Kabar Pagi – Dunia Penuh Godaan
Kabar Pagi (3)
Dunia Penuh Godaan Oleh Telly D
Pagi ini, Saya terlambat untuk memulai berjalan. Rasa malas menggoda saya. Saran dokter untuk mengistirahatkan kaki menjadi sumber keraguan. Jika akhirnya Saya memutuskan tetap berjalan, itu karena memilih keputusan yang tepat.
Matahari sudah terbit. Bias sinarnya sudah berpendar menyinari alam. Sinarnya menyapa orang bumi untuk menghentikan godaan hangatnya tidur mendengkur di bawah selimut. Kehidupan mulai terjaga.
Jalanan sudah ramai. Kendaraan roda empat dan roda dua mulai hiruk pikuk. Bau asap knalpot kendaraan juga mulai mengambil alih udara pagi yang segar.
Ada genangan air pada sisi jalan yang berlobang akibat hujan yang mengguyur sepanjang malam. Pilihan bagi Saya, diserempet kendaraan yang berseliweran atau sepatu basah berjalan di atas genangan air.
Waktunya sudah tidak tepat lagi berjalan di jalanan. Godaan untuk menghentikan berjalan mulai berbisik. Saya menepis godaan itu dengan berjalan terus sampai di lapangan sepakbola ‘’Toddopuli’’ yang ada di sekitar kawasan rumah.
Lapangan sepak bola memiliki lintasan lapangan. Aman meneruskan berjalan kaki.
Ramai sekali. Banyak warga yang menggunakan lintasan lapangan sepak bola untuk berjalan. Ada yang berjalan perorangan, berkelompok, dan ada yang berjalan bersama keluarga.
Berbaur jadi satu, mulai dari orang tua, anak muda, anak-anak, sampai bayi yang ada dalam kereta dorong. Orang-orang mulai sadar betapa pentingnya memelihara kesehatan.
Saya ikut membaurkan diri bersama pejalan kaki yang lain. Ikut berputar dalam putaran lintasan lapangan itu. Saya tahu bahwa panjang satu lintasan lapangan 400 meter. Untuk target 5 km, maka Saya harus berjalan 12,5 kali di lintasan ini.
Sementara berjalan berputar, Saya merasa sendirian di tengah keramaian itu. Teringat pengalaman tawaf di Masjidil Haram. Tidak merasa capek karena berjalan sambil berzikir. Saya kemudian melakukan hal itu.
Tepat di putaran yang ke 10, Saya tergoda untuk menghentikan langkah. Saya benar-benar tergoda berhenti. Mulai mencari tempat duduk yang ada di sekeliling lapangan itu.
Target Saya akan tercapai 5 km jika dihitung jalan dari rumah ke lapangan dan pulangnya nanti. Begitu cara Saya membujuk diri membenarkan godaan yang ada.
Saya duduk tepat di samping 2 anak laki-laki muda yang lagi ngobrol sambil berdiri. Usianya belasan tahun mungkin baru saja tamat SMA.
Seorang mengenakan kaos warna putih, dengan celana jungkring warna hitam. Bersepatu olah raga dan memelihara janggut di dagunya (si Baju Putih). Melihat penampilannya saya berpikir pasti anak muda yang peduli dengan perintah dan larangan agama.
Seorang yang lain berbaju kaos hitam, celana hitam, bersandal jepit. Menarik, rambutnya dicat warna pirang dan telinganya ditindik ada anting-antingnya, lengan, dan lehernya bertatto. Bule cat rambut sendiri (si Bucari). Ini pasti anak muda zaman sekarang. Semua atribut ada menempel di tubuhnya.
‘’Bro, stop dulu di sini,’’ si Baju Putih teriak sambil melambaikan tangan, memanggil seseorang yang sedang berjalan.
Orang itu berhenti dan berjalan menuju si Baju Putih.
Wow! seorang laki-laki muda berpakaian berwarna neon. Baju kaos warna pink stabillo, celana hitam dengan sepatu warna senada. Pakai strip warna pink stabillo. Tangannya memegang handuk yang berwarna hijau stabillo. Berjalan gemulai untuk seorang lelaki. Anak muda itu telah terpapar virus ngonde yang sudah menyebar luas (si Melambai).
Ketiga orang ini kombinasi yang unik menurut Saya. Saya berhasrat sekali untuk mengetahui apa yang mereka diskusikan.
‘’Dari mana saja Bro?’’ si Baju Putih bertanya.
‘’Lama tidak kelihatan. Kata orang kamu ke Malaysia,’’ si Bucari ikut bertanya.
‘’Ya iyalah,” jawab si Melambai seperti kucing yang bermanja- manja.
‘’Punya bisnis di sana?’’ si Baju Putih meneruskan rasa ingin tahunya.
‘’Bagaimana mengatakannya?” seperti itulah. Ike lagi nge’’Fun’’ dengan ‘’Sugar Daddy’’ ucapnya dengan lidah yang dijilat-jilat dan mata yang dikedip-kedipkan. Saya jadi ingat boneka Barbie milik keponakan.
‘’Oh begitu kamu jadi Botti lagi,‘’ kata si Bocari dengan suara tegas.
‘’Maaf, maaf saja ya asal tahu aja hanya mahluk lelaki yang tahu memuaskan lelaki,’’ si Melambai membela diri.
‘’Kamu cuma belum pernah tahu nikmatnya Fisting,’’ katanya sambil memelintir handuk hijau stabillo. Kemudian mengibas- ngibaskan handuk itu dengan cara yang khas.
Kibasan handuk itu menyihir suasana jadi beraroma mesum. Saya tergidik dan tidak sadar mengeleng-gelengkan kepala.
‘’Jika cuma urusan begitu kenapa mesti ke Malaysia?’’ kata si Baju Putih.
‘’Ike itu ke sana karena kecewa dengan bokap, tidak mau merestui keinginan saya untuk menikah,’’ kata si Melambai dengan wajah kesal dan merajuk.
‘’Tentu ada alasan yang masuk akal, orang tua itu selalu memikirkan yang terbaik untuk anaknya,’’ kata si Baju Putih berusaha untuk netral.
‘’Memang apa alasannya tidak setuju?” agama?, pekerjaan?, si Bocari serius bertanya.
‘’Bukan Bro, agama bukan masalah. Pekerjaan apalagi. Sugar Daddy saya orangnya tajir, melintir, membahana, mahadewa,’’ kata si Melambai dengan bangga.
‘’Nah jika begitu apa alasannya?’’ tanya si Baju Putih.
‘’Sama jenis kelamin,’’ kata si Melambai dengan tidak terduga.
Saya tersenyum melirik dengan ujung mata hendak membaca reaksi keduanya setelah mendengar hal yang tidak terduga. Sok juga kelihatannya.
‘’Kamu ini sakit benar, orang tua yang waras pasti tidak memberi izin Bro,’’ si Bucari menyatakan pendapatnya.
‘’Begitulah ceritanya, jika bokap lebih suka hidup dengan pendapat orang daripada memperhatikan keinginan anaknya. Ike kabur dulu ya ada meeting, yang mesti Ike handle,’’ kata si Melambai sambil melenggang dengan kemayunya.
‘’Daag sampai jumpa,’’ tahu dirinya jadi perhatian sehingga berbalik mengatakan ini.
‘’Astagfirullah benar-benar godaan dunia. Semoga diberi hidayah dapat kembali ke jalan yang benar,’’ kata si Bucari mendesis melantunkan doa.
‘’Godaan itu ada di mana-mana, saya selalu digoda setan setiap mau shalat subuh dan shalat asar,’’ kata si Baju Putih menjelaskan banyaknya godaan yang dia alami.
‘’Kamu tahu setan?, pernah ketemu?’’ tanya si Bucari. ‘’Tidak, tapi saya bisa rasakan,’’ katanya penuh keyakinan. ‘’Terus apa yang kamu lakukan?’’ tanya si Bucari.
‘’Saya perdayakan, saya tunggu dulu dia mengusap-usap mata, meniup-niup telinga, memijat-mijat badan. Begitu saya sudah mulai terlena mau tidur, saya bangun dan shalat.’’ Kata si Baju Putih menjelaskan.
‘’Wah jika begitu kamu yang diperdayakan Bro, kamu tidak shalat lagi karena Allah tapi karena setan.’’
‘’Orang yang ikhlas pasti tidak tergoda setan,’’ jelas si Bucari. ‘’Dari mana kamu tahu itu?’’ tanya si Baju Putih penasaran.
‘’Makanya itu HP dipakai dengar ceramah agama. Ceramah seperti itu banyak di youtube,’’ kata si Bucari.
‘’Mesti tahu bedakan bisikan setan dengan bisikan hati.’’
Bisikan hati itu selalu ada di awal. Jika sudah mulai ada keraguan maka setan mulai bekerja mengipas-ngipasi keraguan itu sehingga menjadi api yang berkobar.’’
‘’Hanya Allah yang bisa menolong, manusia itu mahluk yang paling lemah, selalu minta pada Allah diberi kekuatan menahan godaan dan caranya mudah. Ucapkan Laa ilaha illlallah,’’ kata si Bucari dengan bening.
‘’Sebenarnya di usia kita ini, sudah harus menikah, supaya tidak terlalu banyak godaan,’’ jelas si Bucari lagi.
‘’Saya dengan kondisi seperti ini susah dapat jodoh wanita yang sholehah. Tidak mudah mendapat wanita sholehah yang mau berimam dengan orang bertatto, katanya memelas.
‘’Apa saya mesti ubah doa saya?” katanya tanpa menunggu jawaban.
‘’Supaya diberi kekuatan menerima saja jodoh yang diberikan Allah. Rasanya saya bersikap sombong dengan selalu menolak jodoh yang diberikan Allah,’’ jelasnya.
Jika tidak mendengarkan langsung, maka saya tentu tidak bisa percaya bahwa kata bijak itu keluar dari lidah orang yang seperti si Bucari.
Saya jadi menyadari kecilnya diri saya dalam kehidupan ini. Saya merasakan tangan kebesaran Allah melindungi kehidupan ini melalui lidah orang-orang yang dipilihnya. Jangan menilai orang dari hanya melihat penampilannya.
Saya jadi sadar, betapa buruknya Saya tergoda untuk menguping pembicaraan mereka. Saya harus meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah.
Saya berjalan pulang sambil melafalkan, Astagfirullah, Laa ilaha illallah, dunia ini penuh godaan, ampunilah Saya ya Allah. Saya mahluk yang lemah, ya Allah bantulah saya sehingga kuat menghadapi deraan godaan dunia yang hadir terus menerus.
Berjalan pagi selalu ada yang bisa di tulis dan dikabarkan. Selamat pagi Indonesia.
Makassar, 7 Oktober 2021.
Catatan
Bot: orang berperan sebagai semi wanita dalam dunia gay.
Sugar Daddy: istilah kepada pria dewasa berkantong tebal, royal yang memanjakan bot dengan materi.
Ngondek/kemayu: istilah yang digunakan untuk mencirikan pria- pria yang memiliki kecenderungan bertingkah laku semi wanita.
Fun: bersenang-senang berfantasi dalam menikmati sex. Fisting: memasukan semua jari ke bagian anus/dubur.
March 25, 2024 at 6:18 pm
Curtis Swiech
Outstanding feature