May 10, 2022 in Haji dan Umrah, Uncategorized

Kopi Starbuck di Puncak

Kopi Starbuck di Puncak
Oleh Telly D

‘’Ayo terus naik, di puncak ada kopi Starbuck.’’ Kalimat yang diteriakkan oleh seorang jemaah yang bersisian dengan Saya ketika masih berusaha mengatur napas mendaki tangga Jabal Nur untuk sampai ke puncak.

Ketika itu, Saya mendaki hanya separuh perjalanan. Saya tergoda untuk menyimpan tenaga karena akan melakukan ibadah Haji. Saya berjalan turun kembali sambil tertawa ingat sapaan kopi Starbuck yang ada di puncak. Cara menyemangati yang menggairahkan.

Salah satu lokasi bersejarah yang menarik dikunjungi jamaah haji dan umrah adalah Jabal Nur dan Gua Hira. Tempat yang sering dikunjungi Rasulullah SAW untuk menyendiri dan melakukan khalwat sekaligus tempat Rasulullah menerima Wahyu pertama dari Jibril.

Jabal Nur adalah gunung yang terletak sekitar 7 kilometer dari Masjidil Haram. Gunung ini memiliki ketinggian 640 meter, Gua Hira terletak empat meter dari puncak Jabal Nur.

Lemon Tea ala Jabal Nur
Sumber : Dokumen Pribadi

Gua Hira, sebuah gua kecil dengan panjang 3,5 meter dan lebarnya hanya 1,5 meter. Hanya mampu menampung empat orang, sehingga jika ingin masuk ke dalamnya harus mau sabar mengantri. Kondisi di dalamnya gelap, hanya sedikit sinar matahari yang masuk ke dalamnya.

Mendaki ke puncak Jabal Nur yang setinggi 640 meter di perlukan perjuangan dan kekuatan. Medannya cukup berat berupa tebing yang curam dan tandus, sekalipun telah dibuatkan anak tangga, tetap perlu fisik yang prima untuk bisa sampai di puncaknya.

Kemiringannya mencapai 60 derajat, dengan jumlah anak tangga 1750. Butuh waktu 1 – 2 jam dari kaki Jabal Nur hingga sampai ke puncaknya.

Di Jabal Nur sendiri, sesungguhnya ada beberapa gua. Namun gua yang ditempati Rasulullah saat menerima wahyu adalah Gua Hira.

Indahnya pemandangan kota mekkah dari ketinggian Jabal Nur
Sumber : Dokumen Pribadi

Akhirnya kesempatan melakukan napak tilas perjalanan Nabi Muhammad ke Gua Hira ada di peluang Umrah berikutnya. Ada rasa haru yang mendalam ketika berada di tempat Rasululllah SAW melakukan khalwat untuk membersihkan diri dan memikirkan kondisi masyarakat kota Makkah yang masa itu masih jahiliyah.

Betapa kuat fisik dan tangkas Rasulullah SAW mendaki Jabal Nur yang terjal dan tandus. Betapa berdedikasihnya istri Rasulullah SAW, Khadijah yang ketika itu telah berusia 50 tahun, tidak kenal lelah turun naik gunung untuk mengantarkan makanan selama Rasulullah SAW merenung di dalam Gua Hira.

Perjalanan yang dilakukan di malam hari dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, takut ketahuan oleh kaum jahiliyah. Di kemudian hari dedikasih ketulusan cinta Khadijah dihargai dengan surga oleh sang Maha Kuasa.

Mengabadikan sejarah penting yang terjadi di gunung ini, menginspirasi gunung itu di beri nama Jabal Nur, gunung cahaya. Dari gunung inilah bermula cahaya bagi seluruh umat manusia. Di sinilah awal mula turunnya Al Qur’an yang menjadi penerang bagi orang yang beriman.

Banyak peziarah yang melafalkan zikir dan bersalawat pada Rasulullah SAW di tempat itu. Suasananya memang mampu menghidupkan rasa cinta dan rindu pada Rasulullah. Zikir dan salawat yang diikat pada angin mampu menembus ruang dan waktu.

Kopi Starbuck ala Jabal Nur di puncak
Sumber : Dokumen Pribadi

Dari puncak Jabal Nur terlihat dengan jelas Masjidil Haram tanpa ada gangguan gedung-gedung yang tinggi. Kota Makkah tampak mempesona dari atas ketinggian Jabal Nur.

Di puncak Jabal Nur betul ada kopi yang dijual hanya bukan kopi Starbuck . Saya jadi teringat sapaan menyemangati Saya di anak tangga pendakian beberapa tahun sebelumnya ‘’di puncak ada kopi Starbuck.’’ Nikmat secangkir kopi dijadikan kayu bakar penyemangat untuk berjuang sampai di puncak.

Setelah mengatasi 1750anak tangga. Bisa menyerumput secangkir kopi hangat yang kental, Menghirup aroma wanginya, melihat matahari terbit, memandangi keindahan kota Makkah dari ketinggian, sambil menghayati perjuangan dan romantisme cinta Rasulullah SAW dengan Khadijah. Kombinasi nimatnya luar biasa. Mengalir menghangatkan badan. Tidak sadar Saya mendendangkan:
Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada tertahan
Berabad jarak darimu ya Rasul
Seakan engkau di sini…. dan seterusnya.
(Rindu Rasul; Bimbo)

Makassar, Mei 2022

Terimakasih Cikgu ( Much Khoiri) menginspirasi Saya menulis pengalaman ini dan anak Firul yg mengirim foto Jabal Nur.




3 Comments

  1. May 15, 2022 at 9:11 am

    Andi Nur Haeni

    Reply

    Terima kasih Ibu. Membaca tulisan ini saya teringat pada Guru Agama Islam di SMA yang baru saja berpulang ke Rahmatullah tgl 12 Mei 2022 di Selayar.

  2. May 14, 2022 at 11:17 am

    Susanto

    Reply

    Judulnya membuat saya ingin membaca hingga habis.

  3. May 12, 2022 at 12:53 pm

    Hajrah

    Reply

    Labbaik Allohumma labbaik. Labbaika laa syariika lak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree