October 6, 2022 in Catatan Harianku, Uncategorized

Memutar Longterm Memory Di Malino

Post placeholder image

Memutar Longterm Memory di Malino

Oleh Telly

Pernahkah anda merasakan hingar bingarnya reuni? Berkumpul kembali dengan teman yang sudah lama tidak bertemu. Teman sekolah atau teman kerja, bahkan teman kloter haji atau kloter umrah atau apa saya namanya dapat dijadikan alasan untuk melakukan reuni.

Jika jawaban anda ‘Ya,’ anda pasti tahu bagaimana hebohnya suasana yang ditimbulkan. Reuni mampu menyihir semua menjadi istimewa. Bukan hanya tempat yang istimewa, makanan yang istimewa, melakukan aktivitas yang istimewa, namun lebih dari itu memutar longterm memory masa lalu, adalah daya tarik utama reuni.

Saya baru saja selesai menikmati reuni staf BPG Ujung Pandang, tanggal 24-25 September 2022.

Lembaga yang bernama Balai Penataran Guru (BPG) Ujung Pandang, sesungguhnya sudah tidak ada.

Lembaga ini telah beberapa kali melalukan perubahan nama mengikuti perubahan tugas pokok dan fungsi.

Awalnya dari Balai Penataran Guru (BPG) Ujung Pandang berubah menjadi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) kemudian menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan sekarang telah menjadi Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Sulawesi Selatan.

Lembaga ini sekarang gedungnya telah berdiri dengan megah berlantai 7 di tepi jalan A. Pangerang Pettarani Makassar, di atas area tanah seluas 2,3 hektar, sudah sangat jauh dari wujud awalnya.

Fasilitas yang lengkap dengan sumber daya manusianya dari hanya 50 orang berkembang menjadi ratusan orang sekarang.

Betul-betul perubahan yang dinamis. Beberapa di antara kami juga berkembang mengikuti dinamika yang ada, bekerja dan sukses memimpin di lembaga lain, di kabupaten atau di provinsi lain. Beberapa orang seperti saya telah memasuki masa purnabakti atau pensiun kata populernya.

Ada hasrat untuk mempertahankan rasa persaudaraan yang terlanjur terjalin dalam hubungan kerja yang lama agar tidak berubah.
Ada kerinduan untuk menikmati kembali gurauan dan candaan masa lalu.

Reuni dirasa perlu untuk dilakukan sebagai salah satu jalan menyambung dan memelihara tali persaudaraan yang ditakutkan pupus dari memori karena dimakan usia.

Juga sebagai sarana untuk melihat kembali atau refleksi diri mensyukuri kehidupan yang telah dijalani selama ini. Sebagai suatu hal yang sangat penting, sebagai momentum diri untuk mengingat betapa banyaknya perkembangan dan proses yang telah dilalui.

Hanya reuni tipis-tipis jika dapat mengatakan begitu, bukan reuni akbar. Hanya dihadiri oleh segelintir kecil dari anggota yang besar, hanya dengan 12 orang. Menjadi ramai karena masing-masing, ada yang membawa anak dan cucu.

Namun, kami tidak berkecil hati dengan jumlah yang kecil. Kelihatannya tidak ada yang peduli, jumlah yang kecil tidak mengurangi makna reuni. Tidak mengurangi rasa bahagia dan kehebohan dalam memutar kembali longterm memory masa lalu.

Saya yang tadinya memiliki jadwal dengan komunitas dive master untuk menyelam di Teluk Cendrawasih, Nabire dan Manokwari dalam rangka agregasi ikan hiu paus (Whale Shark) yang ada di sana.

Saya menghentikan agenda itu, daya tarik reuni BPG Ujung Pandang lebih mempesona. Keputusan yang saya ambil, ’’reuni susah untuk dapat terulang.’’ Menyelam dapat saya lakukan di lain kesempatan.

Susah terulang yang saya maksud, adalah terulang dengan orang yang sama. Kami semua sudah dalam kondisi usia senja, entah kapan, tidak ada yang tahu waktunya kami dipisahkan oleh maut.

Jumlah kami yang terus menyusut memberi isyarat bahwa satu persatu kami sudah antri menuju ke keabadian. Betapa harus lebih teliti dan waspada memanfaatkan peluang silaturahim selagi ada kesempatan.

Sumber : Dokumen Pribadi

Adalah ibu Darmawang dan keluarganya (Pak Yusuf), menyiapkan 2 villa miliknya, Villa Ghiffari, di jalan Karaeng Pado, depan pasar sentral Malino untuk kami tempati menginap dan beraktivitas reuni.

Villa dengan Fasilitas yang nyaman, 2 unit rumah panggung dengan 8 kamar tidur yang bersih, selimut yang hangat, kamar mandi/toilet setiap kamar, dapur yang lengkap serta aula mini untuk kami beraktivitas.

Fasilitas internet, karaoke dan lapangan parkir yang cukup luas, terasing dari warga masyarakat, ditambah dengan keramahannya menerima kami menjadi modal awal memulai reuni dengan bahagia.

Semua berjalan lancar tidak ada hal yang menjadi kendala. Fasilitas kendaraan disumbang oleh kepala BBPMP Provinsi Sulsel lengkap dengan bahan bakar dan sopir.

Makanan masing-masing peserta membawa sendiri. Beragam hidangannya, ada hidangan ayam goreng, ayam nasu alikku, ikan asin, serundeng, ayam palekko dipadu dengan nasi ketan. Telur rebus, songkolo, burasa, nasi, dan berbagai jenis kue.

Masih ditambah dengan hidangan kopi/teh hangat, gorengan (pisang dan sukun) yang tidak henti mengalir sepanjang aktivitas berlangsung.

Kecemasan tentang ketidak cukupan makanan jadi teratasi dengan kekuatan gotong royong. Makanan jadi melimpah, ketika pulang terjadi saling tukar menukar makanan.

Reuni hanya dua hari satu malam namun sepanjang waktu kami manfaatkan duduk bercerita memutar kembali longterm memory diselingi ngopi, makan, dan menyanyi itu cukup untuk memuaskan dahaga kerinduan.

Cerita berpindah dari satu tema ke tema lain tanpa ada rundown acara. Cerita dibuka dengan tema sedih ketika kami mulai menghitung teman yang telah berpulang ke rakhmatullah, putra putri kami yang juga meninggal dalam usia muda, sehingga kami mesti menundukkan kepala dan melafalkan alfatihah.

Kami tidak perlu moderator untuk memadamkan cerita ketidak adilan, kekesalan, kemarahan karena toh tinggal kenangan yang mesti diikhlaskan.

Kami juga tidak perlu narasumber, semua jadi narasumber yang piawai menuturkan apa yang dia rasa dan alami selama kurun waktu yang panjang dengan kesederhanaan bertutur yang setiap orang miliki.

Bahkan kami tidak perlu mencari pelawak dan penyanyi karena kehadiran Heri Muliawan, A. Nurhaeni, Syamsuddin Rani, dan Nasir Rasyid sudah mampu memuaskan. Kami dapat menikmati nyanyiannya sambil tertawa tergelak-gelak.

Lagu dan goyangan khas duet Nasir Rasyid dan Syamsuddin Rani yang menggocok perut. Reunilah yang membuat saya mengetahui bahwa mas Heri Mulaiwan dan Pak Yusuf piawai menyanyi dangdut.

Betapa pentingnya kehadiran saya malam itu. Sayalah yang dijadikan pusat kekonyolan dan bahan tertawaan mereka.

Banyak tema untuk saya; saya jadi tahu betapa pemarahnya saya dimasa lalu. Lakon-lakon ketika saya marah dan alasan kemarahan menjadi cerita yang dilakoni kembali dengan sangat konyol dan lucu.

Dari lakon atasan yang tidak mau mengerti jauhnya jarak yang mereka tempuh untuk ke kantor (cerita didramatisir bahwa melewati 3 kabupaten, Palangga, Sungguminasi, dan Malengkeri), sampai ke trik cara meminta ditraktir dengan memancing kemarahan dulu beserta beragam karakter dan peristiwa tentang keburukan saya habis dikupas tuntas malam itu.

Longterm memory itu menghadirkan banyak pelakon-pelakon kehidupan.

Kemudian tema yang paling membahagiakan adalah ketika kami share pengalaman keluarga dan perkembangan anak-anak yang kami miliki. Luar biasa bahagianya kami. Betapa banyaknya yang mesti kami syukuri.

Hal yang menarik dalam reuni ini adalah semua hadir sebagai teman yang sederajat, seperti waktu masih bersama-sama doeloe, berjiwa besar, toleran, dan mau menahan diri.

Bersedia menanggalkan semua atribut dalam dirinya seperti, jabatan, status sosial, kekayaan, dan lain-lain.

Tidak ada seorang pun yang terlihat bad mood atau minder, tidak ada yang menceritakan pekerjaan, keberhasilan bisnis, jabatan, status sosial, kekayaan yang dimiliki, kehebatan anak, atau isteri. Mereka hanya menceritakan longterm memory ketika kami bekerja bersama tanpa mempergunjingkan seorang pun.

Reuni yang sukses. Ada keinginan yang terucap untuk mengulang reuni lagi di akhir tahun 2022, merasa bangga memiliki teman yang ramah, merasa saling menghargai dan saling menumbuhkan kepedulian.

Saya menilai kawan-kawan saya memasuki masa pensiun dengan rasa bahagia, terlihat dari cara mereka menceritakan kisah hidupnya lebih banyak kisah positif dan kisah-kisah yang cenderung lebih bahagia, setidaknya terkait kepuasan hidup dan kesehatan mental yang lebih baik.

Saya jadi mengingat program televisi yang popular di televisi Inggris dan Amerika. Program ini mengundang para selebritas dan non-selebritas yang dihadiahi sebuah buku yang menampilkan peristiwa-peristiwa penting, titik balik penting, dan kenangan dari kehidupan mereka.

Sesungguhnya kita semua berjalan dengan sebuah versi “buku” yang ditulis secara pribadi, tanpa kita sadari karena semuanya hanya ada dalam pikiran kita.

Apa yang kita kisahkan adalah, ceritakan tentang diri kita, mengungkapkan diri kita, membangun diri kita sendiri, dan mempertahankan diri kita seiring berjalannya waktu.

Manusia berbeda satu sama lain dari cara mereka mengisahkan hidupnya. Orang memiliki sifat yang berbeda, begitu pula mereka menceritakan kisah hidup mereka menggunakan gaya yang berbeda.

Hidup ini menawarkan berbagai warna kisah dan kejadian.
Seandainya bisa memilih, tentu kita memilih menjalani hal-hal yang bagus saja dan menghindari segala kejadian yang tidak mengenakkan. Sayangnya, kita tidak bisa memilih jenis cerita kehidupan seperti apa yang akan kita hadapi.

Berbagai kejadian dengan segala rasa senang, sedih, luka, serta keceriaan di dalamnya membentuk cerita kehidupan. Jadi, bisa dikatakan cerita kehidupan adalah rangkaian peristiwa yang membuat kita berubah dan terus berkembang.

Cerita kehidupan dapat menjadi pengalaman berharga yang penuh faedah, jika kita berkenan memaknainya.

Lihat ke belakang tanpa marah. Pengalaman-pengalaman tersebut, terutama yang tidak enak, dapat melatih diri kita menjadi lebih ikhlas dan mampu mengenang kejadian yang sudah berlalu tanpa diliputi kekesalan.

Akhirnya kami mengakhiri reuni ini dengan saling berangkulan.

Villa Giffari, Sumber : Dokumen Pribadi

Merangkul diri sahabat kami, merangkul cerita-cerita kehidupan yang selama ini pernah terjadi dengan hati yang lapang. Usia kami yang sudah senja membuat kami lebih bijak memaknai kehidupan, hati dan pikiran kami sudah terbuka. Wawasan dan kearifan diri kami telah berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Saya tidak mengucapkan perpisahan, sahabat sejati tidak memiliki kata berpisah. Hanya maut yang dapat memisahkan persahabatan yang telah terjalin.

Kami pulang, dengan lambaian tangan, sedikit senyum dan bisikan kemauan untuk bertemu di kesempatan yang lain lagi.
Semoga Allah masih memperpanjang usua kami.
Sampai bertemu kembali.

Makassar 25 September 2022

Tulisan ini sengaja ditulis untuk: Pak Yusuf + Hj. Darmawang, Pak Heri + Harisyah, Pak Nasir, Pak Syamsuddin, Pak Bahar, Pak Anwar, Ibu Fatmawati, Ibu A. Nurhaeni, Ibu Nirwana, Ibu Faiqo. Mereka adalah peserta reuni pertama ini.

Terima kasih atas segalanya, semoga jadi amalan dunia akhirat. Aamiin YRA.




3 Comments

  1. March 25, 2024 at 12:57 pm

    Christopher Challberg

    Reply

    Insightful piece

  2. October 7, 2022 at 4:23 am

    Endang

    Reply

    Masya Allah senang bisa membacanya, seperti nya saya dapat merasakan dan berada di tengah reuni itu.

  3. October 7, 2022 at 2:59 am

    Imran

    Reply

    Kenangan yang berkesan.

    Tulisan ini mengalir alami dan informatif, menunjukkan kelas penukisnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree