Pulau Arborek – Desa Wisata yang Eksotis
Pulau Arborek
Desa Wisata yang Eksotis
Oleh Telly D
Arborek, salah satu desa wisata Raja Ampat. Desa ini terletak di Distrik Meos Mansar Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Keindahannya telah mendunia sebagai desa yang eksotis untuk dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.
Padahal, Arborek sesungguhnya hanya pulau kecil, yang memiliki luas sekitar 7 hektar. Untuk mengelilinginya hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit berjalan kaki. Berpenduduk sekitar 200 orang dengan 44 kepala keluarga yang dihuni oleh satu suku dengan 2 klan. Pemeluk agama Kristen yang taat.
Meskipun hanya pulau kecil, namun pemandangan yang dimiliki sangatlah indah. Desa Arborek punya hamparan pasir putih seluas daratannya. Laut yang mengelilingi pulaunya sangat jernih sejauh mata memandang dengan keindahan bawah lautnya yang beragaman. Rumah-rumah masyarakat tertata dengan rapi, bersih, dan asri. Punya kerajinan tangan dan makanan khas daerah, punya homestay di tepi pulau yang tersusun rapi dengan pohon-pohon nyiur melambai, sangat memanjakan mata.
Kemampuan masyarakatnya juga tinggi dalam beradaptasi dengan kondisi pandemi yang ada. Pulau ini telah menggunakan standar CHSE (Cleanliness, Healt, Safety, and Enviroment), juga telah memberlakukan kartu vaksin, aplikasi eHac, dan keterangan negatif covid-19.
Tidak heran jika kondisi itu membuat Arborek menerima berbagai penghargaan sebagai desa wisata terbaik tingkat provinsi maupun tingkat nasional.
Saya mengunjungi Arborek dengan speedboat dari Waisai (ibukota Raja Ampat) membutuhkan waktu 1,30 – 2 jam. Saya melewati beberapa pulau karang yang tidak berpenghuni. Raja Ampat terdiri atas 1700 pulau dan masih terdapat banyak pulau yang tidak berpenghuni.
Bunyi erangan mesin tempel seirama dengan gemercik bunyi ombak yang mebuih memancar di pinggiran kapal, dibelah oleh speedboat. Beratapkan langit yang biru dengan angin yang semilir, benar-benar perjalanan laut dengan sensasi alam yang menyenangkan.
Dari kejauhan terlihat dermaga yang panjang dengan pulau Arborek seperti terapung-apung di atas lautan. Saya memerlukan bantuan dari speedboat untuk naik ke dermaga dan berjalan memasuki desa Arborek.
Jalan di atas air menuju kampung Arborek. Pada jembatan panggung yang panjang dan terbuat dari balok-balok kayu yang melintang tersusun rapi sehingga sangat menarik.
Dari atas jembatan kayu kecil itu sudah terlihat dengan jelas terumbu karang dan ikan berbagai jenis dengan berbagai ukuran berenang berkelompok-kelompok di bawah air laut.
Tanpa menyelam atau menggunakan alat selam, Saya sudah dapat menikmati keindahan bawah lautnya karena air laut begitu jernih ibarat kaca saja.
Saya tiba di depan gerbang yang tertulis bahwa Saya sementara memasuki kawasan desa Arborek. Saya mengambil gambar dan meneruskan menikmati kawasan intinya.
Desa wisata yang bersih, tidak ada sampah yang berceceran. Rupanya ada aturan para pengunjung tidak boleh membawa sampah, jika ada sampah diminta untuk dibawa kembali.
Ada jalan setapak mengelilingi kampung Arbbrek. Kami disambut dengan keramahan penduduk termasuk anak-anaknya. Terasa setiap kali bertemu dia akan menyapa dengan ucapan selamat pagi, apa kabar, namun jika bertemu bule dia akan mengucapkan good morning how are you. Itulah sapaan standar di Arborek.
Di mana-mana kita dapat minum teh hangat, ada yang dibayar namun ada juga masyarakat yang menyiapkan teh gratis. Fasilitas penginapan, toilet, termasuk sinyal internet tersedia dengan baik sehingga sekali pun jauh tidak harus merasa terisolir.
Banyak spot selam yang terkenal di sini namun Saya hanya menyelam di sekitar dermaga saja. Itu pun sudah cukup menikmati keindahannya yang luar biasa, sambil membuka bekal untuk makan siang.
Rupanya Arborek berasal dari bahasa Biak yang berarti duri. Dulu suku Biak terkenal sebagai pelaut ulung, bahkan dijuluki sebagai Viking Papua. Suatu hari para pelaut Biak ini berlayar dari Teluk Cendrawasih menuju utara dan tidak sengaja menemukan sebuah pulau kosong berpasir putih. Mereka memutuskan untuk tinggal dan membuat perkampungan. Karena awalnya dipenuhi dengan semak berduri, pulau ini diberi nama Arborek.
Desa Arborek sudah tergolong lengkap dengan infrastruktur yang memadai. Sekolah dasar, gereja, kantor pemerintahan, dan beberapa warung yang menjual barang-barang kebutuhan sudah tersedia di Arborek.
Masyarakat pun tidak akan kesulitan air tawar dan listrik karena pemerintah sudah menyediakannya.
Masyarakat desa ini memiliki budaya lokal. Mulai dari tari-tarian tradisional, kerajinan anyaman khas Arborek, berbagai macam kuliner tradisional seperti papeda atau sinole yang dapat dinikmati langsung berikut proses pembuatannya.
Tidak terasa, hari semakin senja. Matahari tampak mulai tenggelam ke peraduannya di ufuk barat. Saya juga telah terpuaskan menikmati keindahan bawah lautnya. Rasa dingin mulai terasa pada badan yang basah. Saya memutuskan untuk kembali ke speedboat dan bersiap-siap untuk pulang ke Waisai.
Menjelajahi desa kecil Arborek menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan. Desa ini sudah membuat Saya sadar betapa kayanya Indonesia baik di mata Saya sebagai warga negara maupun masyarakat dunia.
Akhirnya speedboat membawa Saya meninggalkan Arborek. Saya berlayar kembali ke Waisai dengan membawa kenangan indah tentang desa Arborek.
Waisai, November 2021
Leave a Reply