Jembatan Puri

Oleh Telly D

Jembatan Puri adalah sebuah dermaga kapal biasa. Dermaga ini menjadi istimewa sebab berfungsi ganda sebagai tempat pendaratan kapal ikan sekaligus sebagai pasar pelelangan ikan terbesar di Sorong Papua Barat.

Sepanjang dermaga ini, di pagi hari buta mulai pukul 04.00 sudah hiruk pikuk kegiatan bongkar muatan. Kapal-kapal yang berisi ikan hasil tangkapan dari berbagai tempat merapat di dermaga  membongkar muatannya di pinggir dermaga dan juga melakukan transaksi jual beli.

Jual beli ikan dalam partai besar untuk dikirim ke wilayah dan pasar yang lebih jauh jaraknya. Demikian juga jual beli ikan dalam partai kecil untuk kebutuhan rumah tangga dan restoran yang ada di kota Sorong.

Hiruk pikuk suasananya, teriakan-teriakan saling memberi semangat mengisi suasana pagi di pinggir dermaga itu. Semua aktivitas dilakukan dengan tergesa-gesa, mengejar waktu yang tidak banyak. Pasar ini akan sepi jika sudah tiba pukul 09,00.

Aktivitas transaksi jual beli ikan membuat dermaga Puri terkenal sebagai tempat pelelangan ikan atau pasar ikan terbesar yang dimiliki kota Sorong. Nama “Puri” juga adalah nama sejenis ikan kecil yang menjadi ikan khas kota Sorong.

Jembatan Puri dapat menjadi objek wisata. Di sana pengunjung bisa menikmati banyak hal.

Suasana dermaga yang penuh dengan kapal-kapal penangkap ikan yang parkir berjejer-jejer, berwarna warni dengan layar yang telah digulung sehingga hanya tersisa tali-tali dan tiang-tiangnya yang menjulang tinggi. Ada kibaran bendera kecil di puncaknya ditiup angin. Berpadu dengan lautan yang luas, indah memanjakan mata.

Menikmati aktivitas bongkar muatan ikan, anak-anak kapal yang bekerja bersemangat menurunkan ikan ke dermaga dan disemangati oleh teriakan-teriakan orang di dermaga.

Demikian cepat jual beli itu berlangsung dan ikan sudah berpindah ke tong-tong besar di atas gerobak untuk didorong meninggalkan pinggir dermaga oleh para kuli gerobak yang berseliweran mengais rezeki.

Dapat menikmati ibu-ibu yang tergesa-gesa membuka lapak di pinggiran dermaga, hanya dengan beralaskan plastik terpal  menjual ikan dan berbagai jenis hasil laut. Kita akan mendengar teriakan-teriakan ibu-ibu yang merayu pembeli untuk membeli ikan yang segar dan murah itu.

Ketika berkunjung ke sana Saya takjub melihat berbagai jenis ikan dengan berbagai ukuran yang diperdagangkan. Ada ikan kembung (lema), ikan puri (teri besar), tuna (ekor kuning), tongkol, cakalang, kerapu, baronang, makarel, belanak, bawal, tenggiri, kakap putih dan kakap merah, marlin, kakatua, udang, cumi, tiram,  dan lain-lain.

Ikan segar-segar dengan harga yang bervariasi sesuai jenis ikannya. Dijejer-jejer dan dikelompok-kelompokkan sehingga sangat menarik perhatian.  

Betapa beruntungnya masyarakat Sorong, ikan sebagai sumber protein, sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Ikan mengandung gizi yang bagus untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak, tersedia dengan melimpah.

Terlihat beberapa jenis ikan yang ditangkap masih berukuran kecil, bahkan ada beberapa ikan yang sudah dilindungi seperti ikan kakatua dan ikan pari juga masih diperjual belikan.

Jika kondisi ini dibiarkan, maka kemungkinan dapat menurunkan jumlah hasil tangkapan di kemudian hari, sekali pun ikan merupakan sumber daya alam yang dapat pulih kembali, artinya ikan setelah ditangkap di alam, populasinya akan kembali seperti semula melalui proses perkembangbiakan. 

Namun populasi ikan yang dapat pulih kembali ini mungkin juga bisa habis, kalau pemanfaatannya berlebihan dan dengan cara yang tidak ramah lingkungan. 

Kerusakan lingkungan hidup tempat hidup ikan dapat menurunkan populasi ikan di perairan. Menurunnya populasi ikan dapat ditandai dengan berkurangnya hasil tangkapan ikan dan semakin kecil ukuran ikan yang tertangkap. 

Nelayan harus diberikan pemahaman bahwa ikan memiliki ukuran optimal yang dapat ditangkap. Dengan memperhatikan ukuran yang boleh ditangkap, maka memberikan kesempatan kepada ikan untuk dapat berkembang biak sehingga populasi di alam terjaga dengan baik. 

Saya membeli beberapa jenis ikan. Rupanya membeli ikan di pasar Puri tidak berdasarkan timbangan namun berdasarkan besar kecil ikan yang sudah di kelompokkan atau dionggok-onggok.

Misalnya, 1 onggok ikan turi seharga Rp 10.000,  satu onggok ikan lema atau kembung yang isinya 5 ekor seharga Rp 35,000.

Jika ikan itu ukuran besar maka harganya perekor. Ikan ekor kuning  (tuna) yang besarnya sedang seharga Rp 80.000/ekor.

Untuk ikan-ikan yang besar sekali, seperti ikan marlin dan ikan tuna yang beratnya di atas 50 kg dagingnya dipotong-potong besar dan ditimbang, kemudian dijual dengan seharga Rp 45.000,- per kg.

Di pasar ini juga melayani pekerjaan membersihkan ikan dan memotong-motong ikan sesuai permintaan pembeli.

Seiiring dengan naiknya matahari, suasana pasar mulai panas dan perlahan pasar itu menjadi sepi. Satu persatu pembeli pulang demikian juga penjual mengumpul ikan jualannya dan dijual kembali pada sore hari.

Saya berjalan meninggalkan pasar Puri yang mendadak sepi dan menyadari betapa banyakmya pontensi laut Indonesia. Saya bangga jadi anak negeri pemilik laut yang luas dengan keberagaman potensi lautnya.

Sorong, November 2021.