May 30, 2022 in Umum, Uncategorized

Kapan Kue Klepon (onde-onde)

Kapan Kue Klepon (onde-onde)
Disebut Umba-umba
Oleh Telly D


Menyebut kue kelepon orang langsung mengingat kue yang rasanya legit, saat digigit gula merah yang ada di dalamnya meleleh memenuhi mulut. Jika dikunyah bercampur dengan tepung dan parutan kelapa memberi rasa manis dan gurih yang sensasional.


Kelepon adalah sejenis kue tradisional Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok jajanan pasar. Kue yang enak dan gurih ini terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk seperti bola-bola kecil, berwarna hijau dan diisi tengahnya dengan gula merah. Dimasak dengan direbus dalam air mendidih. Ketika matang diibaluri dengan kelapa parut dan dihidangkan dalam wadah yang dialas dengan daun pisang.


Konon, kue ini berasal dari P. Jawa. Di P. Jawa kue ini disebut klepon, namun di Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan kue ini disebut onde-onde.


Di P. Jawa dan beberapa tempat lain di Indonesia penganan yang disebut onde-onde adalah kue bola tepung beras yang dalamnya berisi adonan kacang hijau. Luarnya dibaluri biji wijen, yang digoreng di atas minyak panas.
Perbedaan penyebutan antara di P. Jawa dan di P. Sulawesi ini sering kali menjadi penyebab kekeliruan dan kerancuan dalam mengartikan onde-onde.


Jika membaca sejarah, dalam buku Indisch leven in Nederland (2006) milik J. M. Meulenhoff, kue kelepon telah dikenal sejak tahun 1950-an. Kue ini diperkenalkan oleh imigran Indonesia ke Belanda.


Ketika itu klepon tersedia di berbagai restoran Belanda, Cina, dan Indonesia. Sekarang klepon dijual di toko-toko dan supermarket di seluruh negeri.


Asal namanya sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti “indung telur hewan.” Kemungkinan penamaan ini merujuk pada bentuknya yang bulat dan kecil-kecil.


Kue klepon masih populer hingga saat ini karena harganya yang murah dan mudah didapat di pasar. Kue ini selain sebagai sarapan, jajanan manis, kue ini juga dijadikan sebagai hidangan dalam sebuah hajatan atau adat suku Bugis-Makassar seperti pada acara: pesta pernikahan, syukuran, maupun seremonial acara adat lainnya yang menjadi tradisi masyarakat setempat.


Di Sulawesi Selatan, kue klepon atau onde-onde tidak hanya memperkaya kuliner nusantara. Klepon juga dihargai.sebagai salah satu warisan budaya yang menjadi simbol atas identitas kolektif suatu daerah atau kelompok yang punya makna yang dalam.


Orang di Sulawesi Selatan punya tradisi yang membudaya menyajikan kuliner tradisional yaitu kue-kue khas bugis Makassar dalam wadah atau tempat yang disebut “bosara.” Sebagai simbol kesyukuran dan kehormatan atas kedatangan tamu. Bahkan pada zaman dahulu, untuk menjamu tamu-tamu bangsawan disuguhkan kue dalam bosara yang dihidangkan oleh penari bosara.


Bosara adalah wadah kue yang ditegakkan dengan satu kaki. Di atas bosara, diletakkan sebuah piring untuk tempat kue khas Bugis Makassar (barongko, bannang-bannang, katirisala, cucuru bayao, bolu peca, biji nangka, sikaporo, bingka,pelita, sanggara Balanda dan lain-lainnya). Dan ditutup penutup bosara yang khas disebut Pattongko bosara.


Bosara jika dihidangkan di jejer memanjang di atas sapera (kain yang berwarna putih) atau di atas meja oshin. Ada aturannya yaitu dijejer memanjang dalam 1 (satu) set (akkareng) yang jumlahnya 12 atau ½ (setengah) set (setengah akkareng) yang jumlahnya 6 buah. Berjejer berbaris seperti diparadekan.


Jejeran bosara ini ada hulu atau kepala jejeran yang disebut ulu tudang. Klepon diletakkan pada ulu tudang. Ketika itu kue kelepon atau onde-onde berubah sebutannya menjadi umba-umba.


Umba-umba mengandung makna dan nilai kebaikan yang dalam. Tentang harapan dan kehidupan yang mesti dipelajari.
Ketika kue klepon direbus di air mendidih pada tingkat kematangan tertentu bulatan klepon akan berpacu, dan berlomba-lomba (umba-umba) untuk dapat naik atau muncul ke permukaan air mendidih.


Proses ini bermakna bahwa manusia harus punya kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada dalam kehidupan untuk menuju kematangan dan keberhasilan dalam hidup.


Kue kelepon bermakna kesederhanaan. Dapat dilihat dari bahan-bahannya yang simpel dan mudah didapatkan, yaitu tepung ketan, garam, pandan, gula merah, air, air kapur, dan kelapa. Cara membuatnya pun sangat mudah dan bisa dilakukan siapa saja.


Sifat sederhana, bersahaja atau tidak berlebihan merupakan perilaku terpuji yang wajib dimiliki manusia dalam kehidupannya.


Bentuknya yang bulat melambangkan bahwa hidup seperti bulatan yang tidak diketahui mana ujung dan pangkalnya. Manusia tidak pernah tahu kapan dilahirkan dan kapan meninggal dunia.


Bulatan tidak sempurna dan tidak rata menjadi simbol bahwa kehidupan manusia tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang pasti.


Warnanya yang hijau berasal dari bahan pewarna alami, seperti daun suji atau daun pandan. Warna ini melambangkan kehidupan, dimana seseorang harus menjaga hatinya agar tetap hidup. Dengan hati yang hidup, dia akan selalu berusaha berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.


Ketika disantap, kelepon terasa manis. Rasa manis ini berasal dari isinya yang berupa gula aren atau gula Jawa. Hal ini melambangkan pentingnya manusia memiliki kebaikan hati. Walaupun tidak terlihat dari luar, kebaikan hati dapat dirasakan.
Klepon dibalur dengan parutan kelapa yang melambangkan tahap kehidupan manusia. Kelapa dilapisi sabut dan batok yang keras. Setelah kedua lapisan ini dikupas, masih ada lapisan lain berupa kulit ari yang berwarna kecokelatan dan kehitaman.
Di balik kulit ari terdapat daging buah kelapa, yang kemudian diparut dan dihaluskan untuk membaluri klepon. Seperti halnya dalam hidup, harus melewati beberapa tahap untuk mencapai sebuah kebahagiaan.


Tahapan dalam membuat klepon juga menyimpan makna yang dalam. Meski sederhana dan bahannya mudah didapatkan, namun membuatnya tidak boleh sembarangan.


Untuk membuat klepon yang lezat dibutuhkan kemampuan untuk mencampur bahan-bahan dengan takaran yang pas.
Proses pembuatan klepon melambangkan pentingnya ketepatan, ketelitian, dan kesabaran dalam melakukan berbagai pekerjaan.


Demikian dalam makna yang terkandung. Hal ini selaras dengan Bessire dalam buku Local Development Heritage: Traditional Food and Cuisine as Tourist Attractions in Rural Areas (1998). Makna dan catatan sejarah Klepon sebagaimana sebuah simbol atas suatu identitas tersebut, bentuk dan cita rasa klepon memiliki makna tersendiri.


Bahkan Nimpuno dalam bukunya berjudul Nostalgia Kue Tenong (2016) juga menulis, bahwa tekstur klepon yang kenyal dengan isi gula mempunyai makna bahwa terkadang sesuatu yang alot akan terasa manis di kemudian hari sesuai dengan usaha yang dilakukan.


Makanan adalah wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala karunia yang diberikan sekaligus sebagai lambang dari do’a-do’a yang dipanjatkan. Oleh karena itu, tiap upacara adat selalu disertai dengan panganan dengan penuh harapan.
Namun, tidak sembarang makanan dapat dihidangkan dalam upacara adat. Ia adalah simbol sarat makna sehingga harus selaras dengan tujuan atau fungsi upacara.


Kandungan filosofi tersebut termanifestasikan dalam bentuk, warna, dan bahan/komposisi makanan yang disuguhkan dalam sebuah ritual. Jenis dan tata cara penyajiannya pun telah diatur sedemikian rupa dalam pakem upacara adat.


Selain memiliki makna simbolik, makanan ternyata juga memiliki peran-peran simbolik. Makanan dapat berperan sebagai ungkapan ikatan sosial, ungkapan kesetiakawanan kelompok, bahkan makanan pun dapat berperan sebagai simbolisme bahasa.


Demikian pentingnya makanan itu sehingga merupakan proses penting dari kehidupan manusia yang bisa menunjukkan hakikat identitas dirinya sebagai bagian dari kehidupan sosial manusia itu sendiri.


Makassar, Mei 2022


Terima kasih Cikgu (Much Khoiri) foto status membeli kue klepon menginspirasi tulisan ini dibuat.




One Comment

  1. March 25, 2024 at 1:59 pm

    Tim Alverson

    Reply

    Outstanding feature

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree