February 12, 2023 in Catatan Harian Nadhira, Uncategorized

Nadhira Saksi Mapparola Ayahbunda

Nadhira Saksi Mapparola Ayahbunda
Oleh Telly D

Mapparola adalah salah satu rangkaian perkawinan adat suku Bugis Makassar berupa kunjungan pihak keluarga pengantin wanita ke pihak keluarga pengantin pria, setelah akad nikah dan resepsi pernikahan.

Normalnya Mapparola dilakukan hanya beberapa waktu atau hari setelah akad nikah, karena itu belum ada anak yang dibawa dalam iring-iringan Mapparola.

Iring-iringan Pengantin Memasuki Ruangan Pelaksanaan Mapparola. Foto: Dokumen Pribadi

Mengapa Nadhira ada dalam iring-iringan Mapparola?
Itu terjadi karena 2 tahun waktu berselang setelah ayahbunda menikah. Mapparola baru dapat dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2022.

Pernikahan ayahbunda telah dilaksanakan di Singapura pada tanggal 25 Desember 2020, namun ada kondisi Pandemi Covid-19 yang mengatur kunjungan antar negara. Orang tidak boleh berkunjung antar negara, membuat acara mapparola di Indonesia tertunda.

Nadhira dan Ayahbunda dalam iring-iringan Mapparola. Foto: Doukumen Pribadi


Lamanya waktu menunggu membuat Nadhira sudah lahir bahkan sudah berusia 2 bulan lebih 15 hari. Ketika Mapparola dilakukan.

Mengapa Mapparola tetap Puang Ina lakukan sekalipun ayahbunda sudah menikah 2 tahun bahkan sudah punya anak Nadhira?

Di tanah Bugis Makassar bagi pengantin wanita, Mapparola sangat penting sebab Mapprola memberi isyarat bahwa mempelai wanita direstui penikahannya dan diterima menjadi anggota keluarga besar pengantin pria.

Mapprola ungkapan dalam bahasa Bugis. Dalam bahasa Makassar Mapparola disebut Nilekka. Pernikahan yang tidak mendapat restu orang tua dikatakan dengan ungkapan Bunting tena nilekka artinya pengantin yang tidak direstu oleh keluarga atau orang tua.

Nadhira dan Ayahbunda Naik ke Panggung Pelaminan. Foto: Dokumen Pribadi


Dalam Mapparola ayahbunda, juga dilakukan makkasiwiang (Pengantin memperlihatkan darma baktinya kepada orang tua dengan memberi tali asih), mammatua (pihak orang tua memberi tali asih kepada menantu wanita, cucu Nadhira berupa perhiasan emas) kemudian dilakukan Pandaengang (pemberian gelar sebagai sapaan resmi kepada kedua mempelai) oleh Puang Bapak sebagai pemangku adat keluarga.

Nadhira dan Ayahbunda duduk di Pelaminan. Foto: Dokumen Pribadi


Ayah-Ifat diberi pandaengang (gelar) Daeng Patunru, Bunda-Zieha Daeng Maloga dan Nadhira sendiri sebelumnya sudah diberi gelar oleh Puang Ina dan Puang Ida Daeng Malebbi.

Acara Mapparola ditutup dengan mempermaklumkan pernikahan yang telah di lakukan di Singapura dan memohon doa restu pada semua keluarga agar kedua mempelai dapat membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.


Cucuku Nadhira
Acara Mapparola ayahbundamu dihadiri oleh semua keluarga dan kerabat dekat. Begitu meriah, syarat adat, ada pagelaran budaya, kuliner khas daerah, bermain musik, menari, bernyanyi, dan ditutup dengan beramai-ramai keluarga berpakaian adat Bugis berlayar naik perahu Phinisi sepanjang pantai Losari. Demikian luar biasa senang dan bahagianya.

Nadhira juga hadir di acara itu. Kamu digendong oleh ayah Ifat berpakaian adat berjalan dalam iring-iringan di bawah lellu diiringi bunyi gendang tunrung pakkanjara yang khas, gemuruh bertalu-talu.

Di Gendongan Ayah, Nadhira Ikut Menyaksikan Prosesi Angaru. Foto: Dokumen Pribadi


Betapa istimewanya Nadhira bisa menjadi saksi acara Mapparola ayahbunda yang menurut Puang Ina tidak banyak anak yang memiliki pengalaman yang sama.

Kamu saksi yang tertidur nyenyak sepanjang seremonial itu. Tidak merepotkan dan Puang Ina merasa gemas dan tersenyum melihatmu dapat tertidur nyenyak tidak terusik di tengah gemuruh gendang dan riuh rendahnya suara-suara dalam prosesi adat itu.

Nadhira menjuju Perahu Phinisi. Foto: Dokumen Pribadi


Waktu Mapparola memang tepat di saat waktu tidur Nadhira, dan Nadhira sudah lama membuat kesepakatan yang tidak terucap bahwa jika waktu tidur tiba, tidak sesuatu pun yang dapat menganggu kenyamananmu. Kamu ibarat berpindah dunia ketika itu, nanti bangun setelah waktu tidur sudah cukup.
Luar biasa, Nadhira hanya ditidurkan di dalam kereta bayi di area VIP yang ada di ruang prosesi itu. Nadhira menerima sapaan keluarga yang ingin mengenalmu dengan mata terpejam dan tidur pulas, mendengkur halus. Semua yang melihatmu tersenyum-senyum.

Nadhira juga ikut dengan kereta dorongnya naik ke perahu Phinisi. Hanya sekali-sekali membuka mata untuk memastikan bahwa kamu berada dalam pengawasan keluarga, atau menggeliat mengisyaratkan bahwa perutmu lapar kemudian melanjutkan tidurmu.

Nadhira Minum Susu di atas perahu Phinisi. Foto: Dokumen Pribadi


Cucuku Nadhira
Mapparola sesungguhnya adalah memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada wanita yang akan melahirkan keturunan keluarga. Memberi kehormatan kepada anak-anak yang akan dilahirkan, dan itu hanya dilakukan jika perkawinan itu mendapat restu dari kedua orang tua dan keluarga besar.

Betapa syarat maknanya acara itu, acara yang meletakkan restu orang tua dan keluarga besar sebagai dasar untuk memulai perkawinan.

Kamu jadi saksi bahwa kebahagiaan itu jadi utuh jika ada restu dari orang tua dan keluarga. Sehingga jika mencintai seseorang harusnya demikian, satu paket dengan restu orang tua.

Betapa penting restu orang tua. Restu merupakan sebuah doa dan doa orang tua sangat berarti dalam kehidupan. Banyak orang yang mengatakan, restu orang tua adalah restu Allah.

Lalu, mengapa Puang Ina merestui ayah Ifat menikah dengan ibunda Zieha?

“Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung” (Bukhori dan Muslim).

Dalam hadits tersebut jelas memberi tuntunan untuk memilih pasangan karena agamanya. Maka sudah seharusnya Puang Ina dan Puang Ida memberi restu kepada ayahbunda karena penilaian yang paling utama itu adalah agama.

Ayahbundamu sesama santri yang pernah mondok 6 tahun di Pesanren, keduanya memiliki ahlak mulia, pengetahuan dan pengamalan agama yang baik. Lebih jauh ibunda Zieha adalah pengajar pembaca Al-Quran yang bersertifikat di Singapura.

Kamu tahu nak, para pembaca Al-Quran di hari kemudian diberi syafaat untuk memahkotai orang tuanya dan memasukkannya menjadi penghuni surga.

Puang Ina bukan hanya merestui untuk menikah, lebih jauh Puang Ina mempercayakan rahimnya melahirkan turunan-turunann keluarga kita yaitu anak-anak yang shaleh/shalehah, beradab muslim yang mulia, patuh pada orang tua, dan takut pada Allah karena berada di lingkungan yang sangat religious.

Menurut keyakinan Puang Ina, Nadhira lahir dari rahim ibu yang tepat dan juga akan dididik dalam lingkungan iman Islam yang kuat sehingga Puang Ina bisa berharap Nadhirah bertumbuh dalam limpahan kasih sayang dan keberkahan yang hakikih.

Cucuku Nadhira
Perkawinan itu penting, hidup yang sebenarnya dimulai ketika telah menikah. Sehingga tidak boleh sembrono dan salah memilih jodoh.

Jika takdir Puang Ina tidak ada lagi mendampingi Nadhira ketika sudah dewasa dimana Nadhirah sudah waktunya memilih pendamping hidup, beberapa petunjuk yang dapat menuntun Nadhira agar tidak salah pilih.

Perhatikan ketaatan beragama dan akhlak laki-laki yang akan dipilih. Faktor akhlak dan ketaatan laki-laki dalam beragama adalah hal yang paling utama. Sebab, laki-laki ini yang akan menjadi pemimpin rumah tangga Nadhira dan akan membawa Nadhira sampai ke surga Allah SWT.

Apakah lelaki itu, takut pada Allah? Takut pada Allah terlihat dari caranya menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat, suatu hal yang mutlak menurut ketentuan agama. Nadhira harus teliti apakah ia bersih dari perbuatan maksiat atau sebaliknya?

Punyakah semangat jihad dan rasa tanggung jawab? Nadhira dapat melihat dari kesungguhannya untuk membentengi dan membela kepentingan Islam seperti selalu beribadah, berjamaah di masjid, menghadiri kegiatan tausiah, dan perbuatan-perbuatan baik di jalan Allah lainnya. Laki-laki yang demikian pasti akan mendidik keluarga dan anak-anaknya kelak untuk hidup dalam kebaikan yang diridhai Allah.

Selain itu, punya rasa tanggung jawab untuk memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.

Bagaimana kualitas dirinya? Kualitas manusia berbeda-beda sebagaimana kualitas barang tambang emas, perak, perunggu, dan lainnya. Artinya, kualitas orang dinilai baik bilamana ia mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang baik sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.

Nadhira cucuku, kualitas yang dituntut oleh Islam bukanlah kualitas materi, melainkan kualitas keagamaan mencakup pengetahuan, intelektual, mental, emosi, ketaatan, serta kesungguhan dan keteguhan berpegang pada ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Apakah dapat jadi pemimpinmu?
“Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka…” (QS. An-Nisa’: 34).

Ayat di atas menjelaskan bahwa laki-laki diberi kodrat memimpin oleh Allah SWT. Kodrat yang Allah berikan ini merupakan kelebihan laki-laki dari perempuan. Karena itu, sudah menjadi ketetapan Allah bahwa orang yang bertanggung jawab memimpin di dalam rumah tangga adalah suami.

Adapun fungsi sebagai pemimpin dalam rumah tangga adalah meluruskan kesalahan Nadhira jika terjadi, meningkatkan ketakwaan Nadhira, memperluas pengetahuan dan pemahaman Nadhra mengenai tanggung jawab.

Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya mendapat restu ayahbunda. Sebelum Nadhira menjalin hubungan dengan seseorang, ada baiknya Nadhira minta pendapat ayahbunda. Setelah ayahbunda mengizinkan untuk menjalin hubungan, barulah Nadhira bisa melanjutkan hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan.

Penting membangun komunikasi antara Nadhira dan ayahbunda terutama dalam hal pasangan hidup karena menikah bukan hanya sekadar tentang dua orang saja melainkan dua keluarga yang menjadi satu.

Cucuku Nadhira, Jangan pernah terpikir untuk menikah tanpa restu ayahbunda, sekalipun boleh.

Birrul walidain atau berbakti kepada ayahbunda merupakan kewajiban bagi setiap anak. Karena dengan tulus ikhlas, ayahbunda telah berjasa merawat dan membesarkan Nadhira.

Memang tanpa restu dari ayahbunda, pernikahan tetap sah hanya saja, pernikahan kurang diberkahi karena tidak ada doa dari orang tua. Meminta restu termasuk menunjukan tindakan berbakti seorang anak kepada kedua orang tua. Berbakti kepada orang tua ini hukumnya wajib bagi setiap Muslim.

Berbakti kepada orang tua adalah amalan di jalan Allah atau fi sabilillah mendapat ridha Allah, sebab ridha Allah terletak pada ridha orang tua dan murka Allah terletak pada murka orang tua.
Anak yang tidak berbakti kepada orang tua dicap sebagai orang-orang yang tidak bertakwa.

Berbakti kepada orang tua merupakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, mendapatkan jaminan surga, mudah terkabulkan hajat (keinginan) dan doa, terhindar dari azab dunia maupun akhirat, dikabulkannya taubat, mendapatkan doa mustajab.

Salah satu sebab dikabulkannya taubat adalah dengan berbuat baik atau berbakti kepada orang tua. Anak yang berbakti kepada orang tua akan senantiasa didoakan pula oleh orang tuanya.

” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ، لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ “

Artinya:

“Ada tiga do’a yang mustajab, tidak ada keraguan akan hal itu. Do’a orang yang terdzalimi, do’a musafir, dan do’a orang tua untuk (kebaikan) anaknya.” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syekh Al-Arnauth).

Dengan mengetahui hal ini, sesungguhnya cucuku Nadhira, apapun yang Nadhira berikan kepada orang tua termasuk minta restu tidaklah cukup untuk menggantikan apa yang orang tua berikan kepada Nadhira. Betapa tak terkiranya utang budi seorang anak kepada orang tua, tak terbayarkan sepanjang hidup ini.

Makassar, 25 Desember 2022




2 Comments

  1. March 25, 2024 at 10:55 pm

    Stewart Bratcher

    Reply

    great article

  2. February 15, 2023 at 9:49 pm

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan yang bagus dan mengesankan. Bungkus ke dlm folder calon buku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree