January 18, 2022 in Catatan Harianku, Uncategorized

Kabar Pagi – Mengumpat dan Berkata Kasar

Post placeholder image

Kabar Pagi
Mengumpat dan Berkata Kasar
Oleh Telly D

Masih pagi sekali Saya baru saja memulai berjalan pagi, menuju lapangan sepak bola yang ada di sekitar lingkungan rumah.

Dalam perjalanan, sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi, tidak bisa menghindari bannya masuk dalam lobang yang berkubang air. Air terciprat mengenai pejalan kaki yang ada di depan .

Anjing lu! setan! suara seorang wanita mengumpat dengan suara keras. Cipratan air yang mengotori bajunya membuat wanita itu meledakkan kejengkelannya dengan mengumpat si pengendara mobil.

Merasa belum puas, dia menyambung lagi dengan kata-kata kasar yang beragam. Wanita itu patut diberi acungan jempol dengan perbendaharaan kata kasar yang cukup lengkap untuk dirangkai menjadi isi kebun binatang.

Ups!, Saya tersedak ibarat anak kucing yang terpaksa menelan potongan kue bolu. Saya bisa memahami kejengkelan ibu muda itu dengan bajunya yang kotor namun mengapa harus memaki? Apa manfaatnya? pengendara itu tidak mendengar dan bajunya tidak menjadi bersih karena memaki.

Saya meneruskan perjalanan meninggalkan ibu muda yang masih terbakar dengan api kejengkelan.

Di lapangan, orang-orang berjalan berkelompok-kelopok, bersenda gurau sambil melangkahkan kaki. Matahari belum bersinar, hari masih pagi, Saya dapat berjalan dalam suasana sejuk yang menyenangkan.

Setelah merasa cukup berjalan, Saya menepi dan mulai mengatur napas kembali untuk bersiap pulang ke rumah.

Kampret lu, ternyata lu di sini! Ups! Saya kembali tersedak dan mencari dari mana sumber suara itu.

Seorang anak muda menyapa temannya dengan sapaan tidak lazim. Teman yang disapa itu datang mendekat dan menjawab spontan;
Ah lu yang brengsek, saya sampai menunggu lama, lu nggak muncul. Dasar lu nggak bisa dipercaya, pembohong!

Kemudian mereka saling berangkulan dan tertawa-tawa. Ternyata kata kasar, kampret, brengsek, pembohong jadi sapaan yang sangat akrab dan menyenangkan di lingkungan anak muda itu.

(Jadi ingat ibu, yang selalu marah jika lidah Saya melisankan kata kasar. Di rumah ada kata-kata yang haram hukumnya untuk di ucapkan karena dianggap kasar dan tidak sopan).

Dalam perjalanan pulang, ada kecelakaan yang menjadi tontonan antara pengendara mobil dengan pengendara becak. Pengendara becak menyerempet dan menyisakan jejak luka baret di mobil. Si pemilik mobil tidak menerima luka baret di mobil mahalnya.

Pengemudi mobil seorang wanita cantik. Dari penampilannya ketahuan bahwa dia wanita berkelas. Semua yang menempel di badannya berkelas tentu dengan harga berkelas.

Wanita itu jadi tontonan, memaki seorang pengemudi becak yang sudah tua dan renta di jalan raya. Kali ini Saya tidak tersedak lagi, melainkan melongo, terkesima bak melihat film horror yang salah skenario.

Melihat badan wanita itu begitu molek, taat pada ukuran standar kecantikan wanita. Dapat dibayangkan upaya kerasnya menjaga ukuran badannya.

Namun sayang kecelakaan itu membuka kedoknya bahwa dia hanya pandai menjaga badan, menjaga penampilan, pandai menjaga mulutnya untuk tidak menelan banyak karbohidrat, namun tidak pandai menjaga lidahya untuk tidak berkata kasar.

Betapa ironinya, wanita yang berkelas dengan lidah tidak berkelas. Saya jadi ingat teriakan kembali nol ya yang suka diteriakkan petugas Pertamina di pompa bensin.

Bergegas Saya berjalan pulang. Setiba di rumah Saya membuka handphone, ingin memeriksa pesan singkat yang masuk.

Saya membacanya, ups! Saya kembali tersedak ternyata mengumpat dan berkata kasar tidak mengenal tempat, tidak hanya di dunia nyata bahkan di alam maya pun, luar biasa.

Kata kasar dan umpatan berseliweran dalam pesan pendek. Ditujukan ke individu, kelompok bahkan ke pemerintah. Jempol dan jari-jari juga sudah ikut-ikutan punya kebiasaan mengumpat dan berkata kasar.

Sangat memprihatinkan, kata-kata kasar seolah sudah dijadikan kebiasaan. Mengumpat atau berkata kasar seakan menjadi kebiasaan yang sudah diwajarkan.

Apa yang menjadi penyebab orang atau remaja mudah mengumpat atau berkata kasar?

Apakah lingkungan yang ditemui sehari-hari seperti; keluarga, tempat tinggal, atau pertemanan di sekolah yang menjadi pemicu utama?

Jika demikian maka orang tua pun patut menjadi penyebab. Beberapa orang tua, sadar atau pun tidak sadar suka menggunakan umpatan atau kata-kata kasar, yang bisa terekam di memori anaknya, hingga tidak mengherankan jika di kemudian hari anaknya pun merasa tidak masalah berkata kasar.

Atau apakah remaja berkata kasar karena ingin dianggap dewasa, gaul, tidak berbeda dengan gaya bicara temannya?

Ataukah remaja lagi meniru gaya bicara idolanya? Banyak anak-anak dan remaja yang meniru cara bicara idolanya.

Apakah Influencer yang ada di media sosial juga memberi pengaruh dalam penggunaan bahasa sehari-hari? Remaja menganggap keren dan cenderung meniru apa yang dilakukan influenser termasuk saat berkata kasar.

Atau bisa juga komentar-komentar netizen yang sering tanpa etika, dapat memberi sumbangan besar membuat budaya berkata kasar di dunia maya seolah menjadi hal yang wajar.

Atau karena orang yang senang berbicara. Orang yang senang berbicara juga disinyalir akan lebih sulit mengendalikan diri dari kesalahan berkata kasar.

Ada banyak alasan kenapa harus mengontrol gaya berbahasa, antara lain adalah untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain dan juga menghargai diri sendiri. Jika terus konsisten menjaga kebiasaan untuk tidak mengumpat, maka hidup akan memberikan energi positif pada orang-orang yang dijumpai.

Beberapa ahli psikologi mengatakan dampak dari berkata kasar sebetulnya akan lebih dahsyat daripada kekerasan yang dilakukan secara fisik. Selain itu, memiliki dampak negatif pada yang berkata kasar, terlebih pada yang menjadi sasaran kata-kata tersebut.

Sebenarnya orang yang mudah sekali mengumpat atau berkata-kata kasar bisa jadi menunjukkan individu tersebut lebih banyak memiliki perbendaharaan kata-kata. Hanya saja apakah kata-kata yang diucapkan tersebut sesuai dengan kondisi atau tidak?

Kesesuaian dengan kondisi di lingkungan inilah yang menentukan pendidikan atau tingkat inteligensi seseorang.

Inteligensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya.

Orang yang suka berkata kasar atau mengumpat sesungguhnya menunjukkan ketidak mampuan dalam menghadapi lingkungan atau kondisi dengan baik.

Orang tidak bisa menghindar dari rasa marah, kesal, kecewa terhadap perilaku orang lain atau lingkungan. Hal yang natural saja, namun jika mampu berpikir secara rasional sebelum bertutur kata untuk menyampaikan emosi-emosi negatif tersebut, akan mampu mengendalikan lidahnya untuk tidak sembrono bertutur kata.

Terlepas dari apa pun motif dan manfaat yang didapatkan dari mengumpat, pada kenyataannya mengumpat dan berkata kasar itu bukan hal baik. Bahkan kebiasaan ini bisa memunculkan kesan buruk sebagai orang yang kasar, tidak berpendidikan, asal-asalan, sembrono atau kesan-kesan negatif yang lain.

Dampak kata-kata atau ucapan itu luar biasa. Kata-kata yang ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan. Kata-kata yang jahat dapat menghancurkan hubungan baik. Kata-kata yang pahit dapat menimbulkan perasaan benci, kata-kata yang brutal dapat membunuh.

Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan, kata-kata yang ramah memperlancar jalan kehidupan, kata-kata suka cita dapat membuat hari-hari kita ceria, dan kata-kata yang lemah lembut dapat mengurangi stres.

Pentingnya mengendalikan dan menahan ucapan, bahkan ada pepatah Jepang mengatakan “Sebuah lidah panjangnya tiga inci, tetapi dapat membunuh orang yang tingginya enam kaki.”

Kemudian, apa yang dilakukan jika bertemu dengan orang berkata kasar?

Menahan diri untuk tidak terbawa emosi, memaafkan lebih dahulu segala pekataan buruknya, memahami penyebab berkata kasar, menegur secara tegas dan bijaksana, membalas ucapannya dengan balasan yang lebih baik.

Mari mulai menahan lidah, menjaga lisan, bicara atau menulis yang tidak mengumpat atau berkata kasar, baik di dunia nyata apalagi di dunia maya yang tidak bisa dihilangkan jejaknya sepanjang zaman.

Makassar, Januari 2022




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree