Soqaifah Bani Saedah: Saksi Bisu Pembentukan Jalan Islam
Soqaifah Bani Saedah: Saksi Bisu Pembentukan Jalan Islam
Oleh Telly D
Di Soqaifah Bani Saedah, sejarah tersembunyi
Jejak langkah para sahabat, tak ternilai harganya.
Pemilihan pemimpin, dalam debat cinta dan semangat
Soqiafah, saksi bisu perjuangan umat yang agung
(Telly D)
Papan Penjelas Soqaifah Bani Saedah. Foto: Dokumen Pribadi
Pagi ini setelah salat subuh, sebelum kembali ke hotel Front Taibah, saya berjalan ke arah Barat Masjid Nabawi. Menuju ke tempat yang menjadi saksi bisu menandai peristiwa penting yang membentuk jalan sejarah islam.
Tempat itu Soqaifah Bani Saedah yang berada di ujung Barat Masjid Nabawi, hanya berjarak 300 meter dari pintu King Saud Masjid Nabawi, Madinah.
Taman yang pada tahun 632 Masehi menjadi tempat berkumpul para pemimpin potensial Islam yang berasal dari kelompok Ansar dan Muhajirin. Kelompok ini membahas pemilihan pemimpin pengganti Nabi Muhammad SAW ketika beliau baru saja wafat. Betapa bersejarahnya Soqaifah Bani Saedah sebagai pembentukan jalan sejarah Islam di kemudian hari.
Menurut sejarahnya, dulu Soqaifah Bani Saedah letaknya berada di Barat Daya kediaman Nabi Muhammad SAW. Sebuah perkebunan milik kabilah Bani Saedah. Salah satu kabilah yang berasal dari Madinah, Hijaz, Barat Daya Jazirah Arab. Bentuk Soqiafah sebuah pemukiman yang beratap, terdapat halaman yang luas dan lebar bahkan di dekatnya terdapat sumur milik Bani Saedah.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, muncul pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi khalifah atau pemimpin Muslim selanjutnya. Di antara para sahabat Nabi, terdapat dua kelompok utama yang menjadi fokus dalam Soqaifah Bani Saedah.
Kelompok pertama adalah kelompok Ansar, yang terdiri atas suku-suku Arab di Madinah yang mendukung dan membantu Nabi Muhammad selama masa hidupnya. Kelompok kedua adalah kelompok Muhajirin, yang terdiri atas para pengikut Nabi Muhammad yang bermigrasi dari Mekah ke Madinah.
Di Luar Pagar Soqaifah Bani Saedah. Foto: Dokumen Pribadi
Para sahabat berkumpul di Soqaifah Bani Saedah untuk memilih pemimpin baru. Di kelompok Ansar, dua tokoh penting adalah Sa’d bin Ubadah dan Sa’id bin Ubadah. Sementara itu, dari kelompok Muhajirin, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh.
Di Soqaifah, ada perdebatan antara kelompok Ansar dan Muhajirin tentang siapa yang harus menjadi pemimpin umat Muslim. Kelompok Ansar berpendapat bahwa pemimpin harus berasal dari mereka, sedangkan kelompok Muhajirin berpendapat bahwa Abu Bakar adalah kandidat yang paling layak karena kedekatannya dengan Nabi Muhammad.
Akhirnya, dengan dukungan kuat dari kelompok Muhajirin, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama umat Islam. Pemilihan ini disebut sebagai Pemilihan Soqaifah, dimana kelompok Muhajirin berhasil menguasai proses pemilihan dan menegaskan kekuatan politik mereka.
Soqaifah Bani Saedah menjadi awal dari periode kepemimpinan khulafa’ur rasyidin, di mana Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib secara berturut-turut menjadi khalifah Islam. Peristiwa ini memiliki dampak signifikan dalam sejarah perkembangan politik dan sosial umat Islam, serta membentuk landasan bagi kekuasaan politik setelah wafatnya Nabi Muhammad.
Oleh karena itu Soqaifah Saedah, nama yang sering sekali disebut dalam buku-buku sejarah Islam, terutama ketika menceritakan peristiwa pemilihan pemimpin pasca wafatnya Rasulullah SAW.
Dengan pemahaman seperti itu, saya berjalan dengan penuh semangat mengunjungi Soqaifah Bani Saedah.
Sayangnya, ketika saya tiba di Soqaifah Bani Saedah, pemandangan yang saya temukan sangat berbeda dengan ekspektasi saya. Taman yang harusnya terbuka dan ramah, kini sudah dipagar tinggi yang terisolasi, terhimpit dan menyembunyikan esensi sejarah.
Di Pelataran Soqaifah Bani Saedah. Foto: Dokumen Pribadi
Saya merasa terbatas, seolah-olah akses menuju warisan berharga ini disekat oleh bingkai tembok dan besi yang tidak ramah. Mengapa tempat yang seharusnya memancarkan keagungan sejarahnya malah tersembunyi di balik gembok?
Satu-satunya peninggalan yang menandai sejarah Soqaifah Bani Saedah adalah papan penjelas yang terpasang di dekat pintu masuk. Papan itu memberikan deskripsi singkat tentang peristiwa pemilihan pemimpin di tempat ini.
Meskipun penjelasannya ringkas, papan itu memberikan informasi penting tentang konteks sejarah, kelompok-kelompok yang terlibat, dan akhirnya pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Meskipun ini memberikan pemahaman dasar, tetapi apa yang terjadi pada warisan sejarah yang seharusnya dapat dirasakan dengan lebih nyata?
Keberadaan pagar tinggi dan gembok membatasi akses publik, menyebabkan saya tidak dapat merasakan atmosfer historis yang pernah ada di tempat ini.
Soqaifah Bani Saedah seharusnya menjadi tempat yang memungkinkan pengunjung terhubung dengan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Namun, dengan keadaan saat ini, kita dihadapkan pada hambatan yang menghalangi pemahaman mendalam dan apresiasi yang sesungguhnya terhadap tempat ini.
Mengapa tidak mengembalikan taman ini ke keadaan semula yang terbuka dan dapat diakses oleh publik? Mengapa tidak membangun pusat interpretasi sejarah yang informatif di tempat ini, dengan penggunaan teknologi modern untuk memvisualisasikan peristiwa tersebut?
Sejarah adalah harta yang tak ternilai, dan memiliki akses ke tempat-tempat bersejarah memberikan kesempatan untuk menghargai dan belajar dari masa lalu. Soqaifah Bani Saedah adalah salah satu tempat yang dapat memberikan wawasan yang berharga tentang perjalanan Islam awal, kepemimpinan, dan perkembangan komunitas Muslim.
Mengintip dari Luar Pagar Soqaifah Bani Saedah. Foto: Dokumen Pribadi
Penting bagi kita untuk memelihara warisan sejarah. Sejarah adalah cermin di mana kita dapat melihat akar dan perkembangan kepercayaan, nilai, dan tradisi kita. Menghargai dan memahami sejarah membantu kita menjalin hubungan dengan masa lalu dan membentuk identitas kita sebagai individu dan masyarakat.
Saoqaifah Bani Saedah adalah tempat bersejarah yang penting dalam perkembangan awal Islam. Meskipun saat ini menghadapi kondisi yang mengecewakan setidaknya saya bisa merenung dan mengambil tiga poin penting tentang peristiwa ini.
Pertama, para sahabat menyadari betul bahwa adanya seorang pemimpin sangat penting di tengah-tengah umat. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW wafat para sahabat segera berkumpul untuk memilih sosok yang menggantikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat.
Kedua, perbedaan pandangan dalam memilih pemimpin adalah hal yang lumrah dan ini terjadi antara sahabat dari kalangan Anshar dan Muhajirin, bahkan kalangan bani Hasyim memiliki pandangan lain yang karena beberapa alasan cenderung memilih sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Akan tetapi ketika sudah terpilih, maka semua pihak harus sama-sama mendukung demi kesejahteraan umat.
Ketiga, hendaknya setiap orang menyadari dan mengukur diri akan kemampuannya, dalam hal ini sikap Sayyidina Umar patut dijadikan contoh, ketika Abu Bakar memintanya untuk menjadi khalifah. Dengan rendah hati beliau berkata, “Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya terdapat Abu Bakar.”
Umar merasa bahwa sosok Abu Bakar saat itu lebih layak menjadi khalifah daripada dirinya. “Semoga peristiwa Soqaifah Bani Saedah bisa menjadi renungan bagi calon-calon pemimpin masa kini.ββ
Sejak saat itu, Abu Bakar memimpin umat Muslim dengan bijaksana dan berhasil memperkuat persatuan umat Islam. Abu Bakar memimpin serangkaian kampanye militer untuk mempertahankan wilayah Islam, dan mempromosikan pengembangan agama Islam secara luas.
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu agar tempat bersejarah, Soqaifah Bani Saedah, dilindungi dan dijaga dari kerusakan dan kepunahan. Berkatilah tempat ini dengan keberkahan dan kecemerlangan yang abadi, agar kami dapat terus mengambil pelajaran dari sejarah yang berharga di dalamnya.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa yang terjadi di tempat ini pada masa lalu, dan terimalah segala amal kebaikan yang telah dilakukan di sini. Jadikan Soqaifah Bani Saedah sebagai tempat yang menginspirasi dan mengajarkan nilai-nilai keadilan, persaudaraan, dan kebijaksanaan.
Ya Allah, perkenankanlah orang-orang yang mengunjungi Soqaifah Bani Saedah untuk merasakan kehadiran-Mu yang kuasa dan merenungi perjalanan Islam awal yang penuh makna. Berikanlah kepada mereka pemahaman yang mendalam tentang sejarah ini dan bimbinglah mereka menuju pemahaman yang benar.
Ya Allah, perbarui semangat dan minat terhadap Soqifah Bani Saedah di kalangan umat Muslim. Bangkitkanlah kesadaran akan pentingnya menjaga warisan sejarah ini dan memperkuat upaya pelestariannya. Jadikanlah tempat ini sebagai sumber inspirasi bagi mereka yang mempelajari sejarah Islam.
Ya Allah, jadikan Soqaifah Bani Saedah sebagai tempat yang menjadi bukti bagi kebesaran-Mu, dan tetaplah menjaga dan melindunginya dari kehancuran. Jadikanlah tempat ini sebagai tempat yang memperkokoh iman, memperluas pengetahuan, dan memperdalam cinta kami terhadap agama dan sejarah Islam.
Ya Allah, kami berdoa agar Soqaifah Bani Saedah terus diberkahi, dipelihara, dan dijaga sebagai peninggalan bersejarah yang berharga.
Aminkanlah doa kami ini, ya Allah, dengan rahmat-Mu yang tak terhingga. Aamian.”
Madinah, 30 April 2023
July 25, 2023 at 12:13 pm
Sumintarsih
Perjalanan yang penuh makna dengan menjadikannya tulisan.
July 25, 2023 at 12:57 pm
Telly D
Terima kasih bu Mien
July 25, 2023 at 7:51 am
Mukminin
Luar biasa
July 25, 2023 at 8:08 am
Telly D
Terima kasihππ»ππ»π
July 25, 2023 at 7:44 am
Astuti
Alhamdulillah saya menikmati kisah perjalanan ini. Kisah ini menjadi bagian dari Sirah Nabi yang harus kita teladan. Beruntung bisa sampai ke tempat sejarah yang belum banyak diulas.
July 25, 2023 at 8:06 am
Telly D
Terima kasih ππ»ππ»ππ»