January 2, 2023 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

pantai Bara, Eksotis dan Tersembunyi

Pantai Bara, Eksotis dan Tersembunyi

Oleh Telly D

’Untuk merasakan apa yang tak pernah kau rasakan, dan mengetahui apa yang tak pernah kau ketahui, maka hanya perlu berjalan. Selalu ada hal baru yang diajarkan alam untuk kau ketahui dan rasakan dari setiap langkah yang kau ayunkan.’’ (Telly D).

Jika saya bertanya, ‘’Tahukah Anda pantai Bira?” saya yakin para penikmat keindahan pantai akan menjawab ’’Tahu.’’ Bahkan lebih jauh dapat bercerita banyak tentang keindahan pantai yang dimiliki. Lautnya yang asri, biru dan tenang, pasir putihnya yang halus dan terhampar luas, bawah lautnya yang indah untuk menyelam, tebing-tebing karangnya bak lukisan alam dan banyak hal lain.

Pantai Bira memang sangat popular. Penikmat keindahan pantai mengenalnya sebagai destinasi primadona wisata bahari di Provinsi Sulawesi Selatan. Masuk dalam buku pariwisata sebagai tujuan wisata yang direkomendasikan. Sangat diminati untuk dikunjungi.

Kadis Pariwisata Bulukumba Daud Kahal, melaporkan bahwa pengunjung Kawasan Wisata Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada hari libur membludak mencapai 6.210 orang. Total pengunjung ini sudah melebihi kapasitas penginapan yang tersedia, yaitu hanya 1.400 kamar.

Jika musim liburan, kendaraan pengunjung sampai harus mengantri sejauh 4 kilometer menuju pintu gerbang, demikian tingginya minat pengunjung untuk datang ke Pantai Bira.

Kondisi itu membuat diperluasnya dan dikembangkannya tempat-tempat wisata alternatif yang ada di sekitarnya. Dikembangkanlah beberapa  pantai yang tidak kalah menarik dan indahnya dari Pantai Bira yaitu  Pantai Bara, Pantai Kaluku, Pantai Kasuso, Pantai Mandala Ria, dan Pantai Marumasa untuk menampung luapan pengunjung setiap musim liburan.

Pantai Bara Foto: Dokumen Pribadi

Nah sekarang jika saya bertanya, Tahukah Anda Pantai Bara? Mungkin saja Anda membetulkan ucapan saya bahwa bukan pantai Bara namun pantai Bira. Begitu tidak populernya sehingga jika menyebutnya orang malah berpikir itu kesalahan dalam pengucapan. Bara dan Bira memang hanya dibedakan dengan satu huruf yaitu huruf a dan i.

Bukan hanya penulisan yang banyak kesamaannya, kondisi alamnya pun demikian. Keindahan alam Pantai Bira dan Pantai Bara ‘serupa tapi tak sama.

Berada di kawasan wisata dengan garis pantai yang sama, maka memiliki kesamaan pantai, ombak, pasir putih, nyaris semua sama, kecuali letaknya yang berbeda. Pantai Bara tersembunyi, belum terkenal maka sangat sepi.

Pasir Putih Pantai Bara Foto: Dokumen Pribadi

Ketidak terkenalnya, ketersembunyian serta kesepiannya justru membuat saya tergoda untuk menikmatinya, apalagi cottage adik saya terletak tepat di depan Pantai Bara. Suasana yang sepi dan asri sangat cocok untuk menjernihkan pikiran dan menghilangkan penat dari hiruk pikuk kota.

Pantai Bara berada di Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Memerlukan waktu 2 jam dari Makassar berkendaraan mobil ke Kabupaten Bulukumba, kemudian dari sini melanjutkan perjalanan ke Bontobahari memerlukan waktu 1 – 1½  jm.

Ada pos penjagaan sebelum masuk ke kawasan ini. Pengunjung membayar RP 15,000 untuk biaya masuk dan juga membayar biaya parkir untuk kendaraan yang dikelola oleh masyarakat lokal.

Dari gerbang Kawasan Wisata Tanjung Bira hanya butuh kurang lebih 15 menit dengan berkendaraan mobil ke Pantai Bara. Perjalanan harus melewati perbukitan dan jalanan yang tidak terlalu besar, namun jangan khawatir karena jalanan masih bisa dilewati kendaraan roda empat.

Cottage adik saya letaknya sangat strategis. Berada di ketinggian, tepat di depan pantai Bara, berlantai dua dengan fasilitas premium. Kamar yang luas dan mewah, sejuk bersih, tempat tidur yang nyaman, kamar mandi yang luxury dan yang tak kalah menariknya ada jaringan internet sehingga tidak terisolir dari dunia luar.

Saya bisa menikmati indahnya pantai hanya dengan duduk di terasnya.  Semua kamar menghadap ke pantai dengan diberi kaca besar sehingga dari dalam kamar pun saya tetap bisa menikmati panorama pantai yang indah dan bisa tidur dengan alunan suara ombak yang memecah.

Masih pagi sekali, saya sudah bejalan menuju ke pantai Bara, hanya membutuhkan beberapa langkah menuruni tangga, saya sudah disambut bentangan pasir putih luas. Halusnya terasa di kaki bak berjalan di atas tepung.

Bentangan pasir putihnya lebih luas dari pantai Bira dan lebih bersih tanpa sampah. Masyarakat punya kebiasaan membersihkan sampah setiap pagi dan menguburkannya di tempat tertentu.

Masih pagi sekali, pulau Liukang yang berada tepat di depan pantai nampak samar dalam sinar matahari pagi. Kecil seperti terapung-apung di atas air laut menggoda untuk mengunjunginya.

Kiri kanan pantai Bara diapit dengan tebing-tebing tinggi yang ditumbuhi pohon-pohon nyiur yang pendek dan berbuah lebat. Cungkup rumah-rumah penduduk tersembul di antara pohon nyiur itu, berkombinasi dengan laut biru sehingga rasanya kami duduk dikelilingi dengan lukisan alam.

Pasir Putih Pantai Bara Foto: Dokumen Pribadi

Saya jadi tersenyum teringat gambar pemandangan yang saya suka lukis ketika kecil, gambar dua gunung kembar.

Pantai Bara suasananya tenang dan sepi hanya ada 3 kelompok yang menikmati keindahannya yang luas itu. Satu kelompok bule yang datang dari Spanyol. (5 orang, 3 wanita dan 2 laki-laki). Satu kelompok anak muda (6 orang), dan kelompok yang lain saya dengan keluarga (anak, menantu, besan, dan cucu), itu pun masih ditambah saudara.

Hamparan Pasir Putih Pantai Bara Foto: Dokumen Pribadi

Betapa seriusnya kelompok bule itu menikmati pantai terlihat dari kostum yang mereka kenakan, sudah berbaju renang yang minim dan motif abstrak dan berwarna mencolok, memakai kaca mata hitam. Memakai payung berwarna-warni. Sekalipun masih pagi, menenteng alat snorkel dan membawa matras untuk jadi hamparan berjemur di pantai.

Pasir Putih dan Air Laut yang Jernih di Pantai Bara Foto: Dokumen Pribadi

Masih tertalu pagi untuk berenang sehingga mereka hanya tidur-tiduran bermalas-malasan di atas matras menunggu matahari terbit sempurna. Tidak terlalu lama saya mengamatinya, tidak menarik, usianya yang sudah tua dan berumur membuat pemandangan indah tidak saya temukan.

Jika bule itu menikmari udara pagi yang segar, matahari pagi yang cerah, bunyi deburan ombak kecil yang memecah di bibir pantai, kapal nelayan yang hilir mudik di tengah pantai. Maka lain halnya dengan kelompok anak muda yang juga ada di tempat yang sama.

Kelompok ini memanfaatkan waktu yang ada untuk memindahkan keindahan Pantai Bara ke dalam kamera hand phonenya. Riuh rendah suara mereka saling menyemangati untuk berfoto dengan latar indah, tawa cekikikan mereka terbawa angin menyampaikan kebahagiaan yang sementara dinikmati.

Tak ada sudut yang mereka lewatkan untuk diambil rekaman gambar dengan pose yang lucu-lucu. Mereka sangat kreatif. Saya yakin dengan melihat semangat dan kegembiraannya, foto itu akan mengisi status dan grup-grup sosial media yang mereka ikuti, dilengkapi dengan komentar rasa bahagia telah mampu berada di tempat ini.

Tempat ini memang bergengsi untuk dishare dalam sosmed. Alamnya yang indah, tempatnya yang tersembunyi dan biaya yang tidak sedikit yang mesti mereka keluarkan. Ini termasuk wisata yang lumayan mahal, jika ingin menikmati layanan terbaik. Namun, itu setara dengan keindahan alam yang dinikmati.

Rasanya berada di pulau milik sendiri, eksotis dan tersembunyi. Kami berbaring di atas pasir putih membiarkan tubuh kami dihangatkan oleh matahari pagi. Disentuh oleh hembusan angin pantai yang membawa gairah birahi primitif. Telinga kami dinina bobokan oleh kidung-kidung suara alam, deburan ombak yang memecah.

Cucu saya yang masih berumur 1,5 bulan juga ikut saya baringkan di pasir putih di atas matras. Saya ingin cucu saya yang memiliki dua warga negara itu dari kecil sudah menikmati hangatnya matahari dan indahnya negeri ini.

Bersama Cucu di Pantai Bara Foto: Dokumen Pribadi

Banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sini. Bisa hanya berbaring di atas pasir putih, berjalan sebagai relaksasi menimati halusnya pasir putih, berenang, berperahu atau menikmati matahari terbit dan tenggelam, berfoto ria, Tempat ini sangat cocok untuk liburan keluarga.

Saya menikmati keindahan ini dengan waktu relatif pendek, hanya 3 hari 2 malam. Namun begitu banyak pelajaran yang dapat diberikan oleh alam. Alam guru terbaik, setiap adegan petualangan pasti akan mengajarkan ilmu yang sangat berharga bahkan laut memberi banyak pelajaran hidup yang berharga.

Di perkirakan ada sekitar 1 juta spesies hewan yang tinggal di lautan (estimete Kids National Geographic). Lautan adalah rumah bagi banyak hewan, Olehnya kita yang hidup di darat tidak perlu terlalu mendengarkan ocehan negatif dari orang lain. Selama bisa memberikan manfaat, maka tak perlu jadi persoalan.

Banyak orang menyukai suasana ombak laut, karena memiliki kesan natural yang menenangkan untuk relaksasi otak (Sea Chest),  Meski laut memiliki banyak misteri di dalamnya, tapi tetap saja ada sisi positif yang seakan mampu memberikan ketenangan bagi orang-orang.

Layaknya manusia, meski terus diberikan penilaian negatif, tetap saja akan ada sisi positifnya yang mungkin tidak diketahui oleh orang banyak.

Lautan menyimpan hingga 3 – 5 triliun ikan di dalamnya (World Atlas).  Betapa misteriusnya lautan, tapi justru tetap bisa memberikan harapan bagi banyak orang. Sama halnya dengan manusia, setidaknya tetaplah memberi manfaat bagi banyak orang.

Luasnya lautan bisa mencapai sekitar 2,6 juta kilometer persegi (National Geographi). Angka ini bisa lebih luas dari apa yang diprediksi. Nyatanya masih ada hal yang jauh lebih hebat dan luar biasa dari apa yang dimiliki manusia. Jangan terjebak dalam sikap arogan sebab merasa diri sendiri paling terbaik.

Lautan penghubung antara satu benua dengan benua lainnya. Lautan yang menjadi jembatan dengan banyak benua. Layaknya manusia juga harus bisa mencontoh hal tersebut agar tetap memiliki kehidupan bersosial yang baik. Jalinan silahturahmi dan sosial dengan orang lain adalah hal yang tetap harus dipegang teguh.

Terik matahari sudah berada di titik yang menyengat, Pantai Bara sudah ditinggalkan penikmatnya. Tak ada orang lagi selain kami sekeluarga. Saya bersegera meminum air kelapa dengan tegukan yang terakhir, piring pisang goreng itu telah kosong, waktunya meninggalkan Pantai Bara untuk beristrirahat.

“Banyaknya langkah dalam perjalanan akan menentukan seberapa kenikmatan yang akan didapatkan. Sebab, kenikmatan akan ditentukan oleh siapa yang menjadi tujuannya, dan tujuan yang hakiki adalah Sang Pencipta.”

Bara, November 2022




9 Comments

  1. January 4, 2023 at 7:01 am

    Daeng ardi

    Reply

    Ada pulau depan pantai bira.. namanya pulau batu. (40 menit perjalanan dari Bira) Tidak berpenghuni namun sangat cocok untuk destinasi fishing. Pernah saya mancing dibibir pantai yg berbatu.. nda pake lama langsung strike ikan Lamuru besar (12 kg)

  2. January 4, 2023 at 3:19 am

    cahyati muchson

    Reply

    Diskripsi keindahan alam yang memantik semangat ingin berkunjung. Luar biasa bunda Telly.

  3. January 4, 2023 at 12:45 am

    Muhammad Helmi

    Reply

    Sangat menginspirasi saya, pingin jugapunya tulisan seperti ini dengan banyak narasi-narasi yang luarbiasa dan pengetahuan yang bersumber dari data yang sangat valid

  4. January 4, 2023 at 12:27 am

    Wyda Asmaningaju

    Reply

    Terima kasih bunda sudah mengajak Kami menikmati indahnya pantai Bira dan Bara

  5. January 3, 2023 at 11:00 pm

    Sumintarsih

    Reply

    Pemandangan yg sgt indah, selama ini hanya melihat gambar. Ternyata sungguhan. Bunda sudah berada di pantai itu, berasa terwakili.

  6. January 3, 2023 at 10:40 pm

    Hariyanto

    Reply

    Ternyata diceritakan sfa 2 pantai ya Bu…..Pantai Bira dan Pantai Bara…..tapi fotonya.pantainyam memang sangat eksotis…BIrundan dikelilingi pSir putih. Indah sekali…..kidah perjalanan yg menyenangkan

  7. January 3, 2023 at 10:36 pm

    Much Khoiri

    Reply

    Catatan perjalanan (destinasi wisata) yang sangat bagus dan komplit. Dilengkapi foto pula. Mantaps

  8. January 3, 2023 at 10:30 pm

    Astuti

    Reply

    Satu kisah perjalanan yang utuh. Terima kasih sudah mengajak saya traveling di awal tahun 2023. Ditunggu tulisan perjalanan lainnya.

  9. January 3, 2023 at 10:26 pm

    Mukminin

    Reply

    Keren tulisan Bu Telly menghipnotis pembaca untuk.ke sana. Selamat berwisata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree