: Dokumen Pribadi


Untuk menyemangati para penenun, saya tidak bisa menahan diri untuk membeli beberapa helai kain tenunan Buton. Mereka memberi penjelasan tentang makna motif sarung yang mereka tawarkan. Dapat membeli kain tenun langsung dari penenunnya merupakan hal istimewa yang tidak selalu saya dapatkan.

Produk lokal dibuat oleh orang lokal. Ibu-ibu membuat produk lokal lalu dijual dan mereka bisa mendapat penghasilan dari situ. Artinya, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Saya jadi ingat kata ’’mencintai produk Indonesia bukan hanya mengatakan dalam slogan namun dengan membelinya.’’

Baubau, Mei 2022




One Comment

  1. September 3, 2023 at 7:32 am

    Irad La Buke

    Reply

    Terimakasih sudah berbagi. Saya kira ini salah satu cara melestarikan budaya kita, yaitu menulisnya. Sehat teruski ibu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree