February 7, 2022 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Fatmawati, Bukan Sekedar Penjahit Bendera Pusaka

Fatmawati, Bukan Sekedar Penjahit Bendera Pusaka
Fatmawati, Bukan Sekedar Penjahit Bendera Pusaka

Fatmawati,
Bukan Sekedar Penjahit Bendera Pusaka

Oleh Telly D.

Tanggal 23 Juli 2019, adalah perjalanan pertama Saya ke Provinsi Bengkulu. Kaki Saya baru menapak di landasan bandara, Saya sudah terpaku dengan tulisan yang menarik perhatian di tengah pinggiran landasan pacu.

Bandara Fatmawati Soekarno. Wow! Surprise. Saya baru tahu bahwa Provinsi Bengkulu menggunakan nama seorang wanita untuk nama bandaranya.

Bandar Udara Fatmawati Soekarno
Sumber : Dokumen Pribadi

Menarik sekali, Saya selalu terkesan jika wanita-wanita istimewa diberi apresiasi, tidak banyak bandara yang menggunakan nama wanita, khususnya di Indonesia hanya ada 3 bandara.

Tjut Nyak Dien, pahlawan Nasional Indonesia, Wanita dari Aceh diabadikan namanya menjadi bandara Tjut Nyak Dien untuk bandara Meulaboh, Nagan Raya, Aceh.

Rumah Ibu Fatmawati Soekarno
Sumber : Dokumen Pribadi

Kemudian seorang perempuan dari tanah Tanimbar Maluku Tenggara Barat bernama Mathilda Batlayeri. Pemimpin kontak bersenjata dalam mempertahankan negara, gugur sebagai bayangkara bersama anak-anaknya. Negara mengabadikan namanya menggantikan nama bandara udara yang sebelumnya bernama bandara Olilit.

Berikut yang ketiga, Bandara udara Fatmawati Soekarno mengabadikan nama Salah satu tokoh Pahlawan Nasional kelahiran Bengkulu menggantikan nama bandara yang awalnya bernama bandara udara Padang Kemiling.

Tahun 2001 secara resmi bandara udara Padang Kemiling berganti nama menjadi bandara udara Fatmawati Soekarno dan uniknya yang meresmikan penggunaan nama bandara udara Fatmawati Soekarno tersebut adalah Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri pada tanggal 14 November 2004 yang merupakan Putri kandung dari Ibu Fatmawati Soekarno.

Menarik cerita ini untuk dituliskan, cerita tentang seorang kepala negara meresmikan nama bandara yang notabene adalah nama ibunya sendiri. Rasanya di dunia ini susah tandingannya, cerita ini hanya dimiliki oleh keluarga Soekarno.

Selalu mengharukan jika ceritera tentang kehebatan seorang ibu yang dimuliakan oleh puterinya sendiri. Betapa istimewanya Fatmawati.

Benar-benar ibu negara, mendampingi kepala negara Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sebagai isteri dan ibu yang melahirkan anak yang kepala negara, Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarno Puteri.

Waktu membuktikan bahwa Fatmawati bukan sekedar Penjahit Bendera Pusaka.

Rumah Ibu Fatmawati Soekarno
Sumber : Dokumen Pribadi

Hidup ini betul-betul penuh misteri. Ketika Soekarno memilih menceraikan isteri ke-2 Inggit Garnasih karena sangat kuat keinginannya untuk memiliki anak, dan memilih Fatmawati menjadi isteri ke-3 nya, tidak ada yang menyangka bahwa dari rahim wanita Bengkulu yang hanya tamat sekolah rendah itu akan lahir seorang kepala negara, Presiden Indonesia ke-5.

Wanita pertama yang memimpin negara yang berpenduduk 272.229.372 orang ( menurut data juli 2021 ). Punya pengaruh besar di negara ini sampai sekarang, Provinsi Bengkulu jadi istimewa karena cerita cinta mereka.

Akhirnya jika menyebut nama Provinsi Bengkulu, otomatis orang selalu mengingat tentang tiga hal, yang pertama adalah tempat di mana bunga rafflesia yang dipercaya hanya hidup di negeri itu, Bengkulu surga bagi bunga Rafflesia.

Kedua, adalah tempat kelahiran dari seorang wanita yang bernama Fatmawati, ibu negara pertama Indonesia, penjahit bendera pusaka, dan yang ketiga adalah tempat pengasingan Ir.Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Saya punya hasrat besar untuk mengunjungi ketiga tempat itu, namun kunjungan kali ini bukan kunjungan yang tepat untuk mengagumi dan menyapa Rafflesia, Saya datang bukan pada musim Raflesia berbunga.

Akhirnya Saya memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh tentang Fatmawati yang terkenal sebagai sang penjahit Bendera Pusaka yang ternyata sekarang namanya sudah diabadikan menjadi nama bandara udara.

Untuk ke rumah Fatmawati Soekarno tidak sulit, berada tepat di tengah kota Bengkulu. Letaknya di Jalan Fatmawati, Kelurahan Penurunan, Kecamatan Ratu Samban. Tidak jauh dari Simpang 5, Rumah Fatmawati berdiri di tepi jalan besar yang ramai.

Ada patung dada Fatmawati yang berpakaian kebaya yang berkerudung menyambut setiap pengunjung. Saya mengamatinya dengan cermat patung itu, tidak sama dengan wajah Fatmawati yang Saya kenal.

Patung Ibu Fatmawati
Sumber : Dokumen Pribadi

Ada yang tidak pas, lengkungan pipi Fatmawati dan tarikan senyumnya yang jadi ciri khas kecantikan wanita melayu tidak terdetailkan pada patung dada itu.

Ada papan yang menjelaskan bahwa itu Rumah Fatmawati, sekali pun rumah itu bukan juga rumah aslinya. Rumah aslinya sebenarnya berada di Jalan S. Suparman dan rumah yang asli tersebut sudah tidak ada lagi.

Rumah ini adalah replika rumah orang tua Fatmawati pada tahun 1915. Tahun 1990-an Rumah ini direhab, benar-benar dikondisikan seperti rumah aslinya terutama bagian dalamnya, kemudian dalam proses selanjutnya dijadikan museum Fatmawati.

Rumah panggung yang berfundasi beton, beratap yang berwarna coklat dengan semua dinding terbuat dari kayu yang juga berwarna coklat, berdiri di atas tanah seluas 500 m2 dan membuka layanan pukul 09.00-16.00 di bawah pengawasan keluarga atau yayasan Fatmawati, terawat dengan rapi.

Melihat buku daftar kunjungan yang diisi, Museum Fatmawati kurang di kuinjungi oleh masyarakat maupun oleh wisatawan asing. Sekalipun museum Fatmawati adalah aset wisata sejarah, kemungkinan besar karena kurang diketahui orang.

Isi museum Fatmawati adalah koleksi-koleksi Fatmawati; perabot-perabot rumah yang dulu dimiliki seperti kursi tamu, lemari yang masih berisi baju-baju Fatmawati, meja rias yang masih ada sisir yang dulu dipakai Fatmawati kecil, ranjang besi lengkap dengan kelambu, dan sebagainya. Di dindingnya berjejer foto-foto kenangan masa lalu Fatmawati mulai dari masa kecil hingga masa dewasa.

Kita juga dapat melihat foto-foto kenangan antara bapak presiden pertama Soekarno dengan gadis Fatmawati. Di kota inilah tempat pertemuan dan cerita cinta diawali. Akhirnya mereka menikah dan menghasilkan 5 orang anak yaitu: Guntur Soekarno putra, Megawati Soekarno putri, Rachmawati Soekarno putri, Sukmawati Soekarno putri, dan Guruh Soekarno putra.

Beberapa foto dengan ukuran besar memperlihatkan peran Fatmawati ketika mendampingi Soekarno berkunjung ke luar negeri sebagai ibu negara.

Fatmawati, Bukan Sekedar Penjahit Bendera Pusaka
Lukisan Ibu Fatmawati
Sumber : Dokumen Pribadi

Berpakaian kebaya pakaian nasional Indonesia yang sekaligus meng’’kampanye’’kan mengenal negeri yang baru saja merdeka itu, tugas yang berat tentunya.

Saya diam-diam kagum dengan kemampuan adaptasi yang dimiliki Fatmawati. Dari foto-foto itu terlihat jelas senyumnya yang terbuka lebar di antara kepala-kepala negara maju, Fatmawati menikmati peran itu.

Banyak foto Fatmawati menari, Fatmawati pandai menari. Gambar yang paling menarik perhatian adalah lukisan Fatmawati berbaju kurung merah, memakai kerudung brokat tipis berwarna kuning, dengan wajah yang menoleh.

Tersenyum, lekuk pipinya yang khas itu terlihat jelas, benar-benar memperlihatkan betapa mempesonanya Fatmawati. Kecantikan wanita melayu yang original. Sayapun harus mengakui betapa pesona Fatmawari di usia itu.

Hal yang paling menarik sebenarnya adalah mesin jahit yang bernilai sejarah. Mesin jahit yang terletakkan dominan tepat di tengah ruangan.

Mesin Jahit yang pernah digunakan untuk menjahit sebuah bendera negara Indonesia
Sumber : Dokumen Pribadi

Mesin jahit yang pernah digunakan untuk menjahit sebuah bendera negara Indonesia yaitu bendera merah putih ketika pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang berlangsung pada tahun 1945 silam.

Saya terpesona melihat mesin jahit yang punya ceritera mengisi kemerdekaan bangsa indonesia. Saya menyentuhnya, mesin jahit biasa, mereknya Singer. Ada foto-foto Fatmawati ketika menggunakan mesin itu menjahit bendera pusaka.

Ternyata mesin jahit itu mesin yang diputar dengan tangan. Memang dalam ceriteranya mesin itu dipakai ketika Fatmawati lagi hamil dengan usia kandungan 7 bulan, dokter tidak membolehkan menggunakan kakinya.

Bendera pusaka yang disiapkan 10 bulan sebelum kemerdekaan, dijahit dalam waktu 2 hari dengan ukuran 2×3 meter.

Sosok Fatmawati tidak bisa dilepaskan dari Soekarno presiden pertama Republik Indonesia. Ia berdiri tepat di belakang suaminya sang proklamator ketika pengumuman kemerdekaan dilakukan.

Bendera hasil jahitannya itu yang dikibarkan pada hari yang bersejarah. Fatmawati saksi sejarah dari perjalanan kemerdekaan negara ini.

Di balik penampilannya yang anggun, perempuan kelahiran Bengkulu itu memiliki ketegasan yang tidak mudah ditaklukkan Soekarno. Dia menolak untuk dimadu hingga mengajukan syarat berat kepada Bung Karno yang hendak mempersuntingkan dirinya.

‘’Ceraikan istrimu jika ingin menikahi aku,’’ pernyataan yang menjadikan dia sebagai sosok anti poligami, tulis sejarawan Bengkulu Al-‘Alaq.

Syarat itu akhirnya dipenuhi dengan menceraikan Inggit Garnasih perempuan asal Bandung yang telah mendampingi Soekarno selama memperjuangkan kemerdekaan.

Kisah cinta segitiga itu kemudian banyak diangkat ke catatan film. Salah satunya berjudul Soekarno, yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Melihat rumah, penataan dan perabot yang dimiliki Fatmawati. Siapa pun melihatnya pasti dapat menilai bahwa Fatmawati berasal dari keluarga mampu dan terpandang di Bengkulu, keluarga yang maju dan terdidik.

Putri Tunggal keluarga Hasan Din dan Siti Hadijah lahir pada Senin 5 Februari 1923 pukul 12.00 WIB di Bengkulu, nama aslinya adalah Fatimah.

Tidak banyak yang tahu bahwa Fatmawati keturunan kerajaan Indrapura. Sang ayah Hasan Din adalah keturunan ke-6 dari kerajaan Putri bunga Melur.

Putri bunga Melur berarti putri yang cantik, sederhana, dan bijaksana. Tidak mengherankan Fatmawati menjadi ibu yang memiliki sifat bijaksana dan mengayomi.
Ayahnya Hasan Din adalah pemuka agama, tokoh Muhammadiyah. Hal itu yang menghubungkan Sukarno dapat masuk dalam keluarga ini, Hasan Din adalah teman diskusi Soekarno ketika dalam pengasingan di Bengkulu.

Pendidikan rumah tangga yang membentuk karakter Fatmawati, tegas dan kukuh dalam mengambil keputusan, punya prinsip-prinsip hidup yang dipegang kuat. Ini dapat terlihat dari ketegasannya yang menolak poligami.

Prinsipnya itu dipegang kuat saat Soekarno menikah kembali dengan Hartini, ia memilih meninggalkan istana dan pindah ke sebuah rumah Jalan Sriwijaya Kebayoran Baru Jakarta Selatan, padahal Ia masih dalam penyembuhan setelah melahirkan Guruh Soekarno Putera.

menggunakan mesin jahit bersejarah untuk menjahit bendera merah putih
Sumber : Dokumen Pribadi

Menurut Fatmawati, praktek poligami menginjak martabatnya sebagai perempuan. Sekitar tahun 1955 Fatmawati memilih hidup tanpa sosok suami dan tinggal di rumah pribadinya meski status pernikahannya belum terputus atau diceraikan.

Fatmawati adalah wanita pemberani di zamannya. (Bandingkan dengan RA Kartini yang terkungkung dengan adat jawa tidak mampu menolak poligami sehingga memilih memindahkan perjuangannya melalui tulisan).

Fatmawati, keluar dari Istana Kepresidenan dan meninggalkan aturan aturan protokoler yang kaku. Fatmawati memilih berbaur hidup di tengah-tengah masyarakat biasa, dan bersepeda di sekitar tempat tinggalnya. Ia pun tetap menjalankan kegiatan-kegiatan sosial seperti sebelumnya.
Fatmawati seorang penari . Saat itu Fatmawati muda menjadi pemeran utama dalam sendratari Rainbow Putri Kencana Bulan yang dipentaskan sanggar pertunjukan Montecarlo.

Sendratari itu mengisahkan seorang gadis yatim piatu dari keluarga Kerajaan Sungai Lemau yang diangkat menjadi anak oleh seorang pembesar pasukan penjajah Inggris.

Dalam sendratari itu, Fatmawati menunjukkan kebolehannya Menari tari Melayu. Bung Karno hadir menonton sebagai pembina sanggar.

Fatmawati berbaju kurung merah dengan berkerundung tipis berwarna kuning. Bung Karno tidak mampu menghindar dari jeratan pesona cinta, getaran cinta membangkitkan energi sehingga layak untuk diperjuangkan.

Fatmawati meninggal pada 14 Mei 1980 di General Hospital Kuala Lumpur karena serangan jantung setelah melaksanakan ibadah umrah di Mekkah. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Jakarta.

menggunakan mesin jahit bersejarah untuk menjahit bendera merah putih
Sumber : Dokumen Pribadi

Akhirnya, kunjungan ini Saya sudahi dengan kepuasan yang berlebih. Saya mengetahui betapa istimewanya sosok Fatmawati.

Wanita istimewa yang dimiliki bangsa ini, bukan sekedar penjahit bendera pusaka. Mentari dari Bengkulu, seorang pahlawan nasional yang resmi ditetapkan melalui Keppres RI Nomor 11 8/3/ 2000 di Era Abdurrahman Gus Dur.

Banyak hal yang menginspirasi dan bisa diteladani dari Fatmawati. Ibu Negara Republik Indonesia pertama, yang meletakkan dasar-dasar keprotokolan kenegaraan di istana negara, yang dikembangkan sampai sekarang.

Namanya juga diabadikan menjadi nama rumah Sakit Umum Fatmawati yang terletak di Kelurahan Cilandak Barat Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Cerita Fatmawati membuat Saya percaya kekuatan cinta dan ketegasan dalam memegang prinsip hidup.

Makassar, Februari 2022
Terima kasih kepada Marjono yg menemani perjalanan ini




2 Comments

  1. August 5, 2022 at 2:11 pm

    Mukminin

    Reply

    Luar biasa tulisan bunda Telly D.

  2. August 5, 2022 at 7:13 am

    Hajrah

    Reply

    Fatmawati ternyata bukan perempuan biasa. Penulis juga bukan perempuan biasa. Terima kasih sharingnya bu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree