November 25, 2022 in Serba Serbi RPL, Uncategorized

Aku, RVL dan Kopdar 2

Aku, RVL, dan Kopdar 2

Oleh Telly D

Rumah Virus Literasi (RVL), adalah rumah besar tempat berkumpul para penulis hebat dan produktif, menghasilkan puluhan karya dalam berbagai genre. RVL digawangi oleh seorang penulis prolifik Much Khoiri.

Apakah aku juga seorang penulis hebat, sehingga aku ikut berkumpul di bawah wuwungan RVL? Jawabnya, tidak! Aku bukan siapa-siapa. Jumlah tulisanku jika dibandingkan para penulis hebat itu, bak langit dan bumi. Belum lagi cerita tentang kualitas isi tulisanku.

Lalu mengapa aku ada di RVL? Jawabnya, aku ditangkap dan diceburkan paksa oleh Much. Khoiri ke dalam kolam RVL dan memintaku berenang sendiri jika mau mempertahankan hidup dan punya harga diri. Tidak peduli, bahwa aku tidak bisa berenang.

Sebelumnya, aku memiliki rasa takut jika tulisanku dibaca orang banyak, takut salah membuat tulisanku yang sedikit itu, juga hanya dibaca oleh kalangan yang sedikit (terbatas),

Aku selalu menjadikan kesibukan sebagai alasan tidak menulis dan tidak membaca. Aku juga punya keterbatasan dalam penguasaan bahasa, tidak ada pembimbing, dan macam-macam alasan.

Begitu banyak kelemahan yang aku miliki, apakah aku bisa jadi penulis? Usiaku tidak muda lagi, aku sudah berada di usia berkepala enam, cukupkah waktu bagiku?
Apakah aku punya nyali dan rasa optimis bisa mengapung kemudian berenang. Sebagai jawaban, mengapa tidak? Usia hanya angka, bukan jadi halangan buatku untuk berkarya di usia senja.

Rasa optimis juga harus dibarengi kemauan menata dan membenahi diri sehingga bisa menjadi penulis. Menjadi penulis memerlukan upaya dan tekad khusus, ilmu khusus, bahkan dedikasih khusus.

Mau menulis saja tidak cukup. Tahu ilmu menulis saja, juga tidak cukup. Untuk menjadi penulis mesti mau melakukan menulis, menulis, dan menulis, dan terus menerus rajin belajar meningkatkan kualitas tulisannya.

Hal itu yang membuat banyak orang malas menulis, apalagi pekerjaan menulis dilakukan menyendiri, sepi tidak tampak oleh orang banyak, jauh dari hiruk pikuk gemerlap pesona dunia.

Bagiku, tidak serta merta karena berpendidikan, punya pengalaman memimpin, punya banyak pengalaman hidup kemudian otomatis bisa menjadi penulis yang baik.

Tidak demikian, aku juga mesti berjuang bahkan jatuh bangun menata diriku, nalarku, ide-ideku, bahasaku, bahkan waktuku untuk bisa menulis.

Menjadi “tawanan” penulis Much. Khoiri tidak melulu cerita indah dan menyenangkan. Aku memang berada di tangan yang tepat, penulis yang berilmu dan memiliki ketulusan memberi perhatian, waktu, dan suntikan semangat, kapan saja aku inginkan.

Sebagai guru, dia memperlakukanku tidak selunak yang orang bayangkan. Dia guru yang ‘‘Militan.’’ Berguru dengannya aku harus mau bekerja keras. Tabu baginya ada hari tanpa menulis. Tidak menoleransi orang yang tidak disiplin yang gleyang gleyong tidak pintar karena malas.

Guru yang ber ‘’ambisi’’ membuat aku merasakan proses menulis sekaligus hasil menulis. Menemukan ide, mengolahnya, menata nalar, mengembangkan tulisan dan menggunakan bahasa (tata bahasa, diksi, tata tulis dan sebagainya).

Kesalahan nalar, kesalahan bahasa selalu diteriakkan. Dalam WA, suka’ kebakaran jenggot’ untuk urusan tanda baca saja. Reaksi yang berlebihan menurutku.

Menurutnya aku ‘liar’ hidup dalam zaman ‘‘Jahiliyah,’’ suka tidak teliti dengan tanda baca. ‘’ Jenengan jika tidak bisa teliti, bayar orang yang lakukan editing sebelum dishare. Jenengan saja nggak mau swa sunting, masak menyuruh pembaca yang lakukan,’’ tulisnya dalam WA setiap membaca tulisanku yang ‘’sembrono.’’

Aku masih menyimpan semua tulisan yang dipulangkan dengan diberi tanda koreksi kesalahan. Aku sampai tidak percaya dengan koreksi itu, bukan pada kesalahan yang ada, namun lebih pada ketelitian orang yang melakukan.

Sesungguhnya semangat Pak Khoiri yang ikut semangatku. Rasanya malu, tidak tahu diri, dan buruk rupa, jika aku yang disemangati malah melempem. Diajak serius dan bergerak maju malah jalan di tempat.
Dalam tawanan itu, Aku mulai membangun rasa percaya diri. memberanikan diri melangkah dengan menuangkan ide-ide, menyemangati diri bahwa penulis yang profesional itu juga awalnya mereka belajar menulis.

Aku mulai membudayakan dan bertekad menulis setiap hari. Aku mulai menulis dari waktu yang kecil, 15 menit perhari. Kemudian meningkat 30 menit, sekarang aku bisa menggunakan waktu sesuai kebutuhanku.

Kapan saja dan dimana saja aku gunakan untuk menulis. Aku bisa menulis dengan hanya menggunakan hand phone kemudian mengembangkannya menjadi sebuah tulisan yang utuh.

Mukminin, Much Khoiri , Telly D dan Rita Andriyanti. Pada Kopdar RVL1 Yogyakarta. Sumber : Dokumen Pribadi

Sekarang menulis sudah menjadi proses yang aku nikmati, sekalipun awalnya aku sangat memaksakan diri. Aku optimis ke depan akan memiliki puluhan karya tulisan. Potensi untuk menghasilkan karya demi karya sangat terbuka lebar.

Pada Bulan Bahasa kemarin dalam Kopdar ke-1 RVL di Yogyakarta, aku sudah termasuk orang yang melaunching 1 (satu) buku solo dan 11 (sebelas) buku antologi. Diriku telah menjadi penulis pemula.

Menyongsong kopdar ke-2 sudah dilakukan pembimbingan dan pelatihan dalam grup RVL. Sudah diberi lintasan yang akan dilakukan jika ingin memiliki buku solo dan buku Antologi. Aku sisa berjalan mengikuti lintasan itu, semua jadi lebih mudah.

Insya Allah, aku bertekad hadir di Kopdar RVL 2 dengan membawa “2 (dua) buku solo dan 5 (lima) buku antologi.”
Aku sudah mencium wangi buku solo dan antologi yang akan aku hasilkan. Aku sudah punya gambaran diri. Mimpi mengikuti kopdar 2 telah terbangun.

Much Khoiri berdiri ditengah peserta Kopdar RVL1 Yogyakarta. Sumber : Dokumen Pribadi

Kopdar 2 RVL tentu lebih menarik. Akan lebih banyak karya tulis berbagai genre yang dihasilkan, dan tentu lebih banyak jumlah kegiatan dan jumlah penulis yang terlibat. Sangat bergengsi dan menjadi kebanggan jika dapat menghadirinya.

Banyak manfaat yang aku peroleh dengan menulis. Banyak hal yang ikut berkembang dengan baik. Menjadi penulis ternyata menjadi orang yang istimewa, tidak semua orang dapat melakukannya. Aku merasa bak pembawa pesan kepada pembaca. Menulis juga membuat aku dapat menghibur teman bahkan diri sendiri.

Hal yang paling menarik, aku mengabadikan kehadiranku di dunia dengan tulisan, aku berharap itu bisa jadi amal jariyahku kelak, mengapa tidak?

‘’Kopdar 2 RVL, nantikan kedatanganku.’’

Makassar, 11/11/22




10 Comments

  1. June 25, 2023 at 12:33 pm

    Kiki S.Rejeki

    Reply

    Luar biasa bu Telly… salud sama semangat ibu2ku yang penuh semangat, makin usia makin produktif berkarya.. masya Allah..

  2. February 8, 2023 at 1:14 am

    Sri Rahayu

    Reply

    Indah sekali Bunda tulisannya…andai kubisa seperti Bunda…alangkah senangnya…Semoga virusnya segera menyebar dan bersarang di benakku…lalu menulis dan menulis…Aamiin…

    1. February 15, 2023 at 4:28 am

      Telly D.

      Reply

      Aamiin
      Terima kasih

  3. February 8, 2023 at 1:01 am

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan yang amazing. Bagus sekali dan bergizi. Terima kasih saya telah disebut di dalam tulisan. Barakallah

    1. February 15, 2023 at 4:28 am

      Telly D.

      Reply

      Terima kasih

  4. January 9, 2023 at 12:08 am

    Muhammad Helmi

    Reply

    Luar biasa…Insya Allah ketemu lagi di Kopdar 2😀

    1. January 26, 2023 at 8:34 am

      Telly D.

      Reply

      Aamiin. Terima kasih

  5. November 26, 2022 at 8:38 am

    Daeng ardi

    Reply

    Luar biasa Bu Telly.. tentunya tak lepas dari bimbingan tangan tangan berkelas. Guru hebat dan ikhlas membimbing. Saya juga berharap semoga prof. Khoiri bisa menjadikan saya minimal selevel Bu Telly.

  6. November 26, 2022 at 8:35 am

    Daeng ardi

    Reply

    Luar biasa Bu Telly.. karya karya ta sudah sedemikian banyak.. durasi waktu yg singkat bisa menghasilkan karya karya hebat.. tentunya tak lepas dari bimbingan tangan tangan berkelas. Guru hebat dan ikhlas membimbing. Saya juga berharap semoga prof. Khoiri bisa menjadikan saya minimal selevel Bu Telly..

  7. November 26, 2022 at 8:33 am

    Daeng ardi

    Reply

    Luar biasa Bu Telly.. karya karya ta sudah sedemikian banyak.. durasi waktu yg singkat bisa menghasilkan karya karya hebat.. tentunya tak lepas dari bimbingan tangan tangan hebat.,. Guru hebat dan ikhlas membimbing. Semoga prof. Khoiri bisa menjadikan saya minimal selevel Bu Telly..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree