March 8, 2023 in Catatan Harianku, Uncategorized

Menabrak Molimo, Risiko Tidak Perlu Menunggu Akhirat

Menabrak Molimo,
Risiko Tidak Perlu Menunggu Akhirat
Oleh Telly D


Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung (QS. Al-Maidah 90).

Pernahkah anda membaca alamat rumah saya, jika pernah maka anda akan tahu bahwa pada alamat rumah saya setelah nomor rumah ada tambahan keterangan bahwa rumah saya berada tepat di depan sebuah warung coto (saya menulis nama warung coto itu).

Hal itu saya lakukan untuk menghindari kesalahan alamat, terdapat 3 rumah yang menggunakan nomor yang sama, keterangan depan warung coto jadi pembeda alamat.

Sudah sejak lama saya menulis alamat rumah saya seperti itu, sejak warung coto itu berjualan di depan rumah. Bahkan sudah bertahun-tahun, para pengantar paket, surat-menyurat, pencari alamat termasuk mobil grab, gojek, gofood dapat dengan mudah menemukan alamat dengan tepat.

Sebenarnya, diam-diam saya suka mengagumi pasangan penjual coto di depan rumah itu. Saya kagum dengan upaya kerja kerasnya yang beroleh berkah. Menaikkan status sosialnya dari suami yang mengemudi becak dan isteri tukang cuci harian dapat menjadi penjual coto yang sukses.

Menyewa ruko depan rumah yang bernilai kontrak 35 juta pertahun, menggaji 4 karyawan, menyekolahkan 3 orang anak, memiliki kendaraan roda dua untuk mengantar anak-anak bersekolah dan kendaraan roda empat untuk aktivitas keluarga.

Dengan kemampuan hitung yang saya miliki, hanya dengan melihat aktivitas pengeluarannya saya bisa menaksir rata-rata penghasilan yang diterima setiap bulan. Lebih banyak dari gaji seorang sarjana yang bekerja di pemerintahan.

Pasangan suami isteri yang pandai belajar hidup dan berhasil menangkap peluang yang ada. Awalnya jika tidak menarik becak. suami pasangan itu suka diminta membantu melayani sebuah warung coto yang ada di depan kampus. Seiring dengan berjalannya waktu dan kepercayaan yang didapatkan dia kemudian merangkap meracik bumbu coto sekaligus menjualnya.

Ketika, pemilik warung itu beralih mengembangkan usaha catering yang lebih menjanjikan, tukang becak itu meneruskan usaha jual coto sampai terkenal dan meninggalkan warung coto yang lama kemudian membuka warung coto baru di depan rumah saya.

Loncatan yang luar biasa, dari pelayan menjadi juragan. Dari tukang becak menjadi pengusaha warung coto.

Semangkuk coto dan dua ketupat. Foto: Dokumen Pribadi


Setiap pagi jika pintu rumah saya buka, aroma bau daging dan bumbu coto yang sementara digodog menjadi sambutan selamat pagi untuk hidung saya.

Mata saya dipuaskan dengan aktivitas mereka. Sepagi itu penjual coto sudah pulang dari pasar, membeli bahan keperluan warung, dengan penuh semangat mengangkat bahan belanjaan dari kendaraan motor dan mulai melakukan aktivitas memasak coto. Isterinya membantu membuka warung, sambil menyiapkan anak-anak berangkat sekolah.

Rupanya ada pembagian peran antara suami isteri itu. Suasana pagi yang hiruk pikuk dengan aktivitas membuka warung dan suara anak-anak yang saling menyemangati berangkat sekolah, suasana yang sangat ceria, ada gelak tawa, bahagia, dan penuh harapan baru.

Bertahun-tahun warung coto itu sangat ramai, dengan harga dibandrol hanya Rp10.000,- semangkuk, ditambah ketupat, pas dengan isi kantong mahasiswa yang indekost di sekitar rumah. Warung coto buka 24 jam dan memberi layanan internet.

Di waktu-waktu tertentu saya suka datang sekedar menikmati semangkuk coto dan mendengar cerita keberhasilannya yang selalu diulang-ulang dengan versi yang sama. Saya memahami cerita itu sebagai wujud rasa syukur. Cotonya memang termasuk coto yang nikmat, sesuai dengan harga yang ditawarkan. Silaturahim yang terjalin juga tak kalah nikmatnya.

Kawan-kawan saya pun suka datang menikmati cotonya, ada yang memang berniat dari awal datang untuk menikmati coto, ada juga yang kebetulan lewat dan mampir. Kawan saya suka bersilaturahim dengan saya di warung coto itu.

Saya bak pemilik warung coto, kadang-kadang saya sementara tidur kemudian menerima telepon kawan minta izin untuk makan coto di warung depan rumah. Demikian indahnya interaksi sosial yang ikut berkembang.

Kenikmatan berikut setiap hari jika saya keluar rumah pemilik warung coto selalu menyapa, menanyakan kesehatan, bahkan suka berteriak dari seberang jalan bahwa sudah lama kawan saya tidak nongkrong makan coto lagi. Hubungan kekeluargaan yang juga membahagiakan.

Namun tidak ada yang abadi. Jika ujian Allah datang menghampiri tak ada kekuatan bumi yang dapat menghindarinya.

Membutuhkan perhatian dan biaya yang tidak sedikit ketika diagnose penyakit kanker payudara mulai digaungkan dokter. Fokus utama beralih ke penyembuhan dengan kemoterapi yang secara rutin mesti dilakukan.

Berdampak buruk bagi warung coto. Aroma kemurungan menghinggapi, berlanjut karyawan mulai dipecat, warung tidak bisa buka tepat waktu, tidak bisa lagi siap setiap saat seperti semula.

Kawan-kawan saya pun sudah menghindari datang nokrong di situ. Warung kadang dibuka dan kadang tertutup. Bisik-bisik mulai beredar porsi coto mulai lebih kecil, kualitas coto sudah tidak enak dan dagingnya sudah lain.

Perlahan-lahan warung coto mulai menghadapi sepi dari pengunjung. Bertambah runyam karena selalu terjadi kecurian secara berkala. Beragam barang yang diminati pencuri dari yang masuk akal seperti tabung gas, HP, uang kas di laci sampai yang tidak masuk akal seperti daging mentah 15 kg ditambah jerohan sapi yang menjadi belanjaan belum diolah, termasuk beras dalam karung pun ikut rahib digondol pencuri.

Saya tidak bisa menahan diri bingung menganalisis pencuri macam apa yang meminati hal seperti itu. Kok bisa rutin setiap saat saja mampu melenggang dengan tenang mempereteli apa yang diinginkan. Mengapa tidak mampu dicegah dengan belajar dari pengalaman sebelumnya.

Saya juga ikut menegur petugas keamanan yang hanya berjarak 100 meter dari warung, hanya berseberangan di jalur jalan yang sama untuk lebih wapada menjaga keamanan lingkungan. “Kok bisa kecurian yang berturut-turut dan tak ada petugas yang mengetahui.”

Pagi ini, sehari setelah saya pulang dari Singapur, saya terkejut melihat ada spanduk baru di depan warung coto. Menarik perhatian karena warna berbeda dan nama warung coto yang berbeda pula.

“Sejak kapan warung coto itu berganti pemilik,” saya berbisik dengan rasa pilu merasa kehilangan.

Saya berusaha mengingat pertemuan terakhir saya dengan pasangan suami istri itu 3 minggu yang lalu ketika dia mengeluhkan pengunjung yang semakin sepi dan kemungkinan warung akan ditutup karena tidak mampu membayar biaya operasional harian.

Ketika itu, saya masih membujuknya untuk bersabar dengan mengatakan sekarang mahasiswa memang lagi libur. Kemudian saya melupakan kondisi itu karena sibuk dengan agenda teman yang datang berkunjung ke rumah dan saya juga harus berangkat ke Singapur menengok cucu.

Dari petugas keamanan saya mendapat informasi lengkap. Warung coto itu telah bubar, suaminya berangkat ke Kalimantan mencari kerja, isterinya pulang kampung dan anaknya dititipkan pada keluarga sehingga tidak terganggu pendidikannya. Sekarang tetap ada warung coto tetapi sudah dengan pemilik yang lain.

Saya mendapat kesempatan menyatakan kekecewaan pada petugas keamananan, yang tidak dapat menjaga kecurian yang terjadi di warung, membuat pasangan suami isteri itu habis-habisan tak bisa bertahan.

Dengan tenang petugas keamanan memberi penjelasan bahwa kecurian itu hanya terjadi sesuai jadwal pertandingan sepak bola.

Hah! Saya menatap mata petugas keamanan itu ingin mencari pembenaran bahwa “dia terlibat judi sepak bola dan menjadi pencuri di warungnya sendiri. Ya Allah bagaimana mungkin seorang mencuri di warungnya sendiri yang jadi sumber nafkah keluarga. Luar biasa kekuatan merusak yang dimiliki judi benar-benar telah menghisap kewarasan seseorang.”

Petugas keamanan tidak menjawab kekagetan saya, namun cara dia memandang disertai anggukan kepala meyakinkan saya bahwa apa yang saya katakan benar.

Kemudian dia meneruskan, pos ronda selalu menjadi tempat tidur jika mabuk setiap malam, dia suka minum minuman keras produk lokal (tuak-ballo). “Wow prestasi yang luar biasa, dia juga sudah meyandingkan judi dan minuman keras. Betapa kerasnya tekanan yang dihadapi sehingga harus lari ke minuman keras.”

Penjelasan berikutnya semakin membuat saya syok, rupanya masalah keuangan dicarikan solusi dengan menjadi kurir pembawa pesanan barang haram. Berharap untung namun semakin buntung dia tertangkap sehingga harus menjual harta terakhirnya kendaraan roda empat guna menyelesaikan masalah.

Ya Allah demikian keras ujian-MU ini. Lindungilah mereka ya Allah. Lindungilah kami semua. Saya benar-benar syok mendapat penjelasan yang bertubi-tubi itu. Serta merta saja terlintas di pikiran saya lima ajaran dasar Sunan Ngampel yang dipegang oleh masyarakat Jawa.

Ajaran ini di khususkan kepada kaum lelaki yang ingin mencapai hidup dalam damai di dunia maupun di akhirat.

Ajaran Molimo, “mo” yang berarti moh atau tidak dan limo yang berarti lima, yang jika dimaknai berarti tidak melakukan lima pantangan.

Lima pantangan itu adalah maling (mencuri), madon (melacur atau bermain perempuan), maen (berjudi), mabuk (minuman keras), dan madat (menghisap candu).

Ya Allah, menabrak Molimo ternyata risikonya tidak perlu menunggu akhirat, di dunia saja sudah didapatkan akibatnya.

Penjual coto itu adalah guru kehidupan yang mengajari saya buruknya terlibat minuman keras, judi, dan madat, memusnahkan semua keberkahan yang dimiliki bertahun-tahun, menyengsarakan keluarga.

Mengajari saya pentingnya mempertebal iman, rasa sabar, tabah dan tawakkal sehingga mampu lulus jika diberi ujian.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari susahnya bala (bencana), hinanya kesengsaraan, keburukan qadha’ (takdir), dan kegembiraan para musuh.” (HR Bukhari dan Muslim).

Tak ada lagi yang dapat saya lakukan selain bersegera menyesuaikan alamat rumah dengan kondisi terkini.

Makassar 3 Maret 2023




5 Comments

  1. March 9, 2023 at 5:54 am

    Mardiah nuntung

    Reply

    Ya Allah…begitu mudahnya Allah merubah keadaan.SEmoga keluarga kita dot menjaga Mohlimo…YA Allah…lindungi kami

  2. March 9, 2023 at 2:51 am

    Astuti

    Reply

    Mantap tulisannya Sista. Hancur karena Judi terselubung dan masuk ke jurang penderitaan

  3. March 8, 2023 at 10:26 pm

    Budiyanti

    Reply

    Tulisan yang membuat saya terharu saat perjuangan meraih rejeki. Namun karena melanggar Molimo akhirnya berakhir segalanya. Itulah ujian Allah. Kekuatan iman yang utama. Salam sehat ibu Deswita.

  4. March 8, 2023 at 9:45 pm

    Hajrah

    Reply

    Allah memang Maha Membolak balikkan hati yah bu. Dari kondisi yg baik namun krn coba2 melanggar aturan, maka buruk akhirnya. Naudzubillahi min dzalik

  5. March 8, 2023 at 8:41 pm

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisqn harian yang penuh hikmah. Isinya sangat membuat syok, terlebih saya pernah menyaksikan warung tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree