April 17, 2023 in Catatan Harianku, Uncategorized

Aktualisasi Beragama dan Pamer Kesalehan: Antara Pencapaian Spiritual dan Keinginan untuk Dipuji

Post placeholder image

Aktualisasi Beragama dan Pamer Kesalehan:
Antara Pencapaian Spiritual dan Keinginan untuk Dipuji

Oleh Telly D

Saya sedang mengantri di depan kasir pada salah sebuah pusat perbelanjaan ketika mendengar percakapan dua orang ibu muda yang juga sementara antri seperti kondisi saya. Kelihatannya mereka wanita karir yang terdidik.

Ibu yang berbaju merah (IBM): “Kamu lihat gak, teman kita bu Dewi, lagi pamer banget di media sosial tentang ibadah dan kesalehan selama bulan Ramadan ini.”

Ibu yang berbaju batik (IBB): “Iya, aku juga lihat. Padahal sebelumnya dia jarang sekali bahkan tidak pernah membicarakan hal itu.”

IBM: “Saya rasa dia sedang melakukan aktualisasi beragama dengan memperlihatkan bahwa dia bisa menjalankan ajaran agama dengan baik.”

IBB: “Tapi apakah itu termasuk aktualisasi beragama atau hanya sekadar pamer kesalehan saja?”

IBM: “Saya rasa itu bisa jadi kombinasi dari keduanya. Namun, yang penting adalah niat di dalam hatinya ketika melakukan hal tersebut.”

IBB: “Ya, saya setuju. Kita harus lebih fokus pada menjalankan ajaran agama dengan baik tanpa perlu memperlihatkan atau memamerkan ke orang lain.”

IBM: “Betul, sejatinya ibadah itu adalah suatu hal yang personal dan hanya berkaitan dengan hubungan kita dengan Tuhan. Kita tidak perlu memamerkan kebaikan kita kepada orang lain karena itu hanya akan merusak niat dan tujuan sebenarnya dari ibadah kita.”

Diskusi pendek itu membuat saya tersentak sekaligus mengingatkan saya bahwa aktualisasi beragama tidak hanya sebatas melakukan amal baik, namun juga menghargai nilai-nilai agama dan melakukan segala sesuatu dengan tulus ikhlas tanpa perlu mencari pengakuan dan pujian dari orang lain.

Aktualisasi beragama merupakan suatu proses dalam kehidupan seorang muslim untuk mencapai keberhasilan dalam mempraktikkan ajaran Islam secara keseluruhan.

Proses aktualisasi beragama ini melibatkan pengembangan spiritual, kognitif, dan sosial individu yang bertujuan untuk mencapai kedekatan dengan Allah SWT.

Pamer kesalehan “showing off religiosity” adalah perilaku yang dilakukan seseorang dengan sengaja menunjukkan tanda-tanda kesalehan atau ketakwaan. Hal ini, seperti berbicara dengan bahasa agama yang sulit dipahami, memakai pakaian atau atribut keagamaan secara berlebihan, atau menunjukkan aktivitas keagamaan dengan tujuan untuk memperoleh pengakuan atau pujian dari orang lain.

Fenomena ini didukung oleh data yang diperoleh dari survey yang dilakukan oleh Lembaga Survei Nasional Tahun 2020. Sekitar 60% dari responden mengatakan bahwa mereka sering melihat orang yang memamerkan kegiatan keagamaannya di media sosial, khususnya di bulan Ramadan. Sekitar 40% dari responden merasa tidak nyaman melihat tindakan tersebut, dan sekitar 20% merasa cemas karena tidak bisa menunjukkan bahwa mereka juga berbuat baik.

Hal ini menunjukkan bahwa budaya pamer kesalehan memang sangat kental di masyarakat Indonesia, terutama di bulan Ramadan.

Bulan Ramadan waktu yang penuh dengan aktivitas sosial dan budaya yang khas. Keluarga dan teman-teman sering berkumpul untuk berbuka puasa dan makan sahur bersama, tarawih, tilawah bersama sehingga meningkatkan interaksi sosial.

Budaya pamer ini diperkuat juga oleh kebudayaan materialistik yang sangat kuat mempengaruhi perilaku manusia untuk memandang prestasi, kekayaan, atau kesalehan sebagai suatu status sosial yang penting untuk diukur dan dipamerkan.

Persaingan sosial yang kuat, terutama di kota-kota besar, dapat memacu orang untuk memamerkan kesuksesan dan keberhasilan mereka sebagai cara untuk menunjukkan keunggulan dan mengalahkan pesaing mereka.

Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter mempengaruhi perilaku manusia untuk memamerkan keberhasilan, kekayaan, atau kesalehan mereka dengan mudah.

Orang merasa perlu untuk memamerkan barang-barang mewah, tanda-tanda kekayaan, atau bahkan foto-foto mereka sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari teman-teman mereka di media sosial.

Orang yang merasa tidak aman atau tidak percaya diri dalam kehidupan mereka dapat menggunakan perilaku pamer sebagai cara untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Dengan memamerkan kekayaan, kesalehan, atau prestasi mereka, mungkin mereka merasa lebih baik atau diakui ketika orang lain memberikan pujian atau pengakuan atas prestasi mereka.

Namun, tidak semua orang suka pamer dan faktor-faktor di atas tidak berlaku untuk semua orang. Ada juga orang yang tetap rendah hati dan menghargai nilai-nilai keikhlasan serta kesederhanaan.

Jika kita menelisik lebih jauh kondisi pamer kesalehan yang ada, maka kita akan menemukan beberapa kategori.

Ada pamer kebaikan yang dilakukan dengan memperlihatkan kebaikan yang sudah dilakukan seperti memberi donasi, sedekah, dan lain sebagainya. Pamer kebaikan seringkali dilakukan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

Ada pamer ibadah biasanya dilakukan dengan memposting foto atau video ketika sedang melakukan aktivitas ibadah seperti shalat, puasa, atau tilawah. Tujuannya adalah untuk menunjukkan keaktifan dan kekhusyukan dalam beribadah.

Ada pamer pengetahuan agama. Jenis pamer yang satu ini dilakukan dengan memposting kutipan-kutipan dari kitab suci atau hadits. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan pengetahuan agama yang dimiliki dan mengajak orang lain untuk mengikuti.

Ada pamer pakaian muslim. Pamer yang sering disebut dengan hijab fashion adalah jenis pamer kesalehan yang sedang populer di kalangan remaja muslimah. Tujuanny untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah muslimah yang baik dan taat.

Seorang muslim seharusnya melakukan amal kebajikan dan ibadah hanya untuk meraih keridhaan Allah SWT dan bukan untuk memperoleh pujian atau pengakuan dari orang lain.

‘’Orang-orang yang memperlihatkan amal kebajikan hanya untuk dipuji oleh orang lain tidak akan memperoleh pahala di akhirat’’ (QS. Al-Baqarah: 264).

Demikian halnya dalam pandangan Islam, aktualisasi beragama bukanlah suatu hal yang dilakukan dengan menunjukkan kepada orang lain betapa baiknya seseorang dalam melaksanakan ibadah atau betapa luasnya pengetahuan agamanya.

Aktualisasi beragama yang sesungguhnya adalah ketika seseorang mampu mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari, termasuk dalam pergaulan sosial dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Sebagai contoh, seseorang yang dapat menerapkan nilai-nilai kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan keseimbangan dalam berinteraksi dengan orang lain, maka ia dapat dikatakan sebagai orang yang telah mengaktualisasikan agamanya dengan baik.

Di pihak lain, beberapa yang mengatakan bahwa tindakan memamerkan kemampuan seseorang dalam beribadah, seringkali dijadikan sebagai alasan untuk menginspirasi orang lain atau masyarakat.

Agama Islam, mengajarkan untuk merahasiakan amal baik yang kita lakukan.

“Jika kamu bersedekah dengan cara yang tersembunyi, atau memberikannya kepada orang yang memerlukannya di waktu yang tidak tepat, maka itu lebih baik bagimu. Dan sedekah yang demikian itu dapat menghapuskan sebagian dari dosa-dosamu (QS. Al-Baqarah 127).

Sehingga tidak perlu memamerkan kemampuan beribadah kepada orang lain, karena itu bukanlah tujuan dari ibadah itu sendiri.

Pamer kesalehan dapat menimbulkan dampak yang negatif, terutama jika dilakukan dengan tujuan untuk membanggakan diri sendiri atau merendahkan orang lain yang tidak se “saleh” kita. Hal ini dapat memicu munculnya rasa iri dan dengki dari orang lain, yang pada akhirnya dapat merusak hubungan sosial dan memperburuk kondisi kehidupan masyarakat.

Jika benar-benar ingin menginspirasi orang lain, seharusnya tidak perlu memamerkan kemampuan beribadah, melainkan cukup dengan memberikan teladan dan contoh yang baik melalui tindakan nyata kita sehari-hari. “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain’’ (Nabi Muhammad SAW).

Dalam konteks ini, maka justru perilaku yang merendahkan diri dan tidak memamerkan kemampuan beribadah, namun tetap konsisten melaksanakan ibadah dengan baik dan berakhlak mulia, akan lebih inspiratif dan memberikan dampak yang lebih positif bagi masyarakat.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits lain, “Janganlah engkau merendahkan sesuatu kebaikan, meski hanya sedikit. Dan janganlah pula engkau merasa aman dari sesuatu keburukan, meski hanya sedikit.”

Pamer kesalehan bukanlah cara yang tepat untuk menginspirasi dan memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat. Sebaiknya fokus pada pelaksanaan ibadah dengan baik dan tidak memamerkan kemampuan beribadah. Namun, tetap memberikan teladan dan contoh yang baik melalui tindakan nyata kita sehari-hari.

Akhirnya, aktualisasi beragama adalah proses yang bersifat internal dan individual, bukan untuk dipamerkan kepada orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya fokus pada upaya diri sendiri dalam mencapai keberhasilan aktualisasi beragama tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain atau memamerkan kesalehan kepada orang lain.
Makassar, 26 Maret 2023




2 Comments

  1. April 17, 2023 at 4:52 am

    andi maddusila

    Reply

    Harus memilah apa yang di posting :). bisa jadi ada yang suka ataupun tidak dengan apa yang kita lakukan walaupun kita bermasuk baik :).

  2. April 17, 2023 at 4:43 am

    Harwasono

    Reply

    Tidak.perlu pengakuan dan pujian orang lain… nah ini bagus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree