November 3, 2021 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Kabar Pagi : Food Street Sate Lalat

Kabar Pagi (6)

Food Street; Sate Lalat

Oleh Telly

Food street adalah makanan dan minuman yang dijajakan di jalanan baik secara berkeliling ataupun warung tenda yang menetap di lokasi tertentu.

Di Indonesia sejumlah food street terkenal di berbagai kota,  memiliki keunikan dan ciri khas daerah masing-masing. Siap memanjakan mulut dan perut sepanjang malam dengan makan yang lezat, dan harga yang murah.

Sate Lalat dan Lontong. Sumber : dokumen pribadi

Di Pamekasan Madura ada food street yang tidak kalah menariknya. Jika anda kebetulan ke sana jangan lewatkan kesempatan menikmatinya. Berlokasi di jalan Niaga, tepatnya di sebelah alun-alun Pamekasan. Kuliner jalanan, diproses dan dihidang di pinggir jalan oleh koki-koki lokal yang tidak diragukan kemampuan dalam mengolah masakan daerah yang lezat.

Ketika Saya sementara di Pamekasan, malam hari pukul 20.00 Saya sengaja datang dan memarkir kendaraan mobil di ujung jalan Niaga.

Saya berjalan sambil menikmati pemandangan food street ala jalan Niaga, bersambung-sambung gerobak dan tenda-tenda dari ujung jalan ke ujung jalan, bahkan di selang-selingi dengan restoran permanen yang juga mengeluarkan meja dan kursi makannya ke jalanan.

Jalan Niaga di Pamekasan memang sangat terkenal. Jika lapar dan ingin menikmati makan malam sambil berwisata kuliner, datanglah ke jalan Niaga. Setiap sore sampai malam hari jalan itu disulap jadi pusat kuliner Sae salera.

Di kiri dan kanan jalanan para koki jalanan menjajakan ragam makanan di atas gerobak, di bawah tenda-tenda dengan makanan khas Madura atau khas Pamekasan.

Angin malam yang berhembus memberi rasa dingin, juga membawa bau aroma makanan . Terhirup oleh hidung ketika berjalan membuat rasa lapar pada perut  untuk bersegera diisi.

Mudah saja kami mengetahui apa yang mereka jajakan, karena di depan gerobak makanan ada informasi apa yang koki jalanan itu hidangkan lengkap dengan harganya.

Suasananya ramai. Orang-orang duduk di balai-balai bambu yang disediakan di sepanjang jalan atau di kursi-kursi plastik. Menikmati makan  dengan lampu penerang yang seadanya sehingga suasana makan menjadi lain.

Suara tawa dan senda gurau mereka terdengar kemana-mana, menghangatkan udara malam yang dingin. Ada suasana dan  keriangan  yang digetarkan dengan menikmati makanan jalanan. 

Beratapkan langit dengan pendingin angin malam. Suasananya jelas beda dengan makan di restoran berkelas atau hotel berbintang yang semua dilakukan dengan tertib sesuai aturan table menner.

Sate Lalat sementara dibakar. Sumber : Dokumen Pribadi

Madura tidak hanya terkenal dengan garam dan karapan sapinya namun juga dengan makanannya yang menggoyang lidah.

Saya membaca tulisan yang ada di depan gerobak. Betapa banyaknya makanan khas Madura yang dijajakan di situ. Ada sate  Madura, nasi serpang, rujak cingur, soto Madura, topak ladhe, bebek songkem, rujak selingkuh.

Saya masih terus berjalan. Teman memberi informasi makanan khas Pamekasan yang dijajakan. Kaldu kokot, rujak tajin, atau rujak bubur, nase’ jhajan, campur lorjuk, nase’ ramoy dan sate lalat atau sate laler.

Nah ini masakan sate lalat menggelitik rasa ingin tahu. Apakah ini masakan ekstrem? Apakan bahan utamanya dari lalat sehingga diberi nama sate lalat? Bagaimana caranya lalat yang kecil itu dapat dibuat sate?

Setiap kali menyebut sate, maka yang terpikir adalah sajian  daging yang diiris kecil-kecil, ditusuk dengan menggunakan tusuk bambu yang dibuat khusus, dibakar di atas arang dan dihidangkan dengan saus kacang yang dihaluskan atau dengan kecap.

Sate, makanan yang melegenda dan sangat popular. Diminati semua kalangan dan semua usia, sehingga kepopulerannya dapat disejajarkan dengan bakso atau mie ayam.

Hidangan sate tidak hanya terkenal di Indonesia bahkan juga terkenal di negara-negara Asia Tenggara. Ada di Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan di negara-negara Asia Tenggara lainnya kita bisa menemukan hidangan sate.

Konsep sajiannya juga sama, yaitu makanan yang ditusuk menggunakan tusuk bambu dan dibakar serta dioles menggunakan saus kacang. Terkadang, ada pula yang hanya menggunakan kecap manis dan irisan cabai seperti sate kambing di Indonesia.

Keberagaman bumbu yang dipakai mengolesnya membuat sate memiliki rasa unik dan menjadi ciri khas dari para penjual sate.

Nama sate mengikuti nama daging yang menjadi bahan utamanya. Sate  ayam, sate sapi, sate kambing, sate kelinci, sate kuda, dan masih banyak lagi. 

Setiap daerah punya sate yang unik. Unik bisa karena bahan yang digunakan, unik karena nama yang diberikan, atau unik karena makna yang terkandung di balik nama itu.

Saya akhirnya menetapkan menikmati sate warung sate lalat Pak Cipto untuk kami nikmati. Pak Cipto berbaju kaos strep merah putih khas Madura sangat cekatan melayani kami.

Sate sudah ditusuk dan diikat setiap 20 tusuk. Bara api dinyalakan sambil mengipas bara apinya. Sate mulai dibakar, bau daging bakar menyebar kemana-mana.

Ternyata yang dinamakan sate lalat adalah sate daging ayam yang diiris kecil-kecil. Irisan yang kecil-kecil itu menyerupai lalat.

Kami menunggu sate matang di atas bale-bale bambu yang disiapkan. Setiap orang mendapat satu porsi sate lalat yang terdiri atas 20 tusuk sate lalat yang sudah diberi bumbu kacang, satu piring lontong yang diiris tipis-tipis, dan segelas air teh panas.

Cepat sekali satu porsi itu habis karena memang porsi kecil sekecil harganya hanya Rp 10.000,- untuk 20 tusuk sate lalat, Rp 3.000,- untuk sepiring lontong dan Rp 2.000,- untuk segelas teh hangat, sangat murah.

Sekalipun dagingnya kecil-kecil, Saya tetap merasakan legitnya sate ayam itu, lontongnya lembut,  Sebenarnya yang istimewa adalah pada bumbu kacangnya yang digiling halus sehingga lumer dilidah.

Pak Cipto sementara membakar Sate Lalat. Sumber : dokumen pribadi

Seorang teman yang menikmatinya mengomentari kenyang juga tapi kenyang lontong dan bumbu satenya yang nikmat.

Menurut Saya, food street bukan hanya makannya yang lezat dan murah, yang menarik sesungguhnya adalah suasananya.  Menikmati makan di pinggir jalan beratap langit dengan tiupan angin malam, sensasinya sangat alami sambil menikmati teh atau kopi panas.

Hidangan Sate Lalat siap dinikmati. Sumber : Dokumen Pribadi

Cerita dan gurauan kami membuat tidak terasa malam merangkak semakin larut. Jika tidak terpaksa kami masih ingin  berlama-lama menikmati suasana yang sangat alami itu. Namun tenda sudah harus digulung dan gerobak sudah harus didorong kembali ke rumah. Sudah waktunya beristirahat.

Jika anda kebetulan ke Pamekasan jangan kehilangan kesempatan datang menikmati food street di jalan Niaga ini. Banyak pilihan makanan yang lezat dengan harga yang murah.

Pamekasan, 19  Oktober 2021




2 Comments

  1. April 19, 2024 at 4:27 pm

    Dowiedz się więcej

    Reply

    Insightful piece

  2. March 25, 2024 at 6:29 pm

    Christopher Johnigan

    Reply

    Outstanding feature

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree