February 24, 2022 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Rumah Pengasingan Bung Karno – Saksi Bisu Perjuangan dan Cinta

Rumah Pengasingan Bung Karno - Saksi Bisu Perjuangan dan Cinta
Rumah Pengasingan Bung Karno - Saksi Bisu Perjuangan dan Cinta

Rumah Pengasingan Bung Karno
Saksi Bisu Perjuangan dan Cinta
Oleh Telly D

Rumah Pengasingan Bung Karno - Saksi Bisu Perjuangan dan Cinta
Rumah Pengasingan Bung Karno – Saksi Bisu Perjuangan dan Cinta
Sumber : Dok. Pribadi

Bekas rumah pengasingan Ir. Soekarno ketika menjadi pemimpin revolusi menjadi saksi bahwa pemimpin revolusi itu pernah menjejakkan kaki di Bumi Rafflesia (Bengkulu).

Selanjutnya di rumah ini juga tempat bertemu dengan gadis yang bernama Fatmawati yang di kemudian hari mejadi ibu negara Republik Indonesia pertama.

Memadukan perjuangan dengan getaran cinta selalu menarik dibingkai. Punya kekuatan magis menghisap semua energi menjadi satu napas kehidupan.

Resiko sebagai pemimpin revolusi, tidak bisa dihindarkan. Saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari kolonial Belanda, dipenuhi jejak masuk penjara dan pengasingan yang dialaminya.

Jejak itu dimulai ketika Bung Karno ditangkap oleh pemerintah Belanda sebagai pejuang revolusi. Dimasukkan ke dalam penjara Banceuy, diadili, dan dinyatakan bersalah karena melakukan tindakan yang meresahkan pemerintah Belanda. Penahanannya dipindahkan ke penjara Sukamiskin di Bandung.

Tanggal 31 Desember 1931 beliau dinyatakan bebas, namun karena dirasa masih sangat vokal dan berbahaya bagi pemerintahan Belanda, kemudian diasingkan ke daerah-daerah yang sulit di akses pada saat itu.

Beliau diasingkan ke Ende Flores sebelum dipindahkan ke Bengkulu. Awalnya beliau seorang diri ke Bengkulu pada tahun 1938 dan beberapa minggu kemudian disusul oleh istrinya.

Rumah Pengasingan Bung Karno
Sumber : Dokumen Pribadi

Bung Karno mendiami rumah pengasingan ini selama 4 tahun, yakni tahun 1938 hingga tahun 1942 bersama keluarganya Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami.

Bangunan itu berdiri di atas tanah seluas 40.434 m2 dengan luas bangunan 9×18,5 meter persegi, beraksitektur kombinasi Eropa dan Cina.

Arsitektur Eropa terlihat dari ornamen jendela dan pintunya. Arsitektur Cina tampak dari bangunan yang beratap limas, tidak berkaki dan dindingnya polos. Pintu masuk utama berdaun ganda, dengan bentuk persegi panjang. Bentuk jendela persegi panjang juga berdaun ganda.

Rumah ini berada di tengah kota di jalan Soekarno Hatta RT 05 RW 02 no 02 kelurahan Anggut Atas Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

Rumah ini awalnya tempat tinggal seorang Tionghoa bernama Tjang Tjeng Kawai tahun 1918. Bekerja sebagai penyalur bahan pokok untuk keperluan pemerintah Kolonial Belanda di Bengkulu.

Sesudah kemerdekaan, rumah ini pernah dijadikan sebagai markas perjuangan PRI, rumah tinggal AURI, stasiun RRI, dan kantor pengurus KNPI Dati I dan Dati II, sebelum bagunan ini ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya, sejak tahun 2004 melalui keputusan Menteri nomor KM. 10/PW.007/MKP/2004 dan fungsinya sekarang jadi tempat wisata sejarah.

Rumah pengasingan sesungguhnya rumah yang memenjarakan pemimpin revolusi sehingga menjauhkan dan mengisolasinya dari warga agar mudah diawasi dan dipantau pergerakannya.

Semua aktivitasnya dalam pengawasan. Akibatnya warga tidak berani datang kecuali tokoh-tokoh setempat, sahabat, serta teman perjuangan serta LCM Jaquet pegawai Hindia Belanda yang mengurus tunjangan Bung Karno.

Saya melihat rumah pengasingan ini memiliki bangunan utama dan bangunan penunjang.

Untuk bangunan utama terdiri atas teras depan, ruang kerja, ruang tamu, 2 kamar tidur, dan beranda atau terase belakang. Sedangkan di bangunan penunjang ada kamar pembantu, gudang, dapur, WC dan kamar mandi.

Di bagian belakang rumah pengasingan ini terdapat satu buah sumur tua. Sumur tua ini dipercaya punya khasiat mengobati penyakit, membuat awet muda bahkan jika pasangan suami isteri belum punya anak dipercaya dapat memberi keturunan dengan meminum airnya. Beberapa wisatawan lokal suka membawa air dari sumur ini sebagai oleh-oleh.

Memasuki rumah pengasingan, terasa karisma Bung Karno melekat, mungkin karena beberapa barang yang dipajang di dalamnya berhubungan dengan kehidupan beliau.

Sepeda ontel
Sumber : Dokumen Pribadi

Di dalam rumah pengasingan ini tersimpan beberapa benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah.

Benda-benda tersebut terdiri atas benda asli dan benda tiruan yang merupakan saksi bisu yang menemani sang Proklamator selama di pengasingan.

Seperti: 302 buku dengan bahasa Belanda yang terdapat di ruang kerja Bung Karno bagian depan rumah, 120 pakaian pentas sandiwara Monte Carlo, koleksi foto sebanyak 22 buah, dan tempat tidur ranjang besi.

Ada 1 satu sepeda ontel yang dipajang. Sepeda ini sering dipakai Bung Karno dan keluarganya sekali pun sepeda itu bukan milik Bung Karno melainkan milik Abdul Manaf sahabat beliau.

Rumah ini tidak terbilang besar, namun pembagian ruang dan penataan benda-benda berharga tersebut cukup rapi dan teratur.

Meski diasingkan dan gerak geriknya diawasi. Bung Karno sebagai pemimpin revolusi selalu mencari celah untuk tetap dekat dan dapat memotivasi rakyat Bengkulu untuk merdeka dari penjajahan Belanda.

Foto “singa podium” Membakar semangat perjuangan
Sumber : Dok. foto dirumah pengasingan

Bung Karno yang memiliki jiwa seni, menarik pemuda dengan membangun sebuah grup sandiwara atau Tonil bernama Monte Carlo. Di pertunjukan musik dan drama ini, Bung Karno menulis sendiri naskahnya. Ia memasukkan nilai-nilai sosial dan nasionalisme dengan cara yang indah.
Pada sandiwara Monte Carlo itu, Fatmawati menari sebagai pemegang peran utama putri Melur, Bung Karno melihatnya dan jatuh Cinta.

Selanjutnya Fatmawati berteman dengan anak angkat Bung Karno, Ratna Djuami dan akhirnya ikut tinggal di rumah pengasingan, tidur sekamar dengan Ratna Djuami. Dalam perjalanan waktu, Bung Karno menceraikan isterinya Inggit Garnasih dan menikah dengan Fatmawati.

Bung Karno seorang insinyur arsitektur. Bung Karno juga mengisi waktunya dengan merenovasi ulang masjid, membangun rumah penduduk yang terletak di Kelurahan Bajak. Tindakan beliau tersebut menarik banyak perhatian masyarakat untuk menjadi dekat dan mulai bercakap-cakap dengannya.

Ada Foto-foto masjid dan rumah yang dibangun dengan menggunakan arsitektur Bung Karno, demikian pula ada forto-foto pementasan sandiwara Monte Carlo bersama kostum pakaian pemain yang pernah digunakan yang dipajang di rumah pengasingan.

Rumah pengasingan tampak depan
Sumber : Dokumen Pribadi

Mengunjungi bekas rumah pengasingan Bung Karno, menguatkan semangat untuk memberi yang terbaik bagi bangsa ini, meneruskan apa yang telah dirintis oleh pendahulu sebelumnya.

Makassar, Februari 2022
Terima kasih kepada Marjono yang telah menemani perjalanan ini.




One Comment

  1. March 5, 2022 at 9:49 pm

    Harwasono

    Reply

    Bangunannya masih terawat dengan baik, semoga tetap terjaga. Pengasingan bung Karno yg di Ende bisa disambungkan bu, biar smkn lengkap perjalanan hidup bung Karno dalam pengasingan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree