Wisata Raja Ampat – Kalibiru
Wisata Raja Ampat; Pulau Waigeo
Kalibiru
Kali yang menawan
Oleh Telly D
Raja Ampat tempat wisata bahari yang sangat terkenal. Syurga bukit karang dalam formasi tertentu yang menawan dan Syurga terumbu karang dengan beragam jenis ikan di bawah laut yang memikat hati.
Kedua hal itu menjadi daya tarik utama bagi penyelam dan fotografer untuk datang mengunjungi dan menikmati keindahannya.
Namun belum banyak yang mengetahui bahwa Raja Ampat juga memiliki kali yang berada di tengah hutan dalam Pulau. Air kali yang jernih mengalir berwarna biru menawan hati, Kalibiru.
Senin 8 November 2021, Saya mengunjungi Kalibiru tempat wisata yang terletak di kampung Warsambin distrik Mayalibit di Pulau Waigeo.
Dari Waisai ibu kota Raja Ampat, Saya menyewa speedboat menuju kampung Warsambin dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Dari sana sekitar 15 menit menuju kawasan Teluk Mayalibit. Speedboat dapat memasuki teluk yang menjadi pertemuan air tawar dan air asin.
Sepanjang perjalanan, mata dipuaskan dengan panorama alam yang sangat mempesona. Lautan biru yang luas membentang sejauh mata memandang, pemandangan bukit karang yang muncul dipermukaan laut dan tebing gunung karang yang indah.
Di dinding tebing karang yang menjulang tinggi ditumbuhi berbagai jenis tanaman paku-pakuan, pohon-pohon bonsai yang berumur ratusan tahun, dan anggrek-anggrek hutan bergantungan , terjuntai bunganya ditiup angin diiringi dengan siulan-siulan burung penghuni hutan itu.
Speedboat hanya bisa sampai di pinggiran kawasan hutan. Saya harus berjalan kaki selama 30 menit melintasi sungai. Musim kemarau membuat air sungai mendangkal. Saya dapat melintasinya dengan mudah tanpa kesulitan.
Perjalanan diteruskan menyusuri pinggiran sungai menuju ke hulu yang berbatu-batu. Batuan sungai yang bulat-bulat dengan ukuran yang bervariasi. Cukup melelahkan telapak kaki berjalan diatasnya, ditambah dengan teriknya matahari. Di area ini mesti membawa pemandu supaya tidak sesat.
Kemudian perjalanan diteruskan dengan berjalan memasuki kawasan hutan. Hutan tropis gunung karang yang ditumbuhi beragam pohon-pohon yang menjulang tinggi dengan akar tumbuhan yang bergelantungan.
Udara hutan yang sejuk mulai terasa membelai wajah yang tadinya panas terpanggang teriknya matahari. Hutan itu banyak dihuni berbagai jenis burung termasuk burung cendrawasih yang terkenal itu.
Cahaya matahari hanya bersinar diantara celah-celah daun yang rimbun. Udara lembab membawa bau lumut dan bau kayu basah tercium .Jalanan yang kami lintasi jalanan setapak dalam hutan.
Saya berjalan diiringi suara daun yang bergesek dan siulan burung-burung yang mendiami kawasan hutan itu bersahut-sahutan mengisyaratkan keberadaannya. Alami sekali suasananya.
Ada gerbang yang menandakan bahwa saya telah memasuki kawasan Kalibiru. Saya mulai berjalan di jalanan yang terbuat dari balok kayu yang memang disiapkan untuk dijalani wisatawan. Saya harus berhati-hati. Kawasan hutan yang lembab membuat kayu balok itu licin, berlumut, beresiko terpleset.
Kalibiru berada dalam kawasan pedalaman hutan. Sekalipun ada akses jalan setapak yang dapat diikuti, namun jika ingin nyaman tetap harus memakai pemandu.
Memerlukan waktu 30 menit berjalan kaki, cukup melelahkan. Namun langsung terbayar lelahnya, begitu tiba di Kalibiru. Indah pemandangan kali yang terhampar begitu mempesona.
Wow! Sinar matahari bergaris-garis masuk di antara celah-celah daun menyinari beningnya air kali yang selebar 5 – 6 meter itu.
Warna biru terang terpantul dan berpendar-pendar dari atas kali. Arus air dengan debit besar mengalir gemerecik di bebatuan, meliuk-liuk mengisi semua ruang sepanjang aliran sungai itu.
Semilir angin yang bertiup di antara rindangnya pepohonan, sungguh daya tarik yang menghipnotis. Tenang, sejuk, dan aroma primitif yang senyap merasuki sukma. Kalibiru, kali yang sangat menawan.
Sepanjang mata memandang, tidak ada satu pun sampah yang terlihat. Bening dan berwarna biru. Warna biru yang terpantul dan berpendar di atas permukaan air masih menjadi misteri, sebab warna air pada sumber yang berasal dari celah-celah batu karang di hulu berwarna seperi sungai biasa, bukan warna biru.
Saya tidak sabar untuk melompat dan menikmati kesejukan airnya, sejuk dan dingin sekali. Meskipun aman tetap perlu berhati-hati, terutama yang tidak pandai berenang. Beberapa bagian kali memiliki kedalaman sekitar 2,5 hingga 3 meter.
Sumber air bisa langsung diminum. Hanya beberapa meter dari lokasi pemandian, terdapat sebuah mata air. Demi menjaga kebersihan dan kualitas air, masyarakat setempat melarang siapapun untuk berada di sekitar mata air.
Pemandu wisata menceritakan bahwa ada peneliti dari Jepang pernah datang dan mengukur tingkat kejernihan air. Hasilnya, kualitas air di Kalibiru sama dengan air yang matang setelah dimasak di atas api.
Demikian jernihnya air Kalibiru, dapat langsung diminum untuk melepas dahaga setelah berjalan dan berenang.
Tidak banyak yang tahu bahwa Kalibiru m enyimpan cerita lama. Dulu sebelum suku yang mendiami kawasan itu hendak pergi berperang mereka harus melakukan ritual berendam semalam di Kalibiru. Jika keesokan harinya badannya tetap hangat ketika keluar dari Kalibiru itu isyarat perang akan dimenangkan.
Saya berjalan pulang menyusuri jalan yang sama dengan rasa syukur, masih dapat menikmati kali yang sejernih ini. Melihat banyaknya sampah yang berceceran sepanjang jalan, Saya jadi khawatir kelestarian kali itu akan dapat dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Semoga hal ini dapat diantisipasi lebih awal, sehingga kali ini tetap menawan untuk dikunjungi.
Sorong, 8 November 2021
Leave a Reply