October 29, 2022 in Serba Serbi RPL, Uncategorized

DulGemuk Vs Telly D

Post placeholder image

DulGemuk Vs Telly D
Oleh Telly D

Malam Ramah tamah Kopdar 1 RVL baru saja selesai. Pemain musik dan penyanyinya sudah pulang. Satu persatu warga RVL sudah kembali ke WIsma Lambda. Mereka memang memerlukan istirahat, memulihkan tenaganya untuk mengkuti kegiatan puncak besok, launching buku, workshop kepenulisan, dan bazar buku.

Aula Ki Hadjar yang tadinya bising menampung kegiatan ramah tamah, makan malam, menyanyi, dan saling memperkenalkan diri kini sudah sunyi. Pintu aula sudah ditutup bahkan lampunya sudah dipadamkan.

Saya masih duduk sendirian di trap tangga wisma Delta ketika seseorang menepuk halus pundak saya.

“Jenengan lagi bikin apa di sini, nunggu wangsit?”
Suara dari seorang yg berbadan gemuk, pendek, memakai jaket klir strip, bercelana kowor komprang hitam memakai topi (hat), bersandal jepit dengan senyum yang ramah bersahabat.

Muh Khoiri founder RVL bersama Telly D dan Rita audriyanti malam ramahtamah. Foto dok RVL

Saya langsung bisa mengenalinya, seniman nyentrik Dulgemuk ini saudara seperguruan saya. Statusnya sama dengan saya nyantrik di guru yang sama Mr. Blantik.

‘’Ssssst jangan ribut, Mr. Blantik sudah tidur, jenengan jika bicara suara selalu kenceng, Belajar berbicara suara rendah bisa ta? kata Dulgemuk sambil meletakkan telunjuk di bibirnya yang tebal berwarna hitam akibat merokok.

Serta merta saja pergelangan tangan saya dipegang dan diajak berpindah duduk ke depan ruang tamu satpam. Rupanya Dulgemuk tidak yakin saya bisa menurunkan suara jika berbicara sehingga ditakutkan bisa mengganggu orang yang istirahat di Wisma Delta.

Saya membatin melihat lagaknya. “Seniman slebor, bisa-bisanya seenaknya, kenal juga baru. Tanpa permisi sudah menentukan apa yang harus kami lakukan. Ini pasti salah didik sebab gurunya Mr. Blantik terkenal sangat santun.”

‘’Ayo ngomong, jenengan kenapa duduk sendiri berdingin-dingin. Ini waktu sudah di atas pukul 10.00 malam. Sudah mesti istirahat orang yang seusia jenengan.’’ Celoteh khas Dulgemuk mulai keluar.

‘’Saya kesal,’’ ucap saya ketus.

‘’Apa yang membuat kesal, rasa kesal itu miliknya anak muda. Jenengan itu sudah tua. Acara ramah tamah sukses. Kurang apalagi? Jika suka kesal tidak bagus bagi kesehatan. Apa mau tensi naik turun?’’ Cerocos Dulgemuk lancar mengalir bak air kran yg diputar.

‘’Mr. Blantik tidak memberi saya kesempatan memperkenalkan diri,‘’ ujar saya dengan kesal.

‘’Walalahhh itu sangat remeh-temeh kok dipersoalkan. Jenengan itu cari hal yg masuk akal untuk dipersoalkan,“ kata Dulgemuk seenaknya sambil merapatkan bajunya untuk mengusir dinginnya malam. Salah satu kebiasaan buruk Dulgemuk suka menggampangkan urusan.

Saya semakin kesal.
‘’Semua orang diminta memperkenalkan diri, kecuali 2 orang (Bu Rita dan Bu Kanjeng) karena keduanya penulis hebat sudah terkenal.”

“Lha saya, penulis juga masih pemula, kok didiamkan. Tidak adilkan? Apa saya mesti hidup di bawah bayang-bayang penulis hebat, emooooh saya.”
Akhirnya kekesalan itu saya tumpahkan semua.
Saya jadi ikut-ikutan cara Dulgemuk berceloteh.

“Jenengan itu suka menggigit hati sendiri, itu akibat kebanyakan nonton drama Korea. Hidup ini bukan drama Korea. Kata Mr. Blantik, jika ada yang tidak sesuai keinginan itu berarti ada skenario lain yang lebih baik, hidup ini sutradara utamanya sang penciptanya. Apa masih meragukan skenario sang pencipta…… heheheheh…. iya toh.
Dulgemuk mengajak saya berdamai dengan keadaan.

Saya jadi terdiam. Benar juga celoteh Dulgemuk, moncer juga isi kepalanya. Tentu ada hikmah di balik ini. Melihat saya terdiam, Dulgemuk balik bertanya.

“Jika jenengan memperkenalkan diri memang apa yang akan disampaikan?“ suara Dulgemuk dilembutkan mungkin berusaha memahami apa yang saya kesalkan.

‘’Tentu kelebihan saya.’’ Spontan saya menjawab tidak mau kalah.

‘’Apa kelebihan jenengan?’’ Rasa ingin tahu Dulgemuk bertanya.

‘’ Kelebihan berat badan,‘’ ucap saya seenaknya, terlintas keinginan mengerjain Dulgemuk.

‘’Hahaha itu sudah ketahuan, nggak perlu dikatakan, semua juga orang sudah tahu” Dulgemuk berusaha menahan tawanya. Memegang perut sampai keluar air matanya. Menurutnya itu sangat lucu dan konyol.

‘’Betul, tapi apa mereka tahu, saya yang membuat bu Rita dan bu Kanjeng itu langsing dan cantic,’’ ucap saya dengan mimik sombong tidak mau kalah.

Dulgemuk terpaku mendengar ucapan saya.

‘’Nggak percaya?’’saya meneruskan ucapan.

“Panggil bu Rita minta berdiri di samping saya, nah kelihatan langsing sekali karena ada saya yang gendut jadi pembanding di sampingnya. Panggil bu Kanjeng dudukkan di samping saya ketahuankan betapa cantiknya bu Kanjeng karena ada saya yang buruk rupa jadi pembanding.”

Saya meneruskan menjelaskan melihat mimik Dulgemuk terkesan.

“Baru tahu manfaat saya, jika saya datang dalam satu pertemuan maka saya membuat wanita-wanita dalam pertemuan itu langsing dan cantik. Betapa bermanfaatnya saya,” ucap saya.

“Wanita-wanita yang langsing dan cantik harus berterima kasih pada saya.”

Puas saya dapat mengerjain Dulgemuk.

“Hehe jenengan boleh juga,” rupanya masuk diakalnya.

“Itu akibat nyatrik pada Mr. Blantik sambil membaca Kitab Kehidupan,” kata saya menepuk dada menyombongkan diri.

Hahahahah suara gelak kami berdua mengisi malam yang sunyi…. Kami akhirnya meneruskan pembicaraan dengan menyeruput kopi hangat hasil buatan satpam, yang kurang kental dan kurang manis namun sanggup mengusir dinginnya malam.

Selamat malam.
Sleman Yogya, 21-10-2022




One Comment

  1. April 11, 2024 at 6:21 am

    Abdullah Makhrus

    Reply

    Belajar pada Guru Mr. Blantik ternyata sangat asyik. Hehehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree