October 8, 2021 in Catatan Harianku, Uncategorized

Kabar Pagi – Adik Alumni yang Sok Tahu

Post placeholder image

Kabar Pagi (2)

Adik Alumni yang Sok Tahu Oleh Telly D

Matahari belum terbit, masih pagi sekali, udara dingin juga masih terasa dinginnya meyentuh kulit. Namun sudah terlihat banyak orang yang mulai berjalan kaki.

Pagi ini saya mulai berjalan kaki, kembali mengulangi rute jalan yang sama kemarin. Baru 200 meter saya berjalan meninggalkan rumah, engkel kaki kanan sudah meminta perhatian. Rasa nyeri mengganggu langkah kaki.

Saya berjalan pelan memberi kesempatan kaki saya melakukan penyesuaian sebelum memutuskan untuk terus berjalan.

Saya berjalan melewati kampus UNM Fakultas Ilmu Pendidikan yang di depannya ada pasar. Pedagang yang ada di sepanjang jalan itu sudah mulai membenahi dan menata lapak jualannya. Saya yang lewat di depannya sudah ditawari, ‘’Mau beli apa Bu?’’

Saya terus berjalan sampai tiba di depan panti penitipan anak ‘’Inang Matutu,’’ milik Departemen Sosial Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Saya mengingat kembali keinginan almarhumah putri saya. Ingin punya rumah penitipan anak khusus untuk orang yang tidak mampu.

Di depan Panti di seberang jalan ada penjual nasi kuning. Saya menyeberang dengan niat mau menatap panti penitipan anak itu dari depan sekaligus membeli nasi kuning.

Nasi kuning ‘’Bu Rus’’ yang dijual di atas gerobak. Jualannya sudah lengkap tertata, namun bu Rusnya belum datang. Suaminya Pak Rus meminta kami duduk di bangku yang disiapkan untuk menunggu.

Di bangku itu sudah ada laki-laki muda seumur anak laki-laki saya. Sudah duduk lebih dahulu mengantri. Saya ingin duduk di sampingnya yang masih kosong.

‘’Assalamu’alaikum,” kata Saya menyapa sambil membungkukkan badan sedikit.

‘’Wa’alaikumsalam,’’ jawabnya sambil menggeser duduknya sebagai isyarat mempersilakan saya duduk di sampingnya. Anak muda yang bersahabat.

Saya duduk menunggu sambil mengamati gedung panti penitipan anak itu. Anak muda itu sudah membuka pembicaraan.

‘’Ibu orang baru ya?’’ tanyanya spontan.

Hah, sudah ada dua orang dengan yang kemarin menebak saya orang baru. Apa yang salah?. Apakah Saya memang terlihat lain?, bisik Saya sendiri

‘’Kok tahu,’’ Saya memberanikan diri menjawab pertanyaan itu.

‘’Di sini hanya ada 3 orang wanita tua seumur ibu yang suka jalan pagi, dan semuanya saya kenal,’’ katanya sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang berjejer rapi.

Jawaban yang masuk akal, sekalipun saya tidak suka kata wanita tua itu.

‘’Ibu orang baru pindah?’’ sambungnya lagi.

‘’Iya baru pulang kampung setelah bertugas di rantau, pensiunan’’, jawabku berusaha merendah dan jujur.

Kerja di mana tadinya? tanyanya mulai menyelidiki.

Apa salahnya saya melayani, hitung-hitung ada teman ngobrol menunggu Bu Rus datang.

‘’Kemdikbud di Majene Sulawesi Barat’’ jawab Saya pelan.

‘’Oh di Majene, saya punya kakak alumni di sana yang jadi pejabat di Majene Sulawesi Barat.” Katanya dengan rasa bangga.

Saya tidak ingin membuatnya kecewa, sehingga saya menanyakan.

‘’Kuliah di mana?’’ Saya bertanya.

‘’Saya kuliah di UNM Bu di jurusan Matematika,” katanya bangga.

‘’Ternyata kamu adik alumni. Saya juga alumni UNM yang dulu namanya IKIP UJungpandang, juga jurusan matematika,’’ Saya merespons jawabannya sebagaimana harusnya.

Kami berdua tertawa lebar dan mulai membuka pembicaraan dan bertukar informasi tentang mata kuliah dan dosen-dosen kami.

‘’Ibu berapa lama bekerja di Majene? katanya tiba-tiba memotong pembicaraan.

‘’Tujuh tahun,’’ Saya menjawab.

‘’Apa ibu kenal Ibu Daswatia Astuty, kakak alumni kita yang jadi pejabat, Kepala LPMP di Sulbar?, kantornya di Majene.’’

Hah itukan nama saya. Jadi saya yang dimaksud kakak alumni yang jadi pejabat Kemdikbud di Majene.

Saya memerlukan menatapnya untuk menilai anak muda itu serius, tidak mengenal saya. Benar dia tidak mengenal saya.

Menjadi menarik obrolan itu buat saya. Saya sangat tertarik ingin mengetahui apa yang anak muda itu tahu tetang saya.

‘’Sekalipun sama-sama di Kemdikbud kan tidak otomatis saling kenal, apalagi jika satuan kerjanya beda,’’ Saya menjelaskan perlahan.

‘’Iya ibu kan cuma guru yang kenal dengan beliau.’’ Saya dongkol mendengarnya, meremehkan guru.

‘’Kamu memang mengenalnya, apakah pernah bertemu dengan dia?” tanya Saya serius.

‘’Pernah Bu, sayakan dulu wartawan di Sulbar,” jawabnya yang nyaris membuat Saya tertawa. Sok tahu benar, Saya sudah di depannya, juga tidak mampu dia kenali.

‘’Saya bertemu dengan ibu Daswatia Astuty, setiap tahun pada kunjungan Ujian Nasional, atau pada Hari Pendidikan Nasional.

Terakhir   saya   datang   meliput   di   lembaganya   ketika   ada kunjungan Wapres Budiono,” ucapnya menambah penjelasan.

Ibu Daswatia Astuty itu aslinya orang apa?, Saya bertanya lagi menyelidiki.

‘’Orang sini Bu, orang Bugis-Makassar. Rumahnya dekat sini di Monumen Emmy Saelan III. Dia itukan isteri Pak Djadir dosen kita di Matematika,’’ ini jawaban tepat, dan itu saya.

‘’Oya, sekarang ibu Daswatia Astuty itu di mana?” Saya jadi tidak sabar bertanya.

‘’Saya tidak tahu lagi Bu, ketika dia pindah ke Kemdikbud pusat saya sudah tidak mengikuti perkembangannya,’’ ucapnya jujur.

Saya masih ingin bertanya lagi, namun Pak Rus sudah meneriakkan nasi kuning saya, sudah selesai dibungkus. Saya berdiri mengambilnya.

Ketika saya melirik ke tempat duduk itu, ternyata pesanan anak muda itu juga sudah selesai. Kami berpisah dengan hanya melambaikan tangan.

Saya meneruskan berjalan pagi. Menenteng nasi kuning itu. ‘’Bagaimana mungkin dia mengatakan mengenal Daswatia Astuty dengan baik namun Saya sudah di depan matanya juga tidak tahu.’’ Saya berdiskusi dengan diri sendiri. Sesungguhnya semua informasi yang disampaikan benar.

‘’Apakah karena Saya memakai masker, atau memang penampilan Saya sekarang sudah jauh dari penampilan Saya yang dia kenal dulu?’’

Saya sering berada dalam kondisi, orang tahu nama saya tapi tidak mengenal orangnya atau sebaliknya tapi yang ini hal baru.

Saya menahan senyum sambil berjalan. Rasanya ingin mengetahui bagaimana reaksi wajahnya, jika tahu bahwa sudah Sayalah orangnya yang dibicarakan dan dia tidak kenali. Adik alumni yang sok tahu.

Pagi ini Saya melangkah 4.069 langkah, membakar 125 kalori dengan waktu tempuh 44 menit. Belum mencapai target berjalan 5 km.

Berjalan pagi selalu ada kabar yang bisa dituliskan. Selamat pagi Indonesia.

Dirgahayu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Makassar, 5 Oktober 2021.




8 Comments

  1. October 11, 2021 at 11:03 am

    Parenta

    Reply

    Alhamdulillah, aktivitas sehat dan produktif, mantap bu

  2. October 9, 2021 at 12:38 am

    husnul hafifah

    Reply

    Mantap pendiskripsiannya ….saya suka…

    1. October 10, 2021 at 8:28 am

      daswatiaastuty

      Reply

      Terima kasih bu, kunjungannya 🙏🏻👍👍

  3. October 8, 2021 at 11:00 pm

    Mukminin

    Reply

    Sehat selalu berjalan literasi

    1. October 10, 2021 at 8:29 am

      daswatiaastuty

      Reply

      Terima kasih Cak Nin 🙏🏻

    2. November 9, 2021 at 8:40 am

      daswatiaastuty

      Reply

      terima kasih Cak Inin atas kunjungannya.

  4. October 8, 2021 at 10:51 pm

    Wijaya Kusumah

    Reply

    Berjalan kaki menyehatkan tubuh bunda

    1. November 9, 2021 at 8:41 am

      daswatiaastuty

      Reply

      terima kasih Wijaya Kusumah atas kunjungannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree