July 24, 2023 in Haji dan Umrah, Uncategorized

Perjalanan Spritual Miqat di Bir Ali

Perjalanan Spritual Miqat di Bir Ali
Oleh Telly D

Miqat di Bir Ali, melepaskan beban dunia dan memfokuskan diri pada perjalanan rohani menuju Baitullah.” (Telly D)

Bir Ali. Foto: Dokumen Pribadi

Bir Ali adalah salah satu tempat Miqat di Arab Saudi. Miqat adalah tempat di mana umat Muslim yang akan melaksanakan ibadah haji atau umrah memasuki status ihram dan mulai melaksanakan persiapan spiritual dan fisik sebelum memasuki Tanah Suci (Makkah) atau Kabah.

Bir Ali terletak sekitar 120 kilometer sebelah timur Makkah. Jika kita dari Madinah menuju Makkah, tempat ini merupakan salah satu dari lima tempat Miqat yang ditetapkan oleh agama Islam. Bir Ali untuk umat Muslim yang datang dari arah Timur, yaitu dari negara-negara seperti Yaman, Oman, dan sebagian wilayah Arab Saudi.

Terdapat empat tempat Miqat lainnya yang berada di sekitar Makkah yaitu.
Dhu’l-Hulayfah (Abyar ‘Ali): Terletak sekitar 9 kilometer sebelah barat laut Madinah, Dhu’l-Hulayfah merupakan Miqat bagi mereka yang bermukim di Madinah atau memulai perjalanan dari arah Barat Laut, seperti negara-negara Mesir, Maroko, dan Tunisia.

Al-Juhfah: Terletak sekitar 187 kilometer sebelah Barat Laut Makkah. Al-Juhfah merupakan Miqat bagi mereka yang berasal dari negara-negara seperti Syria, Lebanon, Yordania, dan sebagian wilayah Arab Saudi.

Qarnul-Manāzil (As-Sail): Terletak sekitar 94 kilometer sebelah timur laut Makkah, Qarnul-Manāzil merupakan Miqat bagi mereka yang berasal dari negara-negara seperti Iraq, Iran, dan sebagian wilayah Arab Saudi.

Yalamlam: Terletak sekitar 90 kilometer sebelah Selatan Makkah. Yalamlam merupakan Miqat bagi mereka yang berasal dari negara-negara seperti Yaman, Somalia, dan sebagian wilayah Arab Saudi.

Setiap Miqat memiliki makna dan sejarahnya sendiri, dan setiap jamaah yang melakukan ibadah haji atau umrah dari wilayah-wilayah tersebut diharapkan memasuki status ihram di Miqat yang sesuai, sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah.

Bir Ali memiliki nilai sejarah yang penting. Rasulullah Muhammad SAW sendiri pernah melewati tempat ini pada perjalanan beliau dari Madinah ke Makkah. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah mengambil wudhu dan berihram di Bir Ali sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah.

Di Pelataran Parkir Bir Ali. Foto: Dokumen Pribadi

Saat ini, Bir Ali telah dikembangkan menjadi kompleks yang lebih besar dengan fasilitas yang memadai untuk melayani para jamaah. Di sana terdapat area parkir yang luas, masjid, kamar mandi, dan area untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah. Selain itu, tersedia juga fasilitas transportasi untuk memudahkan perjalanan jamaah.

Bir Ali dikenal karena memiliki sumur air yang penting di daerah itu. “Bir” dalam bahasa Arab berarti sumur, dan “Ali” mungkin merujuk kepada nama Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal.

Hari itu “2 Mei 2023, ketika saya akan memulai melaksanakan ibadah umrah dan memasuki status ihram dan memulai perjalanan spiritual saya menuju Baitullah. Saya memulai miqat di Bir Ali, yang terletak di tengah gurun yang luas di Arab Saudi. Udara panas yang kering dan pasir yang menghampar, memberi isyarat tantangan perjalanan yang akan saya lalui kemudian.

Setibanya di Bir Ali, saya terpana oleh kebesaran tempat ini. Area parkir yang luas dipenuhi dengan berbagai kendaraan yang membawa jamaah dari berbagai penjuru dunia. Suara dzikir dan doa mengisi udara mengalun dengan irama yang syahdu menciptakan atmosfer yang penuh dengan kekhusyukan dan spiritualitas.

Di Pelataran Parkir Bir Ali. Foto: Dokumen Pribadi

Masjid di Bir Ali menjadi pusat perhatian saya. Bangunannya yang sederhana tetapi indah, memancarkan aura ketenangan dan kedamaian.

Saya dan keluarga memutuskan untuk memulai perjalanan spiritual dengan beribadah di dalam masjid tersebut. Langkah kami tenang saat melangkah menuju masjid yang memancarkan kehangatan dan cahaya spiritual.

Setelah shalat sunnah dua rakaat, saya duduk di dalam masjid untuk berdoa. Melafalkan niat ibadah umrah. Suasana tenang dan hening memungkinkan saya untuk merenung dan berkomunikasi dengan Allah dengan hati yang penuh khusyuk.

Di dalam hati, saya mengungkapkan harapan, permohonan, dan kerinduan saya kepada-Nya. Dalam keheningan tersebut, saya merasa dekat jarak saya dengan Allah dan merasakan hadirat-Nya yang kuat.

Saya juga melihat jamaah lain yang sedang melakukan persiapan mereka serupa dengan apa yang saya lakukan. Beberapa di antaranya sedang membaca Al-Qur’an dengan khidmat, sementara yang lain duduk dalam introspeksi pribadi. Semua jamaah terlihat merenung dan fokus dalam upaya mereka untuk mencapai kesucian dan menghapus dosa-dosa mereka.

Sebelum saya beranjak meninggalkan Bir Ali, saya memerlukan, membersihkan diri dan berwudhu kembali. Saya berjalan menuju area wudhu. Air dingin yang mengalir dari keran memberi kesegaran pada tubuh yang lelah. Saat air mengalir di tangan, saya membiarkannya menjadi pengingat bahwa saya harus membersihkan diri secara fisik dan spiritual sebelum mendekati Allah.

Setelah berwudhu, saya memantaskan kembali pakaian ihram sederhana yang telah saya pakai sebelumnya. Rasa khusyuk semakin tumbuh saat saya mengingat kembali lafal niat ihram di dalam hati. Saya mengikat ikatan sederhana di ihram saya untuk mencerminkan keterhubungan saya dengan Rasulullah SAW dan seluruh umat Muslim yang hadir di sana.

Di Pelataran Bir Ali. Foto: Dokumen Pribadi


Dalam pakaian ihram saya yang berwarna putih, saya merasakan persamaan dan kesederhanaan. Perbedaan ras, etnis, dan status sosial lenyap saat saya berdiri di sana sebagai hamba Allah yang rendah hati. Perasaan kebersamaan dan persatuan saya dengan umat Islam lainnya begitu kuat, dan saya merasakan panggilan Allah yang mengundang saya untuk mendekat dan mencari-Nya dengan tulus.

Saya melanjutkan perjalanan ke area istirahat. Di sana, saya dan keluarga duduk di bawah naungan pohon kurma, membagikan cerita, pengalaman, dan kesan spiritual kami dengan sesama jamaah. Kami berbagi nasihat dan saling memberikan semangat untuk menjalani perjalanan ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Dalam keheningan gurun yang luas di sekitar, saya merenungkan kebesaran Allah dan kehampaan dunia yang fana. Saya sangat menyadari bahwa perjalanan ini adalah peluang tak ternilai untuk membersihkan hati, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Semakin waktu berlalu, saya merasa semakin dekat dengan momen suci yang akan datang. Saya mengisi waktu dengan membaca Al-Qur’an, menghafal doa-doa khusus ibadah umrah, dan memperkuat ikatan spiritual saya dengan Allah.

Ketika tiba saatnya untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah, hati saya dipenuhi dengan campuran antusiasme, rasa takut, dan kerinduan yang mendalam. Saya tahu bahwa perjalanan ini akan menguji fisik, emosi, dan kesabaran, tetapi saya juga yakin bahwa Allah akan memberikan kekuatan dan bimbingan-Nya.

Dengan hati yang penuh harap, saya melangkah menuju kendaraan yang akan membawa saya ke Makkah. Di dalam hati, saya berdoa dengan harapan perjalanan yang aman, kesempatan untuk beribadah dengan sepenuh hati, dan ampunan dari segala dosa.

Bir Ali, sebagai tempat Miqat, memiliki beberapa makna spiritual yang dapat saya rasakan.
Di tengah gurun yang luas dan sunyi, Bir Ali menciptakan suasana yang tenang dan hening. Keadaan ini memungkinkan saya untuk merenung, berintrospeksi, dan mencari kedekatan dengan Allah. Keheningan gurun menciptakan lingkungan yang ideal untuk merasakan kehadiran spiritual dan mendalami hubungan pribadi dengan Allah.

Bir Ali sebagai tempat Miqat mengingatkan saya tentang pentingnya kesederhanaan dan ketulusan dalam menjalani ibadah haji atau umrah. Pakaian ihram yang sederhana dan seragam memperlihatkan persamaan di antara jamaah yang hadir, tanpa memperhatikan perbedaan status sosial, ras, atau latar belakang lainnya. Hal ini mengajarkan makna kebersamaan dan persatuan dalam menghadap Allah dengan hati yang tulus.

Bir Ali menjadi tempat dimana saya memasuki status ihram dan mempersiapkan diri secara spiritual untuk memasuki Baitullah. Perjalanan ini melibatkan pemurnian hati, introspeksi, dan refleksi diri. Melalui proses ini, saya diberi kesempatan untuk menghapus dosa-dosa mereka, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan tekad yang tulus.

Melalui kehadiran di Bir Ali, saya dapat merasakan ikatan spiritual dengan Rasulullah SAW dan mengikuti jejaknya dalam melaksanakan ibadah tersebut. Ini menciptakan penghormatan, kekaguman, dan rasa syukur terhadap peran dan pengaruh beliau dalam agama Islam.

Bir Ali yang letaknya di tengah gurun yang keras dan penuh tantangan. Perjalanan menuju Makkah dari tempat ini dapat menguji fisik, emosi, dan kesabaran saya. Melalui pengalaman ini, saya belajar untuk mengatasi hambatan dan menghadapi ujian dengan ketabahan, mengandalkan kekuatan Allah, dan mengingatkan diri bahwa perjalanan ini adalah bagian dari pengabdian spiritual yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang tinggi.

Secara keseluruhan, dapat saya katakan bahwa Bir Ali sebagai tempat Miqat memainkan peran penting dalam perjalanan spiritual saya dalam melaksanakan ibadah umrah. Melalui keheningan gurun, kesederhanaan, dan persiapan spiritual, Bir Ali membawa makna-makna spiritual yang mendalam, membantu saya mendekatkan diri kepada Allah, untuk dapat menghapus dosa-dosa, dan memperbaiki diri.

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbu al-‘afwa fa’fu ‘anni.”
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau mencintai pengampunan, maka ampunilah dosa-dosaku.”
Allahumma anta as-salam wa minka as-salam, tabarakta ya dhal-jalali wal-ikram.”
Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Sejahtera dan dari-Mu datangnya kesejahteraan, Engkau Maha Suci, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.”
“Rabbana atina fid-dunya hasanatan wa fil-akhirati hasanatan waqina ‘adhaban-nar.”
Artinya: “Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
“Rabbi a’inni ‘ala dhikrika wa shukrika wa husni ‘ibadatik.”
Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan sebaik-baiknya.”
“Allahumma thabbit qalbi ‘ala dinika.”
Artinya: “Ya Allah, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
“Allahumma inni nawaitu al-‘umrata liqurbatika, fahabbil-lana al-khaira wa tawaffana muslimin, wa ‘idhna bis-sa’i wa al-mash’i wa at-tawaf, bi rahmatika ya Arhamar Rahimin. Allahumma ij’al hadza al-umrata sa’yan mabruran, wa thajjan maqbula, wa amalan shakura, wa taubahan naqiban, wa ayyuban rahima, wa ishraban min al-mayyubi. Allahumma ij’alha hajatan mabrurohatan, wa thaljatan nuriyyatan, wa kaffatan min anwari wa tanzilin min kibriyyaika ya Allahu Rabbal ‘Alamin.”
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berniat melaksanakan umrah karena mendekatkan diri kepada-Mu. Maka berikanlah kebaikan yang besar bagiku, dan wafatkanlah aku dalam keadaan sebagai seorang Muslim, dan berilah kami izin untuk berlari (sa’i), berjalan (mash’i), dan melakukan thawaf, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih di antara para penyayang.

Ya Allah, jadikanlah umrah ini suatu perbuatan yang diterima, penuh dengan pahala, perbuatan yang disyukuri, taubatan yang diterima, kebaikan yang disukai, pemberian rahmat yang luas, dan minuman dari kendi yang tiada habis.

Ya Allah, jadikanlah umrah ini sebagai suatu hajatan yang diterima, bersinar dengan cahaya, terlepas dari kewajiban dan beban dosa, dengan anugerah kebesaran-Mu, wahai Allah, Tuhan semesta alam.”
Aamin, Ya Rabbal Alamin.

Bir Ali, oase dalam padang pasir, menjadi saksi doa-doa yang membelai langit, Ketulusan hati tercurah dalam sujud. Mencari ridha-Nya, mencari ampunan-Nya. Menuju Baitullah yang penuh berkah dan cinta-Nya.

Bir Ali, 2 Mei 2023




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree