February 10, 2023 in Catatan Harian Nadhira, Uncategorized

Kelahiran Baby ZI (Zieha & Ifat)

Kelahiran Baby ZI (Zieha & Ifat)
Oleh Telly D

Makassar, 10 Oktober 2022
Akhirnya tiba juga di hari ini. Hari yang menjadi pusat perhatian sejak keberadaanmu dalam kandungan. Ini hari yang selalu didiskusikan bersama. Hari yang sangat dinanti-nantikan.

Hari ini juga hari bersejarah, momentum ayah Ifat dan ibunda Zieha menjadi orang tua dan juga momentum saya menjadi seorang nenek.

Semua aktivitas, upaya-upaya, doa-doa, dan harapan terbaik dimuarakan supaya hari ini bisa berjalan dengan penuh rahmat, diberi kemudahan dan kelancaran juga diberi keselamatan dan kebahagiaan.

Pagi itu pukul 08.00 WITA di ruang tunggu kamar bersalin Paramount hospital Makassar. Nenek Puang Ina, kakek Puang Ida, ditemani saudara Puang Dedi, Puang Baji, dan keponakan Puang Iffah menjadi satu tim yang duduk bersama menanti kelahiran.

Ruang tunggu rumah sakit yang lapang dan sejuk itu, tidak mampu memberi kesejukan, bahkan terasa sesak dan gerah.

Kami sementara mencemaskan ibunda Zieha yang awalnya berada dalam kondisi persalinan normal, mendadak terindikasi medis, harus dilakukan tindakan operasi.

Puang Dedi, Puang Iffah, dan Ayah menantikan kelahiran Nadhira. Foto: Dokumen Pribadi


Pemeriksaan rutin yang dilakukan selama kehamilan juga tidak pernah menemukan indikasi untuk menjalani operasi. Ibunda Zeha tentu tidak berada dalam kondisi siap untuk operasi, sekalipun dari semalam bunda Zieha sudah berada di ruangan persalinan bersiap melahirkan ditemani ayah Ifat dan Puang Baji.

Air ketuban tinggal sedikit dalam kondisi keruh dan berwarna hijau. Langkah operasi harus dilakukan secepatnya demi menyelamatkan nyawa ibu dan bayi yang di dalam kandungan.

Diagnose yang membuat kami terduduk diam menunggu dengan perasaan cemas. Tak ada yang mampu dilakukan, selain memberi persetujuan operasi, bersabar menunggu proses operasi, menitipkan harapan pada dokter supaya dapat menolong dan melangitkan doa, memohon doa kepada Sang Pencipta, diberi kekuatan menerima seburuk apapun ketentuan yang digariskan.

Kakek Puang Ida dan nenek Puang Ina menantikan kelahiran Nadhira. Foto: Dokumen Pribadi


Puang Baji memecah keheningan ruang tunggu dengan berkata lirih separuh berbisik ‘’Sepanjang malam saya menemani Zieha dalam ruang bersalin, setiap 2 jam difollow up kok tidak ketahuan bahwa kondisi air ketuban demikian.’’ Ada nada kecewa menggugat ketidak telitian pemeriksaan yang dilakukan sekaligus membuat pertanggung jawaban.

Puang Baji adalah orang dalam keluarga kita yang selalu diberi tanggung jawab menemani semua persalinan. Pengalamannya mumpuni dan sepanjang pengalaman itu hanya ada satu kali persalinan operasi karena bayinya kembar (Almeera dan Alneera) dan itu jauh hari sebelumnya telah direkomendasi.

Ayah Ifat menyampaikan bahwa Nadhira sudah Lahir. Foto: Dokumen Pribadi


‘’Hanya ada satu alasan air ketuban berwana hijau yaitu lewat usia kehamilan, kok bisa salah taksir usia padahal rutin pemeriksaannya?’’ Suara Puang Dedi bertanya memperjelas kondisi yang ada. Pertanyaan menggantung tak ada orang yang bisa memberi jawaban.

Kami belum berdiskusi, ayah Ifat sudah terlihat keluar dari ruang bedah dengan kondisi kelelahan, tegang dan penuh kecemasan terlihat dari wajahnya yang memerah ditekuk tegang, matanya basah memerah dan mulut yang terkunci rapat.

Berusaha tenang menghadapi kondisi yang ada. Mengabarkan kabar gembira dengan ekspresi tegang lelah, menghadapi ketegangan yang ada sepanjang malam tanpa istirahat.

‘’Alhamdulillah, berhasil operasinya, Zieha selamat, bayi sudah dikeluarkan dalam keadaan tidak menangis. Bayinya wanita seperti keinginan kami, molek seperti ibunya dengan berat 3,2 kg dan panjang 48,5 cm, keduanya masih dalam tindakan darurat, ucapnya perlahan-lahan.”

Seterusnya ayah Ifat berbalik pada Puang Ina ‘’Sudah ada pengganti almarhumah kakak Anti mama,’’ peluknya menghiburku yang juga sekaligus menghibur dirinya.

‘’Alhamdulillah Zieha sudah selamat itu kabar baik, semoga bayinya juga selamat Insya Allah’’ kami bersamaan mengucapkan selamat dan doa untuk hal yang sama.

‘’Apakah sudah diazani dan diqamati telinganya?’’ Puang Ida mengingatkan.

‘’Sudah saya lakukan, dokter dan perawat di ruang operasi juga mengingatkan hal ini,’’ ucap ayah Ifat.

‘’Kondisi Zieha karena operasi mendadak, dibius total sepanjang operasi, muntah mengeluarkan isi perutnya dan mengeluarkan darah yang banyak,” sambung ayah Ifat menyatakan kondisi ibunda Zieha, sambil membuka tas pakaian dan mengambil keperluan ibunda Zieha untuk bersegera masuk ke ruang bedah kembali.’’

‘’Tabah nak menjalani ketentuan Allah, jika kamu tabah maka istrimu juga ikut tenang dan tabah,‘’ semua memberi dukungan.
‘’Maaf, bayinya belum bisa dilihat, masuk ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) karena memerlukan tindakan khusus, yang boleh membesuk hanya ayah atau ibunya, itupun hanya sekali dalam sehari,
’’ayah Ifat memberi penjelasan.

Kami mengangguk memahami penjelasan itu. Bahagia bercampur dengan kecemasan. Bahagia mengetahui bahwa operasinya sukses, ibunda Zieha selamat namun kami tetap cemas karena Baby ZI masih dalam kondisi kritis.

Ibunda Zieha setelah selesai operasi. Foto: Dokumen Pribadi


Informasi yang menaikkan tensi kecemasan. Bayi ZI tidak menangis menderingkan ke‘’gawat’’an.

Beberapa bayi tidak menangis jika lahir Daeng, Puang Baji berusaha menenangkan, membaca apa yang Puang Ina pikir,
ssst bayi yang normal menangis jika lahir. Puang Dedi yang seorang dokter membetulkan informasi itu, mempertegas bahwa Baby ZI yang kami tunggu kelahirannya kondisinya memang tidak baik-baik saja.

Puang Dedi memilih fokus pada berat dan panjang Baby Zi. Menurutnya berat Baby ZI 3,2 kg punya harapan bagus untuk bertahan hidup namun panjang badannya yang 48,5 Cm minimal sekali. Standar panjang bayi lahir memang minimal 48 Cm, jika di bawahnya masuk kategori bayi stanting. Namun 48,5 Cm ukuran panjang yang tanggung menurutnya.

Puang Dedi tidak bisa menahan diri spontan menggugat ayah Ifat tidak teliti mengawasi asupan gizi ibunda Zieha. ‘’Jika teliti dengan asupan gizi panjang baby mencapai 50 Cm).

Ayah Ifat kembali masuk ruang bedah setelah merasa cukup memberi informasi dan berdiskusi, meninggalkan kami yang masih duduk diam menunggu perkembangan selanjutnya.

Mengisi waktu yang ada, Puang Dedi mencoba menenangkan dengan menjelaskan kondisi Baby ZI sesuai dengan ilmu kedokteran yang dia pahami.

Puang Dedi memulai dengan mengatakan perlahan. Di dalam rahim ibunya, janin berada di kantung ketuban yang berisi air tempat janin mengapung, bernapas, dan bergerak. Air ketuban ini juga berfungsi memberikan nutrisi untuk janin.

Normalnya, air ketuban berwarna bening kekuningan, jernih, steril, dan tidak berbau. Ketika warnanya berubah menjadi hijau maka ada sesuatu yang terjadi pada janin.

Satu-satunya penyebab air ketuban berwarna jika bayi telah mengeluarkan mekonium saat masih berada dalam kandungan. Mekonium adalah zat pekat berwarna kehijauan kental yang melapisi usus bayi selama berada dalam kandungan ibunya. Mekonium ini normalnya baru akan keluar lewat anus bayi setelah bayi lahir.

Mengapa dia keluar cepat, sedang bayi masih dalam kandungan? Seseorang bertanya dengan tergesa-gesa memotong penjelasan yang ada.

Untuk kasus Baby ZI mungkin proses persalinan berlangsung yang lama dari tadi malam sehingga bayinya stress kekurangan oksigen atau persalinan terjadi melewati hari perkiraan lahir atau due date.

Mekonium sesungguhnya adalah feses pertama bayi yang seharusnya dikeluarkan beberapa saat setelah dilahirkan.
Bila mekonium keluar ketika bayi masih berada dalam kandungan kemudian bercampur dengan air ketuban, dan tertelan oleh bayi akan menyebabkan masalah, bayi kesulitan bernapas, Meconium Adpiration Syndrom (MAS). Ini dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah persalinan.

Mekonium yang menyumbat saluran pernapasan, menyebabkan iritasi saluran pernapasan, merusak jarigan di paru-paru, menghambat surfaktan.

Surfaktan adalah zat lemak yang membantu membuka paru-paru setelah bayi lahir. Ini yang membuat bayi lahir tidak menangis ketika lahir.

Oleh sebab itu, harus diambil tindakan operasi secepatnya mengeluarkan dari rahim ibunya karena beresiko untuk ibu dan juga bayinya. Semakin cepat dikeluarkan semakin besar peluangnya untuk hidup.

Serentak saja terdengar helaan napas panjang kami setelah mengetahui apa yang terjadi. Sadar bahwa Baby ZI dalam kondisi bertarung berjuang mempertahankan hidupnya.

Puang Dedi meneruskan,
Ada cerita baiknya, tidak semua akibat bayi minum air ketuban hijau akan menyebabkan Meconium Aspiration Syndrome (MAS). Selama bayi tidak sampai menghirupnya ke paru-paru, maka tidak akan ada masalah atau gejala apapun.

Namun, jika sindrom ini terjadi, maka gejala-gejala yang muncul seperti: kulit bayi tampak kebiruan, bayi kesulitan bernapas, tampak mekonium di air ketuban, bayi tampak lemas atau lumpuh, retraksi atau dada tampak tertarik, terdengar suara gemuruh saat menarik napas.

Apabila terkonfirmasi bayi mengalami sindrom ini, maka perlu memakai alat untuk membantu bernapas sekaligus memberikan nutrisi. Melihat tindakan yang dilakukan dokter bayi dirawat di NICU dan mendapat bantuan oksigen kelihatannya terkonfimasi mengalami sindrom ini.

Jika kondisi lebih parah, maka akan diberikan penanganan berupa: Surfaktan untuk membantu membuka paru-paru Inhalasi nitrogen oksida untuk melebarkan pembuluh darah dan oksigen lebih lancar.

Di ruang NICU dapat dilakukan Prosedur extracorporeal membrane oxygenation dengan alat seperti pompa yang bekerja seperti paru-paru buatan yang menambah kadar oksigen dalam udara. Sebagian besar bayi dengan sindrom ini akan membaik dalam waktu 2 – 4 hari.

Puang Dedi menutup informasi singkat ini dengan mengatakan, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu proses yang yang berlangsung, menyemangati orang tuanya, dan berdoa agar semua berjalan lancar.

Puang Dedi berusaha menenangkan dengan mengatakan, ‘’Kita tertolong dan harus bersyukur. Rumah sakit ini punya dokter ahli kebidanan, ahli anak dan alat yang lengkap untuk menangani kasus seperti ini sehingga berdoalah semoga semua dapat berjalan lancar. Kasus ini jika berada di tangan dan rumah sakit yang tidak tepat akan menimbulkan kondisi terburuk kematian bayi.’’

‘’Sekarang kemajuan ilmu kebidanan dan teknologi yang menyertai kelahiran bayi sudah sangat berkembang baik sehingga peluang untuk bayi hidup besar, mari kita bantu dengan do’a.”


Meresapi informasi itu sangat menenangkan. Melihat ibunda Zieha juga sudah didorong keluar dari kamar bedah dan dimasukkan ke kamar untuk istirahat menambah ketenangan kami.

Puang Dedi akhirnya menelepon koleganya yang menjadi supervisor di rumah sakit ini dan mendapat informasi bahwa kondisi Baby ZI masih kritis, namun tetap bisa dikendalikan. Diminta sabar menunggu proses yang sementara berlangsung.

Kami masih memerlukan beberapa waktu di kamar dan melihat kondisi ibunda Zieha pasca operasi. Setelah dirasa cukup tenang kami akhirnya pulang ke rumah membiarkan ibunda Zieha beristirahat dan dijaga oleh ayah Ifat, Puang Yusril, dan Puang Iffah. Ini tim terbaik dari keluarga jika ada kondisi darurat yang mesti diselesaikan.
Kami pulang tanpa melihat wajahmu.

Cucuku
Kamu lahir dengan berebut maut bersama dengan ibundamu. Kamu sudah memulainya berjuang bahu membahu untuk tetap bertahan hidup. Hubungan ibunda dan anak yang luar biasa. Kamu anak yang pemberani punya riwayat hidup yang istimewa, menantang maut.

Ibunda Zieha sudah menyabung nyawa untuk mempertahankan hidupmu. Sekarang tugasmu meneruskan perjuangan itu. Bertahanlah cucuku saya yakin kamu kuat.
Jangan membuat sia-sia apa yang ibunda telah upayakan.

Dari awal kehadiranmu, kamu bayi kuat. Jangan menyerah terus berjuang mengatasi kondisi yang ada. Kamu nanti akan melihat ke belakang dan berkata dengan bangga ‘’Saya telah melalui, Saya melakukannya karena saya mengatasi dengan kekuatan dan kemauan.’’ Kamu petarung sejati keluarga kita.

Makassar, 10 Oktober 2022




2 Comments

  1. April 19, 2024 at 2:27 pm

    Więcej wyników

    Reply

    Excellent write-up

  2. February 16, 2023 at 5:40 am

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan bagus dan mengesankan. Lanjutkan: bungkus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree