February 2, 2022 in Catatan Harianku, Uncategorized

Buaian ke Liang Lahat

Buaian ke Liang Lahat
Buaian ke Liang Lahat

Buaian ke Liang Lahat
Telly D

Belajar dari buaian sampai ke liang lahat. Ungkapan yang tidak asing. Belajar sepanjang umur. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Ya, siapa pun dan kapan pun bisa mempelajari banyak hal baru, walaupun usianya sudah tidak lagi muda.

Dulu di usia muda, Saya tertarik mempelajari berbagai hal baru yang berguna bagi karier dan masa depan. Ijazah dan sertifikat hasil belajar jika dipajang, maka akan memenuhi dan menyesakkan dinding rumah, yang tidak begitu lebar.

Sekarang di usia lanjut, Saya justru lebih punya banyak kesempatan dan waktu untuk semakin belajar sekali pun terkesan hanya untuk bersenang-senang atau untuk kepuasan diri saja.

Memanah sambil menunggang kuda
Sumber : Dokumen Pribadi

Tidak ada kata terlambat untuk memulai belajar memanah, justru ini saat yang tepat untuk mulai menekuninya. Ketertarikan untuk mulai berlatih memanah atau menarik busur, muncul ketika Saya mengunjungi putera Saya di Sorong.

Putra Saya telah lama menekuni olah raga memanah. Sekali pun punya banyak hobi dan olah raga yang lain, sama dengan anak-anak laki-laki pada umumnya. Namun ada beberapa olah raga yang diperlakukan istimewa.

Berkuda dan memanah yang tadinya olah raga ini dilatih dengan kondisi terpisah, sekarang sementara dia tekuni berkuda sambil memanah. Memadu dua ketangkasan sekaligus, Saya suka diam-diam mengaguminya.

Bukan suprise bagi Saya ketika pertama kali memasuki ruang kerjanya dan Saya menemukan anak panah dan tali busur ikut ambil bagian menempati tempat yang terhormat.

Bahkan jendela kamar kerjanya berkoneksi langsung dengan lapangan panahan. Setiap saat saja jika hasrat untuk memanah timbul, maka dia hanya berdiri di depan jendela kantor, dia sudah mampu menarik dan membentangkan tali busurnya untuk melesatkan anak panahnya ke sasaran yang ada di luar menunggu di lapangan terbuka.

Awalnya karena alasan internet, Saya memilih duduk menulis di dalam ruang kantornya. Kemudian Saya tertarik melihat setiap saat jika putra Saya berdiri dari kursi kerjanya, pasti berputar berbalik ke jendela untuk melepas beberapa anak panah sebelum melanjutkan kembali bekerja.

Saya terpesona dengan ketekunannya mencuri waktu untuk tetap berlatih. Pesona itu membawa Saya menikmati apa yang dilakukan sehingga hafal urutannya: berdiri, memasang ekor panah, mengangkat lengan, menarik tali busur, menjangkarkan tali penarik, menahan sikap, membidik dengan cermat, melepas panah, dan menahan sikap memanah.

Tanpa melihat sasaran, hanya dengan membaca ekspresi wajahnya jika selesai memanah Saya bisa tahu hasil bidikan yang dicapai memuaskan atau bahkan mengecewakan.

Jika Saya tertangkap sementara menatapnya, dia selalu memberi beberapa komentar tentang olah raga yang sementara dia lakukan, mungkin maksudnya supaya Saya memahami kegilaannya pada olah raga yang satu ini.

“Ini busur dan anak panah yang saya pakai jenisnya sama dengan jenis yang dipakai kaum pemanah Rasulullah SAW bukan busur modern.”

Cerita-cerita heroik para pemanah hebat yang kaum muslimin miliki ketika zaman Rasullulllah Muhammmad SAW, sangat menginspirasinya.

Dengan penuh kebanggaan, dia selalu mengatakan bahwa Rasulullah adalah pemanah ulung di atas kuda. Pemimpin perang dan pasukan berkuda yang gagah berani dan sangat tangkas.

Memang sambil menunggang kuda
Sumber : Dokumen Pribadi

Rasulullah Muhammad SAW menurutnya memiliki beberapa busur panah antara lain: busur putih, busur kuning, busur sunyi (tidak terdengar suaranya), busur lurus, busur bergetar, dan busur pembawa pesan.

Sebagian besar busur-busur peninggalan artefak nabi tersebut disimpan di Museum Topkapi, Turki. Dia selalu membangun mimpinya untuk punya kesempatan melihat artefak ini.

Jika waktu kantor selesai, sebelum meninggalkan kantor, dia selalu menuju lapangan panahan yang ada di halaman samping kantor.

Di lapangan itu dia menuntaskan semua hasrat memanahnya. Tidak ada durasi waktu sampai aktivitas itu mampu menjinakkan semua birahi liarnya, melepas sebanyak-banyaknya anak panah menuju sasaran. Itu pun hanya pulang setelah hasil yang dicapai memuaskan hasratnya, sangat disiplin.

Saya selalu berdiri di sampingnya seperti ketika dia masih kecil jika Saya membimbing untuk melakukan sesuatu, sekali pun kondisinya sudah sangat berbeda.

Betul kata orang, lingkungan dan teman bergaul memberi pengaruh kuat. Saya yang awalnya hanya menemani menunggu waktu pulang, akhirnya mengenal peralatan yang digunakan dalam panahan serta fungsi-fungsinya.

Saya jadi tahu dan memegang: busur (bow), panah (arrow), pelindung jari (fonger tab), pelindung lengan (armguard), alat pembidik (visir/sighter/bowsight), alat peredam getaran (stabilizer), kantong panah (side quitter), teropong (finger glasses).

Saya jadi tahu cara berdiri yang baik yakni, jarak antar kedua kaki haruslah selebar bahu dan ujung kaki berada di garis batas awal memanah, dan kondisikan tubuh tetap selalu dalam keadaan rileks.

Saya juga tahu bahwa jika ingin belajar memanah hanya ada empat prinsip dasar yang harus dikuasai yakni; pegangan, kuncian, tarikan, dan lepasan.

Ditambah dengan sebuah kaedah biomekanika di mana setiap gerakan pemanah akan berhubungan langsung dengan keadaan busur dan anak panah yang “ditembakkan” ke sasaran.

Saya jadi tahu bahwa panahan, tujuan akhirnya adalah menembakkan anak panah tepat pada target face (sasaran). melepaskan anak panah pada lintasan tertentu menuju sasaran pada jarak 30 meter, 40 meter, sampai 50 meter.

Melihat Saya serius dan selalu berada di sampingnya, putra Saya mendorong Saya untuk mulai mengangkat busur. Menurutnya Saya memenuhi persyaratan untuk berlatih panahan.

Saya memiliki kekuatan tubuh bagian atas untuk mampu menarik busur dan memiliki otot yang kuat menahan tekanan pada kedua otot tangan, serta otot dada, bahu, dan punggung yang baik.

Saya memiliki keseimbangan badan untuk keberhasilan dan kestabilan dalam membidik dan melepaskan panah.

Saya memiliki koordinasi tangan dan mata yang baik. Karena ini merupakan keterampilan penting untuk memanah. Tangan melakukan tugas membidik dan melepas anak panah sesuai pengamatan mata.

Belajar Memanah
Sumber : Dokumen Pribadi

.
Kaki Saya masih kuat untuk berjalan sejauh 8 km dan yang tidak kalah pentingnya Saya punya kemampuan fokus yang baik yang merupakan modal utama dalam memanah.

Akhirnya Saya belajar panahan. Saya yang dulu selalu menjadi guru baginya, di usia lanjut harus memuliakan dan mematuhinya sebagai guru panahan. Betapa hidup ini belajar tanpa dibatasi usia dan status sosial, semua guru, dan semua murid.

Berlatih memanah menjadi kegemaran baru. Saya merasa lain bisa menarik busur dan melepas anak panah membidik sasaran, wow! rasanya bergengsi sekali.

Kelihatannya mudah namun tekanan menarik dan melepaskan busur yang dilakukan berulang-ulang itu sangat melelahkan apalagi ditambah dengan bolak balik antara face sasaran ke lintasan memanah. Berat untuk orang seusia Saya.

Ini baru awal, masih panjang proses yang mesti Saya lewati. Memanah bukanlah olah raga yang mudah dipelajari dalam waktu singkat.

Perlu waktu dan kedisiplinan untuk dapat menguasainya dengan baik dan benar. Ulet dan tekun berlatih adalah kunci keberhasilan dalam belajar memanah demikian bisikan putra Saya.

Saya menerima manfaat yang banyak dari berlatih memanah. Meningkatnya koordinasi tangan dan mata, serta keseimbangan. Meningkatnya fleksibilitas tangan dan jari. Terbangun kekuatan tubuh. Meningkat kesabaran, meningkat fokus, terbangun kepercayaan diri, meningkat kebugaran dan merelaksasi tubuh.

Saya sangat bahagia dapat melakukan aktivitas yang menyuburkan kualitas hubungan Saya dengan putra Saya.

Hal yang paling utama, memanah termasuk sunnah Rasulullah SAW “barang siapa menghidupkan sunnahku, sungguh ia cinta padaku, dan barang siapa cinta kepadaku, ia akan bersamaku di Surga.”

Memanah ini bukan sekadar olah raga tetapi juga sunnah baginda Nabi Muhammad SAW. Bisik putra Saya dengan tangan yang dikepal dan senyum kemenangan karena mampu membuat Saya tertarik dan terperosok untuk mau menikmati memanah bersamanya.

Sorong , November 2021




2 Comments

  1. September 14, 2022 at 10:48 am

    Mampuono, S.Pd., M.Kom

    Reply

    Asli keren

  2. February 9, 2022 at 6:56 am

    Much. Khoiri

    Reply

    Tulisan yg isinya bernas, disajikan dengan bagus. Mantaps

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree