August 15, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Pantai Huntete di Tomia

Pantai Huntete di Tomia
Oleh Telly D


Pantai Huntete. Foto: Dokumen Pribadi

Menemukan pantai indah di Pulau Tomia bukan hal yang mengherankan. Pulau Tomia masuk dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi. Sejak dahulu telah dikaruniai keindahan bawah laut dan pantai yang menawan.

Ketika Wakatobi dipromosikan jadi tujuan wisata dunia, pantai-pantai yang ada dalam kawasan Wakatobi dipersiapkan untuk menerima kunjungan wisata dalam dan luar negeri, termasuk Pantai Huntete.

Pantai Huntete terletak di ujung timur Desa Wisata Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi. Karena saya menginap di Usuku dengan jarak ke Pantai Hunte sekitar 9 km, ditempuh dengan waktu hanya 25 menit. Pantai Huntete merupakan lokasi yang memanjang dengan luas sekitar 20 ha.

Pantai Huntete. Foto: Dokumen Pribadi

Jalur jalanan yang saya lewati, bermedan menurun kadang mendaki dan terjal. Ada papan petunjuk yang mengarahkan ke Pantai Huntete. Ada pula papan petunjuk ke beberapa spot lainnya seperti Goa Kontamale, Tebing Kuri-Kuri,  dan Tebing Ampombero.

Jalannya adalah jalanan beton yang cukup panjang dan berliku-liku. Setelah melewati pintu gerbang, jalurnya cukup menurun terjal sehingga perlu berhati-hati saat melewatinya.

Jalan Menurun ke Pantai Huntete. Foto: Dokumen Pribadi

Begitu tiba di bibir pantainya, saya disambut dengan pemandangan Laut Banda yang luas membiru di depan mata. Pantai dengan pasir putih sejauh mata memandang dan jernihnya air laut siap memanjakan tubuh.

Inilah salah satu kelebihan yang dimiliki Pantai Huntete. Pasir putih halus dengan garis pantai yang lebar disempurnakan dengan gelombang yang tinggi dengan hempasan yang kuat.

Pantai Huntete memiliki tebing yaitu Tebing Kuri-Kuri. Tebing ini terletak di tengah jalur menuju Pantai Huntete. Tebing ini berada di tepi daratan yang berbatasan langsung dengan lautan. Sungguh mempesona tampilannya.

Dari Atas Pantai Huntete. Foto: Dokumen Pribadi

Deretan tebing batu ini panjangnya sekitar 150 Meter. Menghadap ke pemandangan laut yang biru. Tebing ini menantang para climber untuk menjajalnya. Tentu akan jadi suatu pengalaman tersendiri menaiki bebatuan di bibir pantai. Tebing ini mulai dilirik oleh para climber.

Pantai Huntete terkenal dengan air lautnya yang jernih sehingga pantulan matahari di permukaan lautnya memberi sensasi istimewa. Pendar pantulan matahari di permukaan laut membuat pemukaan laut menjadi benar-benar sangat memukau bak kaca-kaca krital yang memantulkan warna-warni dari setiap sudutnya yang bersegi-segi, gilang-gemilang.

Pantai Huntete. Foto: Dokumen Pribadi

Sejumlah titik penyelaman tersebar di pantai ini dan menjadi lokasi target penyelaman. Keindahan bawah lautnya juga tidak kalah mempesona. Pantai ini juga tempat beberapa sampan nelayan menjala ikan. Pantai Huntete memang menawarkan banyak keindahan sekaligus.

Saya berjalan sepanjang pantai. Merasakan kaki saya disapa hangat dengan gelombang air yang memecah silih berganti. Rasanya air pantai mengeluk-elukan kedatangan saya dengan berlomba untuk menyentuh telapak kaki saya.

Beragam cara ombak menyentuhnya. Ada sentuhan lembut hanya sekedar menyentuhnya kemudian meninggalkan. Ada yang tidak cukup hanya menyentuh sehingga saya harus merasakan kekuatan sentuhannya. Oleng tubuh saya. Namun, ada juga yang tidak berhasil menyentuh kaki saya, sudah harus memecah dari kejauhan.

Telapak kaki saya merasakan betapa halus pasir putihnya sehingga bisa masuk di sela-sela jari kaki. Angin pantainya berhembus lembut membelai wajah. Angin pantai yang harusnya membawa udara panas diredam oleh kipasan nyiur yang ada di sepanjang pantai itu sehingga jadi sejuk.

Udara bersih yang segar mengisi paru-paru. Suara-suara ombak yang memecah, suara-suara burung camar yang mengisi udara, gemersik suara gesekan daun nyiur benar-benar simponi alam yang bersenandung indah di telinga.

Nikmatnya mengalir perlahan di darah, mengikuti matahari yang perlahan tenggelam dan menyemburkan semburat oranye sebagai ucapan selamat petang. Alam memberi isyarat waktu istirahat dari pengabdian panjangnya.

Senja di Pantai Huntete. Foto: Dokumen Pribadi

Namun, semakin petang semakin indah. Senja membuat semua jadi romantis. Kapal nelayan yang berlayar mendekati pulau memberi sinyal waktunya untuk pulang.

Kawasan Pantai Huntete sekarang masih dalam proses pengembangan. Sarana dan prasarana wisata terus dibangun dan dibenahi untuk memberikan kenyamanan bagi seluruh pengunjung yang akan menghabiskan waktunya di Pantai Huntete.

Memang belum banyak aktivitas wisatawan yang tampak di tempat ini. Pengunjung pun tidak kurang dari 30-an yang lalu lalang saat itu.

Pesona pantai ini masih terus dieksplor dan dipromosikan di seluruh penjuru dunia sebagai salah satu spot wisata di Pulau Tomia. Melihat dari lokasinya, tempat ini memiliki potensi yang menjanjikan.

Saya sangat yakin melihat upaya pemerintah dan masyarakat Pantai Huntete. Lima sampai 10 tahun tahun ke depan, suasana di tempat ini tidak akan berbeda jauh dengan Pantai Senggigi di Lombok, Pantai Pandawa, dan Pantai Sanur di Bali.

Geliat pemerintah dan Mmasyarakat untuk mempromosikan Pantai Huntete terus dilakukan. Salah satu anugerah alam untuk Pulau Tomia yang harus dijaga dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.

Laut sumber keindahan dan mata pencaharian. Keindahan laut suka dibisikkan oleh angin, namun laut seperti hati manusia misterius dan gelap.

Dalam keindahannya, laut juga menyimpan bahaya. Para nelayan tahu betapa mengerikan badai lautan, tetapi nelayan tidak pernah menemukan bahaya sebagai alasan untuk bertahan di darat.

Tomia, Mei 2022
Editor: Chamim Rosyidi




2 Comments

  1. September 27, 2023 at 2:16 am

    Florentina Winarti

    Reply

    Tulisan yang indah dan menarik, sekaligus menginspirasi…tapi aku tidak pandai merangkai kata yg indah-indah seperti Bunda Telly

  2. September 27, 2023 at 1:36 am

    Astuti

    Reply

    “Nik1matnya mengalir perlahan di darah, mengikuti matahari yang perlahan tenggelam dan menyemburkan semburat oranye sebagai ucapan selamat petang. Alam memberi isyarat waktu istirahat dari pengabdian panjangnya.”Dua kalimat ini bagian dari yang saya suka. Menggambar kan betapa bahagia dan bersyukurnya penulis. Ia sudah diberi kemudahan dan kenikmatan oleh Allah SWT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree