Piaynemo – Keindahan Panorama Gunung Karts
Piaynemo
Keindahan Panorama Gunung Karts
Oleh Telly D.
Piaynemo adalah tempat wisata utama di kawasan pulau Waligeo, Raja Ampat. Wisata bahari yang memadu, lautan yang terhampar luas membiru, gunung kapur (karts) yang menjulang tinggi dengan formasi-formasi yang menarik, indah jika dinikmati dari ketinggian.
Dengan daya tarik itu maka Piaynemo menjadi surga bagi penikmat panorama laut, perambah hutan, atau pemanjat tebing, dan fotografer.
Peta lokasi Piaynemo
Piaynemo adalah gugusan pulau yang berada di ujung barat selat Dampier, tepatnya di sebelah barat Pulau Mansuar, di utara kepulauan Fam. Piaynemo disebut juga pulau Penemu (di Google Maps Hanay tertulis “Pulau Penem” – tanpa huruf “u”).
Jika diperhatikan gugusan pulau di peta, bentuknya memanjang seperti senjata, dan terbagi ke dalam 3 bagian. Dari bentuk itulah nama Piaynemo berasal. Dalam bahasa Biak, Piaynemo berarti sambungan antara kepala dan gagang tombak bertali yang digunakan untuk menangkap ikan, yang oleh orang lokal menyesebutnya harpoon. Bentuk yang menyerupai ujung tombak itu berada pada bagian pulau di sisi utara.
Piaynemo dapat ditempuh dengan 2 cara tergantung dengan banyaknya waktu yang dimiliki; langsung dari Sorong (ibu kota Provinsi Papua Barat, sebagai kota gerbang masuk Raja Ampat) menuju Piaynemo menggunakan waktu 4-5 jam atau
berangkat dari Waisai (ibu kota Kabupaten Raja Ampat) menuju Piaynemo dengan speedboat sekitar 2 jam.
Saya mengunjungi Piaynemo dengan naik kapal cepat dari Sorong menuju Waisai. Saya menginap di salah satu homestay (mamatua) di Waisai. Di sana Saya bisa beristirahat sambil menikmati alam Raja Ampat yang terkenal indah itu. Berenang menikmati lautnya yang bening, makan ikan bakar, cumi, dan udang sekaligus berbaur dengan masyarakat lokal.
Masih pagi sekali Saya menuju Piaynemo naik speedboat selama 2 jam menerjang ombak lautan, disilaukan sinar matahari pagi, diterpa angin laut, dan diayun-ayun oleh gelombang. Nikmat serasa berpetualang bak Sinbad si Pelaut.
Cukup jauh berlayar di selat Dampier. Ketika sudah mendekati Piaynemo, speedboat melewati beberapa gunung karts sebelum memasuki dermaganya. Formasi-formasi gunung karts seperti mengawal perjalanan masuk ke dermaga. Saya menikmati speedboat berselancar di antara gunung karts yang indah itu.
Ada tulisan Piaynemo tinggi di atas gunung karts yang terlihat jelas dari kejauhan.Tepat di bawah tulisan Piaynemo dermaga itu berada.
Dermaga yang bersih terawat dengan baik. Banyak speedboat dan longboat terparkir berjejer-jejer. Pemandangan yang Indah, menyadarkan Saya, anak negeri pemilik perahu banyak yang susah dicari tandingannya.
Ada pos lapor yang terpisah dari dermaga yang luas. Di pos lapor ada biaya retribusi yang harus dikeluarkan sebesar Rp300.000/kapal. Biaya tersebut akan digunakan untuk pengelolaan tempat wisata ini, agar tetap bersih dan nyaman untuk dikunjungi.
Tidak ada penjaga yang memungut biaya masuk secara langsung di lokasi atau pun memeriksa bukti pembayaran. Namun demikian, para guide atau pun awak kapal sangat peduli akan kelestarian dan kelangsungan objek wisatanya, sehingga mereka secara sadar membayar kewajibannya. Biaya retribusi boleh dibayarkan saat baru tiba atau saat akan meninggalkan kawasan Piaynemo.
Saya meninggalkan speedboat dan mulai melangkahkan kaki di atas dermaga. Berjalan sampai melewati gerbang Piaynemo yang menjadi penanda telah memasuki kawasan intinya.
Saya perlu berhenti untuk mengambil gambar di pintu gerbang kemudian memulai perjalanan memasuki kawasannya.
Kawasannya sudah ditata untuk dinikmati para pengunjung. Jalanan di kawasan sudah tersedia dengan baik. Tersedia 4 buah toilet (2 untuk wanita, dan 2 untuk pria) dengan kondisi yang bersih. Ada tower jaringan internet terpasang menjulang tinggi. Kawasan yang bersih dan asri di tengah gunung karts yang tinggi serta dipenuhi dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.
Sambil berjalan Saya mencoba menengadahkan kepala, ingin melihat puncak dari pohon-pohon yang langsing menjulang tinggi itu, namun tidak sanggup melihat titik puncaknya, tertutupi oleh pohon-pohon yang sangat lebat.
Matahari hanya mengintip dari celah-celah daun dan pohon-pohon besar itu. Pohon itu sudah tua dan berusia puluhan tahun. Bau lembab hutan basah kental sekali aromanya.
Hanya diperlukan berjalan sekitar 300 meter untuk tiba di anak tangga pertama, Puncak Piaynemo itu berada di atas bukit dan untuk mencapai puncaknya harus mampu berjalan menaiki tangga yang anak tangganya berjumlah 320.
Menurut pemandu wisata, kondisi ini baru saja diperbaiki sehingga sudah menjadi lebih baik. Sebelumnya harus langsung melompat dari speedboat ke tebing karstnya, dan jalur naiknya susah dan hanya bisa ditempuh melalui jalan setapak.
Puncak utamanya sudah ada sejak Agustus 2014 yang diberi panggung atau teras berpagar, dan jalur naiknya sudah ada anak tangga kayunya, serta sudah ada dermaga. Awalnya dibangun untuk kegiatan Sail Raja Ampat yang rencananya akan dibuka oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun kenyataannya SBY tidak pernah datang dan menaiki tangga di Piaynemo. Baru pada akhir Desember 2015 Presiden Joko Widodo-lah yang datang ke Piaynemo. Foto epiknya di salah satu sudut terase Piaynemo menjadi viral. Sudut itu kemudian mendapat julukan spot sejuta umat. Hal itu menambah kepopuleran Piaynemo, yang menarik banyak orang untuk mengunjungi dan berfoto di sudut itu.
Karena itu maka tangga naik ada 2 jalur. Pemandu menyebutnya jalur SBY dan jalur Jokowi. Jalur SBY adalah jalur lama dengan anak tangga 336 sedangkan jalur Jokowi adalah jalur baru dengan hanya 320 anak tangga.
Saya memilih jalur Jokowi karena anak tangganya terbuat dari balok kayu yang masih baru dengan undakan yang datar sehingga dapat dinaiki tanpa resiko.
Saya perlu berhenti 3 kali untuk mampu tiba di Top View. Ada disediakan tempat untuk berhenti mengaso. Saya selalu menyemangati diri bahwa Saya mampu sampai di puncak tidak kalah dengan orang muda. Hanya durasi waktu yang Saya butuhkan lebih banyak karena langkah Saya lebih pelan dibanding mereka.
Kelelahan itu terbayar dengan keindahan pemandangan di puncak Piaynemo. Terase-terase yang bertingkat-tingkat di ketinggian itu menjadi tempat favorit untuk tempat memotret pemandangan yang spektakuler. Benar-benar indah hamparan gunung karts dilihat dari ketinggian dengan formasi-formasi yang indah.
Saya memerlukan waktu untuk menikmatinya sekaligus melepas kelelahan setelah menaiki anak tangga, namun kondisi puncak sangat panas, karena tidak ada lagi pelindung dari matahari.
Spot utama Piaynemo, adalah spot sejuta umat berada di atas puncak bukit. Dari puncak Saya bisa berkeliling memandang semua panorama indah itu tanpa penghalang, memotretnya, dan mengagumi kebesaran penciptanya.
Luar biasa indah, sangat spektakuler. Akhirnya Saya paham mengapa tempat ini digilai oleh para penikmat wisata bahari dan fotografer mancanegara.
Spot sejuta umat menjadi tujuan semua wisatawan sehingga di tempat ini orang berkumpul antri untuk dapat mengambil gambar di sudut ini. Sekali pun sudut yang lain tidak kalah menariknya.
Sebenarnya ini berisiko jika daya dukung terase itu melampaui kemampuan normalnya. Jika pengunjung banyak, maka dilakukan antrian untuk bisa sampai ke puncak. Puncak ini terakhir diperbaiki tahun 2018.
Saya bahagia sekali di usia yang lanjut masih dapat berjalan untuk tiba di tempat ini. Setelah hasrat Saya terpuaskan, Saya meninggalkan puncak dan memberi peluang kepada pengunjung yang lain untuk menikmatinya. Saya turun dari puncak dengan menggunakan anak tangga kayu itu kembali namun sudah dengan kondisi yang lain.
Sebelum Saya meninggalkan Piaynemo, Saya duduk menikmati air kelapa muda yang dijual dilapak-lapak sepanjang dermaga. Air kelapa muda yang segar dan manis sangat menolong mengembalikan kondisi Saya.
Pemerintah mengakomodir orang lokal dari kampung yang dekat secara bergiliran datang ke dermaga itu berjualan kelapa muda, virgin coconut oil, camilan, dan aneka suvenir. Di lapak itu juga ada orang yang menjual kepiting kenari dan lobster. Harga kepiting kenari dan lobster sekitar Rp100.000-150.000/ekor.
Akhirnya speedboat membuat Saya meninggalkan tempat ini dan melanjutkan perjalanan untuk menikmati Telaga Bintang yang juga berada pada gugusan pulau yang sama.
Waisai, November 2021
Leave a Reply