September 3, 2022 in Catatan Harianku, Uncategorized

Telepon Orang Penting – Menderingkan Nada Genting

Post placeholder image

Telepon Orang Penting
Menderingkan Nada Genting

Oleh Telly D

“Hendaklah kalian menjaga adab. Sebab, jika kalian raja, pasti kalian akan melebihi raja-raja yang lain. Jika kalian penengah, pasti kalian akan dapat mengatasi (yang lain), dan jika kehidupan kalian miskin, pasti kalian akan dapat hidup (terhormat) dengan adab kalian.” (Ali bin Abi Thalib).

Baru saja saya menyelesaikan ritual ibadah shalat magrib, ketika membaca pesan pendek di WhatsApp dari adik
‘’Penting, telepon saya.’’
Bersegera saya menelepon seperti keinginannya. Penasaran juga ingin mengetahui apa yang penting itu.

Ternyata adik hanya ingin mengabarkan bahwa saya harus memperhatikan Hand Phone, ada orang penting yang ingin berkomunikasi.

Siapakah orang penting itu? Menyebut kata penting memiliki arti utama, pokok, atau pun sangat berharga/berguna. Orang penting adalah orang yang memiliki posisi utama, pokok atau orang yang sangat berharga/ berguna.

Siapakah orang itu? Dalam keluarga saya, orang penting itu adalah; orang tua, suami, saudara-saudara, anak-anak, bahkan asisten rumah tangga, tapi pasti bukan dari mereka. Mereka dapat menghubungi saya setiap saat tanpa harus meminta jasa adik untuk menjembatani komunikasi.

Di dalam tatanan masyarakat, orang penting bisa berarti yang dituakan, yang dihormati, sesepuh, atau orang yang memiliki pengaruh dalam komunitas masyarakat itu.

Mudah mengetahui, jika saya bertemu dengan orang penting. Saya akan menaikkan level derajadnya, terlihat dari cara saya menyapanya. Saya akan mengeluarkan sebutan Beliau, Bapak, Ibu, Tuan, atau sapaan Bugis Makassar Puang, Petta, Karaeng, Datu, dan beberapa sapaan menghargai lainnya.

Saya memberinya perlakuan yang lebih sebagai orang penting. Baik karena jasa yang sudah dilakukan maupun yang belum dilakukan, sebagai harapan bisa menjalin hubungan yang lebih baik ke depan.

Dulu ketika saya masih bekerja maka orang penting di kantor itu: atasan, atasan dari atasan, relasi, rekan kerja, bahkan bawahan. Kadang kala calon rekanan kerja atau mitra kerja yang saya harapkan akan menjalin kerjasama dengan saya nantinya.

Namun, setelah saya memasuki masa purna, tidak ada orang penting dan yang kurang penting lagi. Saya memiliki kesadaran bahwa pada dasarnya semua sama ciptaan Allah. Hanya “Label” yang membedakannya. Saya melupakan “Label” itu sehingga dapat melihat sama, antar sesama, dalam lingkungan ciptaan Allah.

Penciptaan Allah yang awal dan tujuannya, semua sama pentingnya di dunia. Tidak ada yang diciptakan tanpa tujuan. Semua terdiri atas quark dan energi, dan semuanya terkoneksi dalam gelombang kehidupan. Semua perbuatan di masa lalu akan mempengaruhi kejadian sekarang dan semua perbuatan sekarang akan mempengaruhi masa depan.

Tidak berapa lama kemudian, Hand Phone saya benar-benar berdering dengan nomor yang tidak dikenal, dari orang penting. Pembicaraan yang singkat, hanya sepentingnya saja, namun dampak pembicaraan beresonansi superior.

Orang penting menderingkan kepentingannya dengan meminta saya bersedia melakukan hal yang tidak pernah saya bayangkan. Menulis biografi dirinya.

Ketika saya menutup telepon, napas saya tertahan bak baru saja menahan Mawashi Geri dan Yoko Geri Kekomee yang bertubi-tubi telak mengenai dada. Saya memerlukan waktu menarik napas untuk membuatnya lega dan normal. Saya berada di kondisi yang tidak mampu membedakan rasa senang atau rasa cemas demikian bercampur aduknya.

Senang karena mendapat kehormatan dihargai dan dapat berkomunikasi dengan orang penting. Seorang tokoh masyarakat yang dihormati di kalangan para pejabat pemerintah, kalangan bangsawan dalam masyarakat komunitasnya.

Tampaknya orang penting itu telah membaca beberapa tulisan saya. Dia memuji dan mengakui suka dengan gaya bahasanya. Pujian itu membuat saya meringis. Nada pujian itu terasa sumbang di telinga serta merta saja pujian itu memantik rasa bimbang menyelusup dan meragukan kemampuan diri sendiri.

Mengapa dia menelepon saya? Mengapa dia memilih saya untuk melakukan hal sepenting itu? Saya yakin orang penting itu memahami bahwa saya bukan orang yang terbaik untuk mewujudkan keiinginannya. Saya hanya penulis yang tidak punya nama (itu pun jika saya sudah layak disebut penulis).

Telepon orang penting ini, merampas pikiran merdeka saya dan mendorong saya untuk berada pada sudut kehilangan kebeningan berpikir untuk memilih melakukan atau tidak melakukan. Saya membutuhkan bantuan.

Ada hasrat besar dan keberanian untuk mau mencoba melakukan. Namun, saya sadar ini bukan urusan coba-coba. Saya belum punya pengalaman menulis biografi apalagi biografi orang besar. Saya hanya penulis artikel-artikel pendek, interaksi dalam keluarga atau perjalanan hidup, itu pun hanya untuk konsumsi keluarga tidak pernah dipublish.

Saya butuh teman diskusi. Saya menghubungi seorang penulis yang mumpuni ilmunya, yang lebih tepat guru saya. Dia orang pertama yang saya percaya untuk mengetahuinya. Seorang saudara yang selama ini membimbing saya menulis, orang yang tahu persis ke’’cetek’an ilmu yang saya miliki.

Saya mendapat reaksi positif. ’’Ini adalah gerbang yang dapat saya pakai melangkah mencapai mimpi terbaik menjadi penulis. Promosi untuk saya, kesempatan yang tidak selalu ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.’’ Permintaan ini dilihat sebagai keberkahan dari ketekunan berlatih menulis selama ini.

Saya setuju dengan hal itu. Apalagi dengan ketulusan yang dia miliki bersedia mendampingi dan membimbing jika menemukan kesulitan. Meyakini kemampuan dan pengalaman sang guru, semangat saya terbakar, apinya berpijar memerahkan cawan nyali yang saya miliki.

Namun, saya tetap membutuhkan ‘second opinion’ dari keluarga besar. Keluarga besar harus tahu jika saya mengambil keputusan besar. Isyarat zoz saya kepulkan asapnya. Pertemuan keluarga digelar mendadak dengan orang terbatas sesuai kebutuhan.

Pertemuan keluarga yang punya dinamika memelihara tradisi, demi kebaikan dan kehormatan keluarga, semua sah-sah saja dibentangkan. Sangat demokrasi dan memegang azas ’’sipakatau, sipalebbi, sipakainga, siasiri, dan sipakamase. Hal-hal yang ‘’vulgar’’ dan ‘’memalukan’’ sekalipun suka disajikan dengan menu yang ‘’sophisticated.”

Memulai diskusi, secepatnya seseorang menjadi relawan membekali wawasan komprehensif tentang siapa orang penting itu. Bagaimana sepak terjangnya dan pusaran konflik yang berada di sekelilingnya. Hal ini untuk mengetahui dan memperjelas siapa orang penting itu.

Seorang saudara yang memiliki wawasan luas, juga terlibat memberi wawasan buku biografi seperti apa yang dia inginkan. Biografi yang akan beririsan dengan sejarah. Orang penting itu pelakon sejarah. Bukan seperti apa yang saya suka tuliskan selama ini.

Saudara yang punya pekerjaannya sebagai staf ahli di Bapenas, punya segudang pengalaman menulis biografi sejarah untuk pahlawan nasional bahkan biografi sejarah daerah.

Dia mampu menyebutkan berapa ahli penulis biografi sejarah dalam lingkungan keluarga orang penting itu, termasuk memiliki seorang ahli membaca dokumen sejarah, untuk menganalisis mengapa mereka memilih saya? Kami mencoba menyatukan diri untuk mengikuti cara berpikir orang penting itu.

Diskusi itu disempurnakan dengan saling melengkapi pengalaman bersentuhan dengan lingkungan orang penting itu. Betapa gentingnya adab yang buruk, lebih menyita perhatian dicemaskan dari pada keterbatasan kemampuan yang saya miliki.

Tidak ada yang mencemasan kemampuan menulis saya. Tampaknya mereka yakin bahwa jika diberi peluang, saya dapat bekerja keras dan mampu melibatkan banyak orang ahli untuk membantu, sekalipun tetap ada suara sumbang yang mempertanyakan apakah saya sudah ‘’layak’’ menyebut diri sebagai penulis.

Keluarga besar jelas memasang sinyal ‘’forbidden’’ sekalipun terselubung untuk menahan langkah saya masuk ke lingkungan orang penting. Ucapan yang lahir hanya kata ’’seandainya usia saya masih muda, mereka dapat menyetujui untuk saya menjajal kemampuan. Namun, di usia tua berhubungan dengan lingkungan orang penting hanya akan menimbulkan banyak masalah’’ dan tambahan kata ‘’terserah’’ dalam mengambil keputusan menutup diskusi keluarga.

Jika orang selesai makan maka tentu ada remah-remah makanan yang bersebaran menunggu dibersihkan demikian juga dengan selesai diskusi keluarga ada sisa potongan-potongan kata yang dapat dikumpul jadi renungan.

Saya bahagia menemukan keluarga sangat melindungi. Akhirnya saya mengetahui mereka menghargai kemampuan menulis yang saya miliki.

Keputusan memang diserahkan pada saya dengan kata ‘terserah’. Namun, saya tahu bahwa kata terserah itu hanya menghindari saya mengetahui perasaan negatifnya.

Menarik diri dari pengambilan keputusan dengan ungkapan terserah adalah pasif agresif menciptakan jarak antara apa yang dikatakan dengan apa yang dia inginkan untuk dilakukan.

Saya akhirnya menguatkan bahwa urusan akhlak/adab memang urusan yang penting, karena pentingnya Rasulullah SAW diutus ke muka bumi membawa risalah paling utama, innama bu’its tu li utamima makarimal akhlaq, yang intinya untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam konsep struktur ajaran Islam, akhlak menempati urutan kedua setelah ajaran inti, yakni tauhid.

Akhirnya, dering kegentingan itu ada pada, memiliki kekayaan, jabatan, dan status sosial bukan segala-galanya. Ada hal lain yang harus dimiliki selain itu, yaitu akhlak yang mulia. Bahkan sesungguhnya memiliki akhlak yang mulia jauh lebih penting dari kekayaan, jabatan, dan status sosial.

Makassar, Agustus 2022
Tulisan ini dibuat khusus untuk ‘’Cikgu’’ (Much Khoiri)




2 Comments

  1. September 8, 2022 at 4:09 pm

    Endang

    Reply

    Benar bu, dering kegentingan itu bukan segalanya. Yang penting adalah seberapa besar usaha dan persiapan kita untuk menghadapi hari esok. Hari yang sudah dijanjikan. Kita semua sama dimata -Nya.

  2. September 3, 2022 at 5:42 am

    Much Khoiri

    Reply

    Tulisan yang sangat bagus, baik isi maupun bahasanya. Kutipan di awal tulisan dan (hampir) di akhir tulisan menjadi penguat yg tepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree